Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah

ANALISIS OPERASIONAL TEKNIS DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) LABUHANHAJI, ACEH SELATAN, PROVINSI ACEH Eri Hendrami; Rizwan Rizwan; Ratna Mutia Aprilla
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTLabuhanhaji Fish Landing Base (PPI) is a type D fishing port, which is planned to become the Nusantara Fisheries Port (PPN) by the South Aceh regional government. This study aims to analyze the actual / up-to-date conditions of the technical operations of Labuhanhaji PPI. The method used is the method of survey, interview, and literature study. Data collection techniques used are, purposive sampling. The analysis carried out was descriptive analysis by analyzing the operational level of technical PPI Labuhanhaji. The results showed that technical operational activities had not gone well, including the number of fishing fleets whose growth rates were still slow in the last 5 years from 2013-2017 totaling 219 vessels of various sizes 5 to 30 Gross Tonage (GT) with the largest ships 5 GT, size 30 GT only 7 ships. The average growth rate of Labuhanhaji PPI fishing vessels for the past 5 years is 12.53%. The amount of fish production in the period 2013-2017 was quite volatile with an average growth of 33.8% with the highest number of production in 2017 amounting to 419.81 tons (21.3%). Fish processing products in Labuhanhaji PPI are salted fish, anchovies, octopus, and fillets. Fish marketing includes the Meulaboh, Banda Aceh, Subulussalam, Medan and other North Sumatra regions. The auction system is still not in accordance with the procedure, not yet controlled and directed, and the place for fish auctions that are not used properly, then the provision of sea supplies such as ice and fuel for ships 30 GT is still having problems because the ice plant at PPI Labuhanhaji is only 1 unit and the production capacity of 150 to 200 sticks per day, while the need for ice is high enough for 1 ship 30 requires ice between 150 to 300 sticks per sail, then fuel often has limited supply constraints so fishermen have to wait and increase the time to moor until fuel sufficient to go to sea.Keyword: Labuhanhaji Port Fisheries, operational technical, port facilitie ABSTRAKPangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Labuhanhaji adalah pelabuhan perikanan tipe D, yang direncanakan akan menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) oleh pemerintah daerah Aceh Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi aktual/terkini operasional teknis PPI Labuhanhaji. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei, wawancara, dan studi pustaka. Teknik pengumpulan data yaitu observasi dimana penentuan responden dilakukan secara purposive sampling. Analisis yang dilakukan yaitu analisis deskriptif dengan menganalisis tingkat operasional teknis PPI Labuhanhaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan operasional teknis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2013-2017) belum berjalan dengan baik diantaranya jumlah armada kapal perikanan yang tingkat pertumbuhannya masih lambat dimana pertumbuhan rata-rata kapal perikanan PPI Labuhanhaji 5 tahun terakhir 12,53 %. Jumlah Produksi ikan dalam kurun waktu 2013-2017 cukup fluktuatif rata-rata pertumbuhan sebesar 33,8 % dengan jumlah produksi tertinggi tahun 2017 sebesar 419,81 ton (21,3%). Industri pengolahan produk perikanan  di PPI Labuhanhaji berupa ikan asin, teri, gurita, dan fillet. Pemasaran ikan meliputi daerah Meulaboh, Banda Aceh, Subulussalam, Medan dan daerah Sumatera Utara lainnya. Sistem pelelangan masih belum sesuai prosedur, belum terkendali dan terarah, serta tempat pelelangan ikan yang tidak digunakan secara baik, kemudian penyediaan perbekalan melaut seperti es dan bahan bakar untuk kapal-kapal 30 GT masih mengalami kendala karena pabrik es pada PPI Labuhanhaji hanya 1 unit dan kapasitas produksi 150 hingga 200 batang perhari, sementara kebutuhan es cukup tinggi untuk 1 kapal 30 membutuhkan es antara 150 hingga 300 batang per sekali melaut, selanjutnya bahan bakar sering mengalami kendala keterbatasan pasokan sehingga nelayan harus menunggu dan menambah waktu untuk tambat sampai bahan bakar tercukupi untuk melaut.Kata kunci: PPI Labuhanhaji, operasional teknis, fasilitas pelabuhan. 
Studi Hasil Tangkapan Hiu yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Dedi Andrian; Rizwan Rizwan; Maria Ulfah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 4, No 2 (2019): April 2019
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTThis study aims to analyze the sex ratio of species and the measurement of the morphological characteristics of sharks, find out the maturity level of male sharks, identify the conservation status of sharks caught at VAT Idi Rayeuk. This research was conducted in July, August and September by using the survey method, which is direct observation by looking at the species captured, measuring the body of the fish and seeing the sex. Data analysis was carried out by measuring the morphology of sharks including total length (TL), fork length (FL), standard length (SL), by placing fish on a flat surface then measuring its length using a meter in units of cm. Calculation of sex ratio through a comparison of the number of male and female fish tabulated in excel. The maturity level of male sharks is measured by the length of male genitals (Claspers) starting from the base of the curve of the outer part to the tip. The results showed that 4 of the most dominant shark species were caught by Carcharhinidae Sorrah Sharks, Rhyncbatus australiae, Carcharhinidae melanopterus, and Alopias pelagicus. Size the total length (TL) types of sharks landed in Idi Rayeuk VAT Carcharhinidae Sorrah (Lanjaman shark) 197 cm, Shark-Carcharhinidae melanopterus (shark aron) 110 cm Rhynchobatus australiae(shark epigraph) 204 cm pelagicus and Alopigas (shark monkey) 248 cm. The level of maturity of the male shark research investigation showed only one species in Rhynchobatus australiae (shark epigraph) that the male sex who enter into the category of Non-Full Calcification (NFC) which is almost ready to fertilize females with klasper length 32 cm. The conservation status of sharks being down in Idi Rayeuk VAT of 4 species in Carcharhinidae melanopterus and Carcharhinidae Sorrah in category NT (near threatened) whereas Alopias pelagicus) and Rhynchobatus australiae fall into the category of (vulnerable).Keywords: Sex Ratio, Shark, Idi Rayeuk Fishing port, Conservation Status. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio jenis kelamin terhadap spesies dan pengukuran karakteristik morfologi hiu, mengetahui tingkat kedewasaan hiu jantan, mengidentifikasi status konservasi hiu yang tertangkap di PPN Idi Rayeuk. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli, Agustus dan September dengan menggunakan metode survei, yaitu pengamatan secara langsung dengan melihat jenis yang tertangkap, mengukur tubuh ikan dan melihat jenis kelamin. Analisis data dilakukan dengan mengukur morfologi hiu meliputi dari panjang total (TL), panjang cagak (FL), panjang standar (SL), dengan meletakkan ikan di atas permukaan yang datar kemudian diukur panjangnya dengan menggunakan meteran dalam satuan cm. Perhitungan rasio kelamin melalui perbandingan jumlah ikan jantan dan betina ditabulasi dalam excel. Tingkat kedewasaan hiu jantan, diukur panjang alat kelamin jantan (Claspers) dimulai dari pangkal lekukan bagian luar sampai ujung. Hasil penelitian menunjukan 4 spesies hiu paling dominan tertangkap yaitu Hiu Carcharhinidae Sorrah, Rhyncbatus australiae, Carcharhinidae melanopterus dan Alopias pelagicus. Ukuran panjang total (TL) rata-rata spesies Hiu yang didaratkan di PPN Idi Rayeuk Carcharhinidae Sorrah (Hiu Lanjaman) 88-197 cm, hiu Carcharhinidae melanopterus (Hiu aron) 88-110 cm Rhynchobatus australiae (Hiu lontar) 127-204 cm dan terakhir Alopigas pelagicus (Hiu monyet) 248 cm. Tingkat kedewasaan Hiu Jantan berdasarakan penelitian menunjukan hanya satu spesies  Rhynchobatus australiae (Hiu Lontar) yang berjenis kelamin jantan yang masuk ke kategori Non-Full Calcification (NFC) yaitu hampir siap membuahi betina dengan panjang klasper 32 cm. Status konservasi Hiu yang didaratkan di PPN Idi Rayeuk dari 4 spesies Carcharhinidae melanopterus  dan Carcharhinidae Sorrah   masuk dalam kategori NT (Near threatened) sedangkan Alopias pelagicus dan Rhynchobatus australiae  masuk dalam kategori (Vulnerable).Kata Kunci:Rasio Kelamin, Hiu , PPN Idi Rayeuk,Status konservasi.
Kajian Tingkat Kebutuhan dan Penyediaan Es Untuk Operasi Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo Muhammad Yunanda; Rizwan Rizwan; Alvi Rahmah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 2 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.745 KB)

Abstract

The increase in number of fishing fleet units at Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo (PPS Lampulo) has an impact on fishing material supplies such as the ice fishing supplies. So far, the fishermen in PPS Lampulo have been preserving conventionally the fish with block ices. This study aims to provide information on the number of ice demand, ice supply and the mechanism of ice distribution for fishing activities, in order to definitely find out the the ice demand and ice supply in PPS Lampulo. This research was conducted on July to August 2017 at Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo (PPS Lampulo). The research method used in this study is observation/ direct observation of the object to be studied by spreading the questionnaires to the respondents selected on purposive sampling. The respondents are consisted of port parties (2 persons), ice factory parties (2 persons), boat owners/ boatmen/ fishermen (75 persons). The result shows that the ice demand for fishing operation in PPS Lampulo is 7.781,1 tons equals to 129.685 block ices/ month. There are 1.899 tons equals to 30.600 block ices/ month produced by Karya Nusa Jaya Ice Factory and PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari in PPS Lampulo. Both of the ice factories productions are lack of supply in number because the higher demand for fishing, therefore, the others factories from the outside of the port area take a part. The number of insufficient block ices demand distributed by the ice factories from the outside of the port area is 5.882,1 tons/ month. The block ices needs for the 5 GT boat are not measured because most of the fishermen do not carry the block ice supplies, therefore, the lack supply in number of block ices are 5.838,6/ month. The mechanism of block ices distribution at PPS Lampulo is distributed on time and right in number. The role of ice distributors is very helpful in distributing so that the fishermen do not have to come directly to the ice factory to make an order. The problem in ordering block ices is only on certain days such as after Idul Fitri holidays or when all of the boats are tethered in the port that makes the fishermen have to queue.Keywords: Ice demand, ice supply, PPS Lampulo.       Peningkatan jumlah unit armada penangkapan yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo berdampak pada bahan perbekalan untuk melaut, salah satunya perbekalan es. Selama ini nelayan yang ada di PPS Lampulo mengawetkan hasil tangkapannya masih dengan cara yang konvensional yaitu menggunakan es balok. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai jumlah kebutuhan dan penyediaan es serta mekanisme pendistribusian es untuk keperluan penangkapan ikan, agar kebutuhan dan penyediaan es di PPS Lampulo diketahui secara pasti.Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2017 yang berlokasi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo.Metode penelitian yang digunakan adalah observasi/pengamatan langsung terhadap objek yang ingin diteliti dengan penyebaran kuesioner kepada para responden secara purposive sampling. Responden terdiri dari pihak pelabuhan perikanan (2 orang), pihak pabrik es (2 orang), pemilik kapal/ pengurus kapal/ nelayan (75 orang). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa perbekalan es yang dibutuhkan untuk operasi penangkapan ikan di PPS Lampulo sebanyak 7.781,1 ton atau sekitar 129.685 batang es/bulan. Produksi es yang ada di PPS Lampulo sebanyak 1.899 ton atau sekitar 30.600 batang/bulan, produksi es disediakan oleh pabrik es Karya Nusa Jaya dan PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari. Penyediaan oleh kedua pabrik es yang berada di PPS Lampulo masih terbilang kurang karena kebutuhan untuk perbekalan melaut yang begitu besar sehingga pendistribusian dilakukan oleh pabrik es yang berada di luar area pelabuhan.Jumlah kebutuhan es ditutupi kekurangannya melalui pendistribusian yang dilakukan oleh pabrik es yang berada di luar pelabuhan sebanyak 5.882,1 ton/bulan.Apabila kebutuhan es dengan kapal ukuran 5 GT tidak dihitung dikarenakan banyak nelayan yang tidak membawa perbekalan es maka kekurangannya sebanyak 5.838,6 ton/bulan.Mekanisme pendistribusian es ke kapal yang ada di PPS Lampulo tepat waktu dan tepat jumlah.Peran agen es sangat membantu dalam pendistribusian sehingga para nelayan tidak perlu datang langsung ke pabrik es untuk memesan.Permasalahan untuk pemesanan es hanya pada hari tertentu seperti setelah hari raya idul fitri atau pada saat semua kapal bertambat di pelabuhan yang membuat para nelayan harus antri.Kata Kunci: Kebutuhan es, penyediaan es, PPS Lampulo.