This Author published in this journals
All Journal ASPIRATOR
Heni Prasetyowati
Loka Litbang P2B2 Ciamis

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes spp. Di Pasar Wisata Pangandaran Joni Hendri; roy Nusa RES; Heni Prasetyowati
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 2 No 1 (2010): Jurnal Aspirator Volume 2 Nomor 1 2010
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.94 KB)

Abstract

An observation of Aedes spp. breeding places in water container was carried out located at Pasar Wisata Pangandaran. The final results showed that larvae were found mostly in bucket (28,21 %), container with plastic based goods (87,18 %) and container with blue colors(33,33%). The House Index (HI) rate was 29,20 %, Container Index (CI) rate was 9,30 %, Breteau Index (BI) rate was 40,6. The research to, showed the barrels or drum was been most productive container with Pupae Index (PI) rate was 25,42.
Serotipe Virus Dengue di Tiga Kabupaten/Kota Dengan Tingkat Endemisitas DBD Berbeda di Propinsi Jawa Barat Heni Prasetyowati; Endang Puji Astuti
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 2 No 2 (2010): Jurnal Aspirator Volume 2 Nomor 2 2010
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.575 KB)

Abstract

The incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disease in Indonesia is increasing over years. DHF outbreaks happen in many provinces of Indonesia. West Java is a DHF endemic province. Nearly all districts/municipalities at the West Java Province are endemic areas and have reported DHF outbreaks. Factors supporting high incidence rate of DHF are tropical climate of Indonesia and the circulation of four dengue virus serotypes. The study aimed to identify dengue virus serotype distribution in the districts with different DHF endemic at the Province of Jawa Barat. The study was observational with cross sectional design. Samples consisted of 60 samples of blood serum of patients serologically infected by dengue virus. Samples came from three districts/municipalities with different DHF endemic. Dengue virus serotype of samples was detected using nested RT-PCR (Reserve Transcription Polymerase Chain Reaction) examination.Results showed that, four serotypes of dengue virus could be isolated from serum samples. Out of all positive samples, Den-2 was the serotype most frequently appeared (55%) followed by Den-3 (29%), Den-1 (9.6%) and Den-4 (6.4%). At dengue high endemic areas there were 4 serotypes of dengue virus Den-3 (6 times), Den-2(twice), Den-4 and Den-1 (once each). At medium endemic areas there were 4 serotypes of dengue virus, i.e. Den-2 (9 times), Den-3 (twice), Den-1 and Den-4 (once each). At low endemic areas there were two serotypes, i.e. Den-2 (6 times) and Den-1 (once).
Kondisi Entomologi Dan Upaya Pengendalian Demam Berdarah Dengue Oleh Masyarakat Di Daerah Endemis Kelurahan Baros Kota Sukabumi Heni Prasetyowati; Nurul Hidayati Kusumastuti; Dewi Nur Hodijah
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 6 No 1 (2014): Jurnal Aspirator Volume 6 Nomor 1 2014
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (926.438 KB)

Abstract

Abstrak. Banyak upaya sudah dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Baros, namun tingkat infeksi di Kelurahan Baros masih tinggi. Untuk mengetahui tingkat risiko penularan DBD dilihat dari kondisi entomologisnya maka dilakukan survei entomologi dan wawancara upaya pengendalian dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor entomologi pada lingkungan Kelurahan Baros serta mengetahui upaya pengendalian DBD yang dilakukan masyarakat di daerah tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross-sectional. Populasi survei entomologi dan wawancara upaya pengendalian adalah semua Rukun Warga (RW) di wilayah Kelurahan Baros yang tergolong wilayah endemis DBD. Sampel adalah rumah/satuan bangunan di lingkungan RW 11 Kelurahan Baros. Responden wawancara adalah orang yang tinggal di rumah/bangunan tersebut. Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner dan bertatap muka dengan responden untuk mengetahui jenis dan besaran upaya pengendalian yang dilakukan masyarakat. Pengumpulan data entomologi dilakukan melalui survei keberadaan nyamuk pra-dewasa di berbagai kontainer yang ada di lingkungan rumah/bangunan yang disurvei dengan mata telanjang. Indeks entomologi yang diukur berupa Container Index (CI), Breteau Index (BI), serta House Index (HI). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pengendalian vektor yang dilakukan masyarakat RW 11 Kelurahan Baros dikelompokkan menjadi pengendalian secara budaya, fisik, biologi, kimia, dan pengendalian secara terpadu, dengan jenis upaya pengendalian tertinggi adalah pengendalian terpadu (37,6%). Indikator entomologi RW 11 Kelurahan Baros adalah HI = 33,98%; CI = 11,1%; BI = 45,63%. Berdasarkan indikator CI, RW 11 memiliki density figure 4, sedangkan berdasar indikator HI dan BI, memiliki density figure 6. Hal ini menunjukkan bahwa Kelurahan Baros memiliki risiko penularan sedang terhadap penyebaran penyakit DBD.
KONFIRMASI ANOPHELES BARBIROSTRIS SEBAGAI VEKTOR MALARIA DI WAIKABUBAK MELALUI DETEKSI PROTEIN CIRCUM SPOROZOITE Mara Ipa; Heni Prasetyowati; Yuneu Yuliasih
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 4 No 1 (2012): Jurnal Aspirator Volume 4 Nomor 1 2012
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.644 KB)

Abstract

Abstrak. Nyamuk Anopheles spp. dinyatakan sebagai vektor malaria apabila ditemukan sporozoitdi kelenjar ludahnya dan salah satu metode yang dapat dilakukan adalah melalui uji Enzyme-LinkedImmunosorbent Assay (ELISA). Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi protein circum sporozoite padatersangka vektor malaria Anopheles barbirostris melalui metode ELISA. Penelitian ini dilakukan di daerahendemis malaria di Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat pada bulanMaret 2011. Desain studi penelitian ini adalah cross sectional, nyamuk uji diperoleh melalui penangkapannyamuk sekitar kandang. Uji ELISA dilakukan pada bagian kepala dan dada nyamuk An. barbirostrisyang potensial mengandung sporozoit Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Hasil penelitianmenunjukkan dari 40 sampel An. barbirostris yang diuji di Desa Modu Waimaringu seluruhnya negatif(100%). Hal ini berarti tidak ditemukannya protein circum sporozoite dan An.barbirostris bukan vektorpada daerah tersebut.
DAYA LARVASIDA EKSTRAK BIJI SRIKAYA (ANNONA SQUAMOSA) DENGAN RENTANG WAKTU PENYIMPANAN YANG BERBEDA TERHADAP LARVA CULEX QUINQUEFASCIATUS Wisnu Satria A.K; Heni Prasetyowati
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 4 No 1 (2012): Jurnal Aspirator Volume 4 Nomor 1 2012
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.337 KB)

Abstract

Abstrak. Insektisida sintetik telah banyak digunakan untuk mengontrol Culex quinquefasciatus, tetapipenggunaan insektisida sintetik terus-menerus berdampak buruk terhadap lingkungan dan mengakibatkanresistensi. Fakta ini menjadi alasan biji srikaya (Annona squamosa) yang mengandung alkaloid digunakansebagai insektisida alternatif yang aman bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh biji srikaya dengan perbedaan lama penyimpanan terhadap larva C. quinquefasciatus. Penelitianini merupakan penelitian eksperimental dengan desain rancangan acak kelompok. Bahan uji adalah ekstrakbiji srikaya yang telah disimpan selama 0, 1, 2, dan 3 minggu. Sampel penelitian ini adalah larva instarketiga C. quinquefasciatus, dan setiap perlakuan menggunakan 25 ekor larva. Sampel dibagi menjadiempat kelompok berdasarkan perbedaan lama penyimpanan dan satu kelompok kontrol, dengan 5 ulanganuntuk masing-masing kelompok. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,47 ppm (LC50).Setelah 24 jam, larva yang mati dihitung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak biji srikaya yangtelah disimpan dalam 0, 1, 2, dan 3 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dalam mortalitaslarva. Ekstrak srikaya yang telah disimpan dalam 0, 1, 2, dan 3 minggu memiliki aktivitas yang samasebagai larvisida terhadap larva C. quinquefasciatus.
Transmisi Transovarial Virus Dengue Pada Telur Nyamuk Aedes Aegypti (L.) Magdalena Desiree Seran; Heni Prasetyowati
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 4 No 2 (2012): Jurnal Aspirator Volume 4 Nomor 2 2012
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.57 KB)

Abstract

Abstrak. Kemampuan virus dengue untuk mempertahankan keberadaanya di alam dilakukan melalui duamekanisme yaitu transmisi horizontal dan dengan transmisi vertikal (transovarial) yaitu dari nyamuk betinainfektif ke generasi berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya transmisi transovarialdan transovarial infection rate (TIR) virus dengue pada telur Ae. aegypti yang induknya telah diinfeksivirus DEN-2 secara peroral. Penelitian merupakan jenis penelitian eksperimental di laboratorium. Populasipenelitian adalah Ae. aegypti betina dewasa yang sebelumnya sudah diinfeksi dengan virus DEN-2 secaraoral dan terbukti terinfeksi virus DEN-2 secara transovarial (F1). Sampel penelitian adalah telur Ae. aegyptibetina dewasa (imago) generasi F2 hasil kolonisasi sampel telur dari nyamuk Ae. aegypti (F1) yang terbuktiterinfeksi virus DEN-2 secara transovarial yang diperlakukan dalam penelitian ini. Jumlah telur nyamukAe. aegypti yang dibuat sediaan egg squash sebanyak 50 sampel yang berasal dari 5 induk nyamuk berbeda.Keberadaan antigen virus dengue pada nyamuk F0 dan F1 diperiksa menggunakan metode imunositokimiaSBPC dengan antibodi monoklonal DSSC7 (1: 50) sebagai antibodi primer yang dibakukan. Hasil penelitianmenunjukan adanya transmisi transovarial virus dengue pada telur Ae. aegypti (F2) yang terlihat padasediaan egg squash berupa warna kecoklatan yang menyebar pada jaringan embrio, dengan TIR sebesar52%. Virus dengue mampu ditransmisikan lewat telur dengan TIR sebesar 52%.