Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Rancang Bangun Alat Pengering Hasil Perkebunan dan Perikanan di Negeri Oma Kab. Maluku Tengah Rina Latuconsina; Sammy Saptenno; Sefnath J Wattimena; Marselin Jamlaay
JURNAL APLIKASI DAN INOVASI IPTEKS "SOLIDITAS" (J-SOLID) Vol 4, No 2 (2021): Jurnal Aplikasi Dan Inovasi Ipteks SOLIDITAS
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/js.v4i2.2831

Abstract

Negeri Oma yang berada pada kawasan pesisir pantai dan memiliki beberapa karakteristik khusus untuk dijadikan daerah tujuan wisata. Khusus masyarakat Negeri Oma, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang masih asli. Pendapatan masyarakat negeri Oma sebesar 60% bersumber dari potensi perkebunan, diantarnya, cengkeh, pala, kelapa, singkong, dan beberapa jenis buah-buahan. Hasil pertanian ini proses pengolahan rata-rata melalui proses pengeringan. Seperti cengkeh basah dari hasil panen menjadi cengkeh kering, embal singkong, bunga pala dan daging kelapa untuk kopra. Untuk proses pengeringan beberapa perkebunan lokal masih dilakukan secara konvensional yaitu dijemur pada saat cuaca panas yang terik. Proses menjemur hasil perkebunan ini bisa memakan waktu sampai berhari-hari tergantung kondisi alam.Hasil perkebunan yang ada di Negeri Oma jika di jemur secara konvensional untuk daging kelapa dijemur memakan waktu antara 4 sampai 5 hari. Untuk perkebunan Cengkeh basah yang dijemur untuk menghasilkan cengkeh kering yang siap dipasarkan memakan waktu 10 – 12 hari. Untuk perkebunan bunga pala, proses pengeringan memakan waktu 2 sampai 3 hari. Sedangkan untuk proses pengasapan ikan asar yang kalau diolah secara tradisional bisa memerlukan waktu antara 2,5 jam sampai 3 jam. Dari permasalahan yang ada maka diperlukan alat pengering yang dapat digunakan dengan tidak dipengaruhi oleh cuaca dan penggunaan waktu yang lebih singkat dalam proses pengeringan atau pemanggangan hasil perkebunan dan hasil perikanan di negeri Oma. Prinsip kerja alat atau oven ini adalah loyang-loyang didesain sedemikian rupa dan bekerja secara berputar yang digerakan oleh motor listrik DC, proses berputar yang dirancang adalah untuk mengurangi proses pengamatan secara rutin dan untuk menghindari tidak meratanya pengeringan. Penelitian ini merupakan penelitian tergolong baru dikarenakan satu alat dapat difungsikan untuk beberapa hasil perkebunan dan dapat juga untuk memanggang ikan yang belum ada pada umumnya.
Analisa perbandingan pemakaian Fuse Cut Out (FCO) dan tidak memakai Fuse Cut Out (FCO) pada penyulang percabangan Rijali terhadap Energy Not Served (ENS) Kurniawan Arya; Rina L Manuhuttu; Marselin Jamlaay
JURNAL ELKO (ELEKTRIKAL dan KOMPUTER) Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54463/je.v1i1.1

Abstract

Gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik hampir seluruhnya merupakan gangguan hubung singkat, yang akan menimbulkan arus yang cukup besar. Semakin besar sistemnya maka semakin besar pula gangguannya. Maka untuk melepaskan gangguan dibutuhkanlah sistem proteksi. Sistem proteksi adalah cara untuk mencegah atau membatasi peralatan terhadap gangguan. Sehingga kelangsungan penyaluran tenaga listrik dapat dipertahankan. Rele Proteksi adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan adanya ketidaknormalan pada peralatan atau bagian sistem tenaga listrik dan segera secara otomatis memberikan perintah untuk membuka Pemutus Tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian yang terganggu dengan bagian yang tidak terganggu. Fuse Cut Out (FCO) merupakan seperangkat alat proteksi yang berfungsi untuk mengamankan gangguan arus lebih dengan cara meleburkan komponen (Fuse Link) yang ada di dalamnya. Energy Not Served (ENS) atau energi yang tidak terlayani merupakan energi yang sudah di produksi oleh PT.PLN (Persero) dan tidak dapat disalurkan kepada pelanggan, dikarenakan terjadi gangguan pada jaringan listrik dan mengakibatkan pemadaman sehingga PLN mengalami kerugian kWh yang sudah di produksi. Dari hasil yang didapatkan disaat terjadi gangguan pada percabangan Brimob Tantui yang tidak memakai Fuse Cut Out (FCO) mengalami kerugian Energy Not Served (ENS) sebesar 874.008 kWh dan Rupiah padam sebesar Rp 1.242.506.736 yang mengakibatkan seluruh penyulang Rijali terjadi pemadaman akan tetapi disaat percabangan Brimob Tantui memakai Fuse Cut Out (FCO) kerugian Energy Not Served (ENS) dapat diminimalisirkan yaitu sebesar 30.589 kWh dan Rupiah padam sebesar Rp 44.887.506 serta gangguan yang terjadi hanya sebatas daerah percabangannya saja.
Analisis Penyeimbangan Beban Pada Jaringan Tegangan Rendah Gardu Distribusi AMH02 Penyulang Amahai Di PT. PLN (Persero) ULP Masohi Marchelo C. de Queljoe; Deny R. Pattiapon; Marselin Jamlaay
JURNAL ELKO (ELEKTRIKAL dan KOMPUTER) Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54463/je.v1i1.2

Abstract

Sistem Distribusi Tenaga Listrik pada dasarnya adalah suatu proses untuk menyalurkan tenaga listrik dari sistem transmisi tenaga listrik 150 kV ke konsumen, baik konsumen 20 kV ataupun konsumen 380/220 V. Sistem distribusi yang lebih kompleks jaringannya adalah sistem distribusi Tegangan Rendah (380/220V), karena jaringan sistem distribusi tegangan rendah mempunyai cakupan jaringan yang sangat luas. Hal ini seringkali menyebabkan sistem Distribusi Tegangan Rendah menjadi tidak seimbang, karena pada umumnya pelanggan rumah tangga memanfaatkan tenaga listrik satu fasa. Akibat dari sistem distribusi tegangan rendah yang tidak seimbang tentunya akan berpengaruh terhadap banyak hal, seperti: kinerja trafo, panas berlebih pada phase beban lebih, arus mengalir pada kawat netral, drop tegangan ujung pada jaringan phase beban lebih. Dan pada akhirnya kualitas tenaga listrik di tingkat konsumen menurun. Hasil pengukuran awal pada saat beban puncak menunujukan ketidakseimbangan pada phasa T sebesar 40,33%. Dengan ketidakseimbangan beban ini maka solusi yang bisa dilaksanakan adalah melakukan penyeimbangan beban pada trafo. Setelah penyeimbangan beban, nilai ketidakseimbangan beban turun menjadi 3,43%. Nilai ini telah jauh dibawah kriteria ketidakseimbangan maksimum yaitu 10 %.
ANALISA POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PLTD POKA AMBON MENGGUNAKAN METODE HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP) Talia Corneli Makapuan; Elisabeth T. Mbitu; Marselin Jamlaay
JURNAL ELKO (ELEKTRIKAL dan KOMPUTER) Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54463/je.v3i1.55

Abstract

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik penduduk kota ambon dan sebagian wilayah kabupaten Maluku tengah. Dan dari peralatan yang ada di PLTD yang paling berpotensi sangat besar yaitu pada mesin pembangkit listrik karena kebisingan yang dihasilkan dapat mengakibatkan gangguan pendengaran atau tuli apabila tidak mengggunakan pelindung pada telinga. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) sumber bahaya yang ada di PLTD Poka Ambon (2) Resiko sumber bahya yang ada di PLTD Poka Ambon, dan (3) Tingkat resiko dari sumber bahaya yang ada di PLTD Poka Ambon. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, menggunakan metode HAZOP (Hazard and Operability Study). Titik kajian dilakukan berdasarkan semua pekerjaan yang di lakukan pekerja pada masing-masing peralatan. Langkah selanjutnya setelah proses identifikasi adalah penilaian resiko pada masing-masing peralatan. Hasil penelitian menemukan: (1) Sumber bahya di PLTD Poka ada 17 peralatan. (2) Resiko dari sumber bahaya yang ada di PLTD Poka antara lain: gangguan pada pendengaran, tersengat listrik, bisa luka bakar, pingsan, bahkan meninggal, pata tulang, dehidrasi, pusing, dan pinsan. (3) Berdasarkan penilaian level resiko terdapat 15 peralatan sumber bahaya tergolong sangat besar, dan 2 sumber bahaya tergolong besar pada PLTD Poka Ambon.
ANALISA PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV PADA PENYULANG LAHA Imanuel Latuny; H.L. Latupeirissa; Marselin Jamlaay
JURNAL ELKO (ELEKTRIKAL dan KOMPUTER) Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54463/je.v2i2.46

Abstract

Peralatan sistem tenaga seperti transformator distribusi memiliki umur desain yang ditentukan oleh perusahaan manufaktur sehingga dapat beroperasi dalam kurun waktu tertentu. Namun sejalan dengan pemakaiannya dilapangan, umur transformator distribusi tersebut dapat berkurang atau bertambah dari umur desainnya. Umur transformator dapat berkurang akibat beberapa hal. Salah satu penyebab berkurangnya umur penggunaan transformator adalah pembebanan, pembebanan mengakibatkan peningkatan temperatur pada transformator. Panas yang timbul mengakibatkan terjadinya penguraian dari bahan-bahan transformator yang dapat mempercepat proses penuaan suatu transformator. Terjadinya panas yang terlalu tinggi akan dapat merubah sifat konstruksi bagian-bagian transformator. Setiap kenaikan sekitar 6°C dari batas yang diizinkan akan mengakibatkan berkurangnya umur. Kenaikan suhu ini harus dibatasi. Isolasi dari penghantar (conductor) pada belitan transformator akan mengakibatkan kerusakan jika dikenai suhu yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah, (i) menghitung seberapa besar presentasi sisa umur pakai transformator distribusi setelah digunakan sekian tahun. (ii) menghitung prediksi umur pakai transformator distribusi untuk setiap transformator yang digunakan. Penelitian ini di laksanakan pada PT. PLN Area Ambon, khususnya pada transformator distribusi yang terpasang pada penyulang/feeder Laha, dengan jumlah total transformator ada 18unit yang terdiri dari transformator tiga phasa dengan kapasitas (rating) 50 kVA 6unit, 100 kVA 4unit, 160 kVA 7 unit, dan 200 kVA 1 unit, terdapat 10unit transformator yang terbeban di atas 80% dari rating daya transformator. Dari hasil perhitungan yang dilakukan pada transformator yang memiliki beban 80÷100%, diperoleh bahwa susut umur pada transformator masih normal atau tidak banyak berpengaruh pada umur pemakaian transformator. Rata-rata perkiraan sisa umur transformator masih di atas 20 tahun atau masih sesuai standard.
SIMULASI GANGGUAN UNTUK PENENTUAN BREAKING CAPACITY CIRCUIT BREAKER PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV ULPLTD POKA AMBON Axello R Wattimena; Lory Marcus Parera; Marselin Jamlaay
JURNAL ELKO (ELEKTRIKAL dan KOMPUTER) Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54463/je.v3i1.56

Abstract

Sistem proteksi dalam sebuah sistem tenaga listrik merupakan hal yang penting yang akan menjadi pengaman ketika terjadi gangguan listrik. Sistem proteksi paling umum yang ada pada jaringan listrik yaitu CB (Circuit Breaker). Circuit Breaker adalah peralatan proteksi rangkaian listrik yang berguna untuk memisahkan secara otomatis bagian yang mengalami gangguan, misalnya gangguan hubung singkat, arus beban lebih, dan tegangan lebih. Penentuan nilai kapasitas CB didasarkan atas kapasitas pemutusan atau breaking capacity yaitu batas kemampuan kerja atau daya tahan CB ketika dilewati arus hubung singkat. Studi gangguan hubung singkat merupakan hal yang penting dalam perencanaan pembuatan sistem tenaga listrik. Dalam penentuan breaking capacity diperlukan metode analisa gangguan hubung singkat untuk mengetahui nilai arus gangguan hubung singkat yang terjadi pada sistem tenaga listrik. Analisa gangguan hubung singkat ini dilakukan dengan simulasi piranti lunak ETAP 12.6.0. Berdasarkan hasil analisa, diperoleh beberapa nilai arus gangguan hubung singkat 3-Phase Fault, L-G Fault, L-L Fault, dan L-L-G Fault yang berbeda pada setiap bus dikarenakan perbedaan komponen pada setiap sistem jaringan dan juga jumlah beban yang beroperasi. Nilai arus hubung singkat terbesar dari hasil analisa, kemudian digunakan untuk menentukan nilai breaking capacity pada CB.
Analisa Stabilitas Transien Sistem Tenaga Listrik Multi Mesin 11 Bus Marselin Jamlaay
JURNAL ELKO (ELEKTRIKAL dan KOMPUTER) Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54463/je.v3i1.57

Abstract

Analisa stabilitas transien merupakan sebuah studi mengenai gangguan seperti hilangnya pembangkitan, pengalihan beban dan gangguan hubung singkat. Pada saat terjadi gangguan maka frekuensi pada mesin mengalami penyimpangan dari frekuensinya. Tujuan dari analisa ini adalah untuk menentukan apakah mesin akan kembali ke frekuensi sinkron setelah terjadi gangguan. Analisa dilakukan dengan membangun sistem 11 bus yang terdiri dari tiga generator. Untuk mengetahui stabilitas sistem dibuat gangguan tiga fasa pada line 4-9, di dekat bus 4. Hasil percobaan menunjukan sistem stabil saat tc = 0.4 detik, generator pada bus 10 dan bus 11 menghasilkan kurva swing bersama sehingga dikatakan stabil jika gangguan dihilangkan 0.4 detik. Namun jika tc=0.8 detik, kurva swing kedua generator menyebar sehingga dikatakan sistem tidak stabil. Berdasarkan hasil perhitungan waktu kritis CB trip pada masing-masing generator diperoleh waktu kritis CB trip pada generator bus 11 adalah tc= 0.5445 detik, dan waktu kritis CB trip pada generator bus 10 adalah tc = 0.619 detik. Berdasarkan hasil tersebut harus diatur CB untuk trip line 4-9 adalah kurang dari 0.5445 detik agar kurva daya tidak terpisah dan sistem tetap stabil setelah gangguan hilang.
Analisa Potensi Kecelakaan Kerja Pada Gardu Induk Wayame Menggunakan Metode Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) Mega Lidiya Wonmaly; Marselin Jamlaay
Jurnal ELKO (Elektrikal dan Komputer) Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54463/je.v4i2.99

Abstract

Abstrak - Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu faktor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan pekerjaan. Hal ini dikarenakan hasil kinerja yang maksimal tidak ada artinya jika tingkat keselamatan kerja terabaikan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa pengendalian risiko menggunakan metode Hazard Identification Risk Assessment & Risk Control atau biasa dikenal dengan HIRARC, metode ini merupakan proses mengidentifikasi bahaya pada aktifitas rutin maupun non rutin yang selanjutnya dilakukan penilaian risiko. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi, menilai kemudian melakukan pengendalian risiko bahaya tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada GARDU INDUK (GI) WAYAME, Ambon telah diperoleh hasil melalui penilaian pada 11 peralatan yang terdapat di GI Wayame, maka dapat disimpulkan Terdapat 54% potensi bahaya dengan dengan resiko sedang, 8% potensi bahaya pada sikap kerja, 41% potensi bahaya pada prosedur kerja, 20% potensi bahaya pada lingkungan kerja, dan 32% potensi bahaya pada tempat kerja. Terdapat 11 peralatan dengan resiko sangat besar masuk dalam klasifikasi potensi bahaya prosedur kerja.
RANCANG BANGUN SISTEM PENGISIAN AIR MINERAL BERBASIS MONITORING ANDROID Denny R Pattiapon; Marselin Jamlaay
Jurnal ELKO (Elektrikal dan Komputer) Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54463/je.v5i1.113

Abstract

Desain prototype ini bertujuan untuk merealisasikan sebuah perangkat yang bekerja secara otomatis yang terdiri dari perangkat keras berupa perangkat mekanik dan listrik serta perangkat lunak berupa mikrokontroller dengan peralatan yang diatur oleh android menggunakan sambungan wireless yaitu bluetooth dan komponen elektronika lainnya yang dapat mengendalikan pengisian, pengendalian dan pencatatan pada mengisi depot air isi ulang. Metode yang digunakan yaitu metode rancang bangun dengan membuat sebuah perancangan alat yang dapat memudahkan pengguna depot air isi ulang melakukan pengisian secara otomatis. Hasil penelitian ini dititik beratkan pada sensor ultrasonic dengan memodifikasi jarak transmitter dan receive 1,5 cm dari jarak standar 2,5 cm, maka hasil yang didapatkan sangat maksimal pada pengisian dan pengandalian air untuk semua jenis atau merak galon. Level ketinggian air yang terukur mendapatkan level terendah 2,4 cm dengan waktu  06.39 menit dan level tertinggi 8 cm dengan waktu 06.31 menit.