Guswarni Anwar
Universitas Bengkulu

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Tipologi dan Resolusi Konflik Tenurial dalam Kawasan Hutan Konservasi Taman Wisata Alam Pantai Panjang-Pulau Baai di Kota Bengkulu Gunggung Senoaji; Guswarni Anwar; Muhammad Fajrin Hidayat; Iskandar Iskandar
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 18, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.18.2.323-332

Abstract

Taman Wisata Alam Pantai Panjang-Pulau Baai di Kota Bengkulu merupakan kawasan hutan konservasi yang tujuan utamanya dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Ekosistem pantai dan mangrove dengan segala kekayaan dan keindahan alamnya merupakan obyek daya tarik wisata kawasan ini. Pengelolaan kawasan wisata ini menghadapi permasalahan, yakni konflik hak atas lahan sehingga terjadi alih fungsi pemanfaatan lahan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tipologi konflik tenurial dan alternatif penyelesaiannya. Kajian dilakukan dengan memetakan penggunaan lahan dan mengidentifikasi para pihak yang memanfaatkan kawasan taman wisata ini. Pendekatan sejarah dan yuridis digunakan untuk menentukan alternatif penyelesaian konflik tenurialnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan taman wisata alam ini belum ditetapkan sebagai kawasan hutan. Penetapan kawasan hutan tetap harus segera dilakukan agar dapat melakukan kepastian hukum dalam pengelolaan. Didalam kawasannya terdapat berbagai penggunaan lahan di luar bidang kehutanan. Tipologi konflik tenurial yang terjadi adalah : konflik pengelola dengan masyarakat, konflik pengelola dengan pemerintah, dan konflik pemerintah dengan perusahaan negara. Resolusi konflik yang ditawarkan adalah perubahan sebagian peruntukan kawasan hutan melalui skema revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bengkulu dan kolaborasi pemanfaatan kawasan hutan taman hutan wisata dengan pengelola. Evaluasi kesesuaiaan fungsi taman wisata alam harus dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang berkonflik didalamnya. Hasil evaluasi ini menjadi dasar dalam penetapan kawasan hutan taman wisata alam agar memiliki kekuatan hukum yang tetap.
Efektivitas Pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat di Provinsi Bengkulu dan Sejarah Status Fungsi Kawasannya Gunggung Senoaji; Guswarni Anwar; Edi Suharto
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 1 (2021): April 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.1.153-162

Abstract

Taman Wisata Alam (TWA) Seblat di Provinsi Bengkulu, Indonesia, dengan luas 7.732,80 ha, merupakan kawasan hutan konservasi yang tujuan utamanya dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Ekosistem hutan tropis dataran rendah dengan keanekaragaman hayati didalamnya dan adanya pusat latihan gajah (PLG) merupakan obyek daya tarik wisata kawasan TWA ini. Sebelum ditunjuk sebagai TWA kawasan ini merupakan hutan produksi.  Adaya habitat gajah dan satwa liar lainnya di dalamnya menjadikan alasan kawasan ini berubah fungsi menjadi hutan konservasi TWA. Pengelola hutan konservasi TWA Seblat adalah Balai Kosevasi Sumberdaya Alam Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi penggunaan lahan saat ini, sejarah status fungsi hutannya dan tingkat efektivitas pengelolaan TWA Seblat.  Kondisi penggunaan lahan ditentukan dengan metode pemetaan dan survey lapangan. Pendekatan sejarah digunakan untuk mengetahui dinamika perubahan status fungsi kawasan hutannya, sedangkan efektivitas pengelolaan ditentukan dengan metode METT (Management Effektiviness Tracking Tools).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan di kawasan Taman Wisata Alam Seblat yang berupa hutan luasnya sekitar 5.015 ha (64,9%), semak belukar sekitar 2.142 ha (27,7%), pertanian lahan kering campur sekitar 381 ha (4,9%), perkebunan sekitar 59,1 ha (0,8%), tanah kosong sekitar 109 ha (1,4%) dan sawah sekitar 6 ha (0,1%). Sebelum tahun 1995. status fungsi kawasan hutan TWA Seblat ini adalah  hutan produksi, pada tahun 1995 berubah menjadi hutan produksi tujuan khusus Pusat Latihan Gajah (PLG), dan sejak tahun 2011 berubah menjadi hutan konservasi TWA.  Tingkat effektivitas pengelolaan TWA Seblat termasuk dalam kategori efektif, dengan nilai 71%.  Untuk mengoptimalkan fungsi wisata alam dan rekreasi diperlukan penambahan fasilitas dasar, fasilitas wisata, dan rencana pengelolaan jangka pendek. 
EVALUASI TERHADAP JALUR HIJAU JALAN KOTA LUBUKLINGGAU KECAMATAN LUBUKLINGGAU TIMUR II PROVINSI SUMATERA SELATAN Ardea Gattein; Wiryono Wiryono; Guswarni Anwar
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 10 No. 1 (2021)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.10.1.17861

Abstract

Bentuk hutan kota yang cukup efektif dalam mengurangi emisi karbon adalah jalur hijau di sekitar jalan lalu lintas dalam kota. Kota Lubuklinggau memiliki posisi geostrategis dengan menjadi kota perlintasan jalur lalu lintas tengah Sumatera. Lubuklinggau Timur II merupakan sebuah kecamatan sebagai pusat di kota Lubuklinggau yang memiliki area perbelanjaan. Banyaknya pembangunan untuk perdagangan maupun perhotelan, mengakibatkan jalur hijau di pusat kota semakin berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan dan mengevaluasi jalan yang memiliki jalur hijau, mengidentifikasi dan mengevaluasi jenis pohon, mengevaluasi kesehatan pohon serta menghitung dugaan cadangan karbon pada jalur hijau di jalan Pusat Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Oktober 2019 pada jalur hijau di jalan Pusat Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan, khususnya Kecamatan Lubuklinggau Timur II. Pengambilan data ini dilakukan pada semua jalan yang memiliki jalur hijau di lokasi penelitian. Pengamatan tanaman dilakukan pada tanaman yang termasuk pohon dengan tinggi minimal 1 m dan metode pengamatan pohon dilakukan dengan metode sensus pohon. Pendugaan cadangan biomassa dilakukan dengan menggunakan metode Non Destructive, menggunakan rumus allometrik dari beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan jumlah jalan yang memiliki jalur hijau jalan di Pusat Kota Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Timur II adalah 15 jalan atau 34,1% dari 44 jalan. Jumlah jenis pohon yang ditemukan adalah 28 jenis yang tergolong dalam 18 Famili dengan total tanaman sebanyak 482 pohon. Sebanyak 89,3% jenis tanaman tergolong jenis eksotis. Sebagian besar pohon tergolong sehat. Total biomassa adalah 3.337,87 Ton dan cadangan karbon tersimpan sebesar 1.668,93 Ton.
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA HUTAN MADAPI - TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT DI KABUPATEN REJANG LEBONG Yudi Lesmana; Gunggung Senoaji; Guswarni Anwar2
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 (2020)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.9.1.12234

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik pengunjung / wisatawan objek wisata Hutan MADAPI, menghitung nilai kelayakan objek dan daya tarik wisata Hutan MADAPI dari aspek ekologis dan aspek ekonomis serta merumuskan strategi pengembangan ekowisata Hutan MADAPI sebagai objek wisata unggulan di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan ini ada 3 yaitu Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO – ODTWA), analisis finansial (feasibility study) menggunakan perhitungan Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR), analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity and Threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pengunjung objek wisata Hutan MADAPI berdasarkan usia didominasi umur 22 tahun (74%), berdasarkan asal didominasi dari Kota Curup dan sekitarnya (45%), berdasarkan latar belakang pendidikan didominasi oleh pelajar SLTA/SMK (58%). Secara ekologis, Hutan MADAPI memiliki nilai objek dan daya tarik wisata alam sebesar 699,17 dengan indeks kelayakan sebesar 77,69%, (layak dikembangkan/ feasible). Secara finansial (feasibility study), pengembangan ekowisata Hutan MADAPI tidak layak dikembangkan karena memperoleh keuntungan (benefit) yang lebih kecil dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Strategi pengembangan ekowisata Hutan MADAPI berada pada kuadran I (strategi SO), mendukung strategi yang agresif yaitu : 1). pengembangan Hutan MADAPI menjadi lokasi pendidikan lingkungan/pendidikan konservasi, bumi perkemahan tingkat kabupaten, lokasi penelitian dan lokasi outbond /photo spot/ pre wedding dan vidio shooting; 2). pengelolaan kolaboratif dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder; 3). pengembangan Desa Karang Anyar Pal VIII menjadi desa wisata; dan 4). optimalisasi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitar lokasi objek wisata.
Pemanfaatan Drone/ Unmanned Aerial Vehicle dalam Klasifikasi Tutupan Lahan Taman Wisata Alam Danau Dusun Besar, Provinsi Bengkulu Mardiansyah Mardiansyah; Agus Susatya; Hery Suhartoyo; Guswarni Anwar; Damres Uker
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 11 No. 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.11.1.20893

Abstract

Kawasan hutan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Danau Dusun Besar merupakan wilayah pengelolaan BKSDA Bengkulu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Provinsi Bengkulu. Hutan konservasi tersebut mengalami Evaluasi Kesesuaian Fungsi dan dalam pengelolaannya memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dalam pengelolaan kawasan hutan konservasi memerlukan data yang lengkap berbasis ilmu pengetahuan. Data detail tentang klasifikasi tutupan lahan TWA Danau Dusun Besar dibutuhkan mendukung pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Ketersediaan data penutupan lahan berdasarkan SNI 7645 : 2010 Skala 1 : 250.000 bahwa data Kementerian LHK Tahun 2016 di lokasi penelitian bahwa terdata 2 jenis klasifikasi tutupan lahan sehingga diperlukan yang lebih terperinci. Penelitian di TWA Danau Dusun Besar, BKSDA Bengkulu ini menggunakan teknologi Drone/ Unmanned Aerial Vehicle dalam klasifikasi tutupan lahan. Pengumpulan data dan akuisisi citra Drone/ UAV DJI Ptahtom 4 Pro menggunakan Agisoft Methashape Profesional 1.5 dan analisis ArcGIS 10.4 untuk Klasifikasi Tutupan Lahan menggunakan digitasi on screen, uji topologi, data orthomosaic dan data vector dengan SNI 7645 : 2014. Hasil analisis yang dilakukan yaitu terdapat 7 (tujuh) Klasifikasi Tutupan lahan TWA Danau Dusun Besar ± 88,82 Ha yaitu Waduk multiguna seluas ± 45,08 Ha, Vegetasi berupa hutan rawa/ gambut sekunder kerapatan rendah seluas ± 12,55 ha, hutan nipah seluas ± 0,74 Ha, Semak belukar seluas ± 18,75 ha, Padang rumput seluas ± 5, 45 ha, Liputan vegetasi alami (bakung) seluas ± 5,45 Ha, dan Lahan terbuka lain seluas ± 0,39 ha.
Revegetasi Lahan Miring dengan Pola Agroforestri Tanaman Unggulan Lokal untuk Mengurangi Erosi Tanah dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Arga Indah I, Bengkulu Tengah Gunggung Senoaji; M. Fajrin Hidayat; Guswarni Anwar; Agung Hasan Lukman; Elvi Susanti
Indonesian Journal of Community Empowerment and Service (ICOMES) Vol. 2 No. 1: June 2022
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.626 KB) | DOI: 10.33369/icomes.v2i1.20599

Abstract

Kondisi lahan pertanian di Desa Arga Indah I, Kec. Pagar Jati, Bengkulu Tengah didominasi oleh topografi miring. Hal ini memerlukan pengelolaan lahan yang tepat agar mampu memberikan produksi pertanian yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pemeliharaan kualitas tanah melalui pencegahan erosi untuk mempertahankan produktivitas lahan penting dilakukan. Kegiatan ini memperkenalkan teknik pengelolaan lahan dengan melakukan revegetasi lahan miring melalui pola panam agroforestri dengan tanaman unggulan lokal (Durian Bentara dan pala).  Tujuan dari kegiatan ini adalah agar masyarakat mengetahui teknik pengolahan lahan miring yang dapat memberikan keuntungan ekonomi dan sekaligus mengurangi erosi tanah. Metode yang digunakan adalah survei, penyuluhan, dan demonstrasi. Penyuluhan dilakukan secara komprehensif sebagai upaya persiapan untuk pembuatan demplot. Demonstrasi dilakukan sebagai praktik pembuatan demplot. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa masyarakat menjadi tahu dan menambah wawasan tentang teknik pengelolaan lahan miring dengan menanam tanaman unggulan lokal pada lahan pertaniannya melalui sistem agroforestri. Masyarakat desa juga mulai mengetahui bahwa Durian Bentara merupakan tanaman unggulan lokal yang dapat dibudidayakan sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat dan berperan juga sebagai sarana perlindungan lingkungan tanah. 
Laju Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor-Faktor Yang Mendorong Perambahan Kawasan Hutan Bukit Balai Wilayah Pengelolaan UPTD KPH Wilayah XI Kikim-Pasemah Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Dedi Harianto; Yansen Yansen; Hery Suhartoyo; M.Faiz Barchia; Guswarni Anwar
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 11 No. 2 (2022)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.11.2.24226

Abstract

Hutan adalah sebuah ekosistem yang menyediakan begitu banyak manfaat bagi kehidupan. Keberadaan dan kualitas hutan di Indonesia sedang terancam deforestasi. Analisa perubahan tutupan lahan menggunakan GIS dapat dilakukan untuk membantu memetakan penyebab deforestasi di suatu kawasan hutan. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Hutan Bukit Balai yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan dari Penelitian adalah Untuk mengetahui laju perubahan tutupan lahan dan klasifikasi tutupan di Kawasan Hutan Bukit Balai periode tahun 2013-2018, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong terjadinya perambahan di Kawasan Hutan Bukit Balai. Penelitian dilakukan dari Bulan Februari s/d Oktober 2019, dengan metode pengumpulan data, observasi lapangan, wawancara dan studi pustaka. Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan metode non probality sampling. Data yang diperoleh dianalisis dengan deskriftif. Hasil menunjukkan umur perambah di Kawasan Hutan Bukit Balai berada pada umur usia produktif dengan mayoritas berpendidikan rendah. Sebagian besar jumlah anggota keluarga perambah tersebar pada keluarga sedang (4-5 orang). Mayoritas perambah adalah masyarakat sekitar kawasan hutan, asal lahan rambahan 53,125% diperoleh dengan membuka lahan sendiri. Sebanyak 63,54% perambah tidak memiliki pekerjaan sampingan. Luas lahan yang dibuka oleh perambah pada luas sedang (1-2 hektar per orang). Pendapatan petani perambah rata-rata berkisar 10-50 juta per tahun. Tipe tutupan lahan di Kawasan Hutan Bukit Balai tahun 2018 teridentifikasi enam tipe, yaitu hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, semak, perkebunan, lahan kering campur semak dan pertanian lahan kering. Laju perubahan tutupan lahan yang mengalami peningkatan di Kawasan Hutan Bukit Balai adalah pertanian lahan kering campur semak, sedangkan tutupan lahan yang mengalami penurunan luas terbesar adalah hutan lahan kering sekunder. Berdasarkan kelompok fungsi kawasan perubahan terluas terjadi pada kawasan hutan lindung. Faktor yang mendorong perambahan yaitu;, faktor sosial ekonomi, laju pertumbuhan penduduk dan ketersediaan lahan, rendahnya pengakuan masyarakat terhadap wilayah Kawasan Hutan Bukit Balai, faktor aksesibilitas, serta lemahnya pengawasan dan penegakan hukum dibidang kehutanan.
Budidaya Jamur Tiram dan Berbagai Produk Olahannya untuk Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa Kali Padang Guswarni Anwar
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7 No 3 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v7i3.4202

Abstract

Budidaya jamur tiram putih dapat dijadikan alternatif untuk peluang usaha meningkatkan ekonomi masyarakat dan mengurangi limbah serbuk kayu gergaji untuk kesehatan lingkungan. Kegiatan pengabdian pada masyarakat dilakukan di Desa Kali Padang, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu karena desa ini memiliki usaha penggergajian kayu yang menghasilkan limbah. Selain itu, desa ini juga sedang menggalakkan program ekowisata, sehingga budidaya jamur tiram dan membuat produk olahannya dapat mendukung program tersebut dengan menghasilkan produk olahan khas dari jamur tiram untuk dijual kepada wisatawan dan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat  dari peluang usaha budidaya jamur tiran dan membuat produk olahannya. Sasaran kegiatan adalah kelompok perempuan. Metode kegiatan adalah pelatihan dan praktek melakukan budidaya jamur dan membuat produk olahan. Kegiatan dapat dilaksanakan dengan sukses dengan telah menghasilkan usaha budidaya jamur tiram sebanyak 500 baglog yang telah memproduksi jamur tiram setiap hari rata-rata 3 kg. Jamur tiram yang dipanen tersebut dijual kepada masyarakat dan dananya sebagai modal pengembangan usaha budidaya jamur. Kelompok perempuan yang dilatih telah memiliki ketrampilan membuat beberapa produk olahan jamur tiram seperti sate, nugget, batagor, dan jamur krispi atau keripik jamur.