Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Studi Pertumbuhan Awal Kuya Batok (Cuoro Ambonensis) di Kolam Kehutanan UNIB serta Implementasinya sebagai Bahan Ajar Zoologi Vertebrata Indah Maryani; Aceng Ruyani; Bhakti Karyadi; Hery Suhartoyo
PendIPA Journal of Science Education Vol 2, No 3 (2018): October
Publisher : University of Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.557 KB) | DOI: 10.33369/pendipa.2.3.200-205

Abstract

ABSTRACT[Study of Kuya Batok (Cuoro Ambonensis) Early Growth’s in UNIB Forestry Pond and its Implementation as Teaching Materials on Vertebrate Zoology]. The goal of this study was to know the growth of C. amboinensis in the ex-situ conservation area of the University of Bengkulu Forestry Pond during the 10 weeks study and 3 weeks continuous research, to know the condition of abiotic factor C. amboinensis in ex-situ conservation area of Forest Ponds of Bengkulu University, and to know the knowledge and understanding of the students about the early growth of C. amboinensis, the conservation concept at the University of Bengkulu Forestry Pond and the change of students conservation attitude by using teaching materials. Implementation of learning adoption of existing teaching material products "Technique Monitoring of Black-turtle Lineage of Coldhamii" (Astuti, 2016). The teaching material is in the form of a book entitled "Monitoring Technique of Turtle Shell (Cauro amboinensis)". The results of this study show that: a) The first study only received 1 C. amboinensis for 10 weeks of observation and growth (weight, length, width, thickness, anterior-posterior arch, b) Abiotic factors in the conservation area supported growth of C. amboinensis and suitable for in situ conservation pond ex situ in UNIB, c) On the second observation release 15 C. amboinensis by using 3 large trapp to conservation pond for 3 weeks and experiencing growth, d) condition of abioic factor become habitat C. amboinensis include: ground temperature 280C, water temperature 300C, relative humidity 80%, soil pH 6, pH 7 water, turbidity 80, e) high knowledge of students about the existence of turtles 22.8% - to 77.2% on conservation 13% to 87%, not in line with the conservation attitude of 34% to 66%.Keywords: Growth; C. amboinensis; abiotic factor; teaching material.
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KEBUN KOPI RAKYAT SYSTEM AGROFORESTRY DI KELURAHAN UJAN MAS ATAS, KABUPATEN KEPAHIANG, PROVINSI BENGKULU Hery Suhartoyo; Helfi Eka Saputra; Umi Salamah
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 (2020): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.311 KB)

Abstract

Abstract Coffee plantation within community forest (HKm) requires the use of an agroforestry system, but knowledge of the concept and its implementation in the field, is still lacking. The use of shade trees in coffee plantations is known to be beneficial for the long-term sustainability of coffee production. Recent result of coffee harvests are still low due to minimal intensification methods and maintenance e.g. in returning of soil nutrients into the agroforestry system. This community service program is carried out to, first, provide an understanding of the importance of shade trees within coffee plantations in the Agroforestry system, second, restore and increase soil nutrients by making compost from coffee husks. And third, introduce red-picking fruit harvest to increase the value of the community's coffee bean. The results of the activity showed better understanding in the arrangement of shade trees and increased skills in composting from coffee husks. The increase in crop yields is still in the implementation stage by using self-made compost which is sown on coffee plantations. The sustainability of this program can be achieved by involving young people in forest farmer groups and the coffee composting business can provide income, in addition to being used alone in their coffee plantation. With the addition of coffee husk compost, it is believed that it will increase coffee yields in the future and with changes in the red-picking harvest pattern, the price of coffee bean will be higher. Abstrak Penanaman kopi rakyat di areal Hutan kemasyarakatan (HKm) mensyaratkan penggunaan sistem Agroforestry, namun pengetahuan tentang konsep dan implementasi Agroforestry di lapangan masih sangat minim. Penggunaan pohon naungan dalam kebun kopi telah diketahui manfaatnya untuk keberlanjutan produksi kopi dalam jangka panjang. Hasil panen kopi yang dihasilkan masih rendah sengan minimnya intensifikasi perawatan dan pengembalian hara tanah ke dalam system Agroferestry. Program pengabdian ini dilaksanakan untuk 1. Memberikan pemahaman tentang pentingnya pohon naungan dalam kebun kopi rakyat system Agroforestry, 2. Mengembalikan dan meningkatkan unsur hara tanah dengan pembuatan kompos dari kulit kopi. 3. Memberikan wawasan pola panen petik merah untuk peningkatan nilai panen kopi masyarakat. Hasil kegiatan menunjukkan pemahanman yang lebih baik dalam hal pengaturan pohon naungan dan meningkatnya ketrampilan dalam pembuatan kompos dari kulit kopi. Peningkatan hasil panen masih dalam tahap implementasi/pemakaiana kompos hasil pembuatan sendiri yang ditabur di lahan kebun kopi. Keberlanjutan program ini dapat dicapai dengan pelibatan kaum muda di kelompok tani hutan dan usaha pembuatan kompos kopi dapat memberikan pendapatan, selain dipakai sendiri di kebun kopinya. Dengan penambahan kompos kulit kopi dipercaya akan meningkatkan hasil panen kopi di masa yang akan datang dan dengan adanya perubahan pola panen petik merah membuat harga kopi yang dihasilkan akan lebih tinggi.
Pemanfaatan Drone/ Unmanned Aerial Vehicle dalam Klasifikasi Tutupan Lahan Taman Wisata Alam Danau Dusun Besar, Provinsi Bengkulu Mardiansyah Mardiansyah; Agus Susatya; Hery Suhartoyo; Guswarni Anwar; Damres Uker
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 11 No. 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.11.1.20893

Abstract

Kawasan hutan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Danau Dusun Besar merupakan wilayah pengelolaan BKSDA Bengkulu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Provinsi Bengkulu. Hutan konservasi tersebut mengalami Evaluasi Kesesuaian Fungsi dan dalam pengelolaannya memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dalam pengelolaan kawasan hutan konservasi memerlukan data yang lengkap berbasis ilmu pengetahuan. Data detail tentang klasifikasi tutupan lahan TWA Danau Dusun Besar dibutuhkan mendukung pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Ketersediaan data penutupan lahan berdasarkan SNI 7645 : 2010 Skala 1 : 250.000 bahwa data Kementerian LHK Tahun 2016 di lokasi penelitian bahwa terdata 2 jenis klasifikasi tutupan lahan sehingga diperlukan yang lebih terperinci. Penelitian di TWA Danau Dusun Besar, BKSDA Bengkulu ini menggunakan teknologi Drone/ Unmanned Aerial Vehicle dalam klasifikasi tutupan lahan. Pengumpulan data dan akuisisi citra Drone/ UAV DJI Ptahtom 4 Pro menggunakan Agisoft Methashape Profesional 1.5 dan analisis ArcGIS 10.4 untuk Klasifikasi Tutupan Lahan menggunakan digitasi on screen, uji topologi, data orthomosaic dan data vector dengan SNI 7645 : 2014. Hasil analisis yang dilakukan yaitu terdapat 7 (tujuh) Klasifikasi Tutupan lahan TWA Danau Dusun Besar ± 88,82 Ha yaitu Waduk multiguna seluas ± 45,08 Ha, Vegetasi berupa hutan rawa/ gambut sekunder kerapatan rendah seluas ± 12,55 ha, hutan nipah seluas ± 0,74 Ha, Semak belukar seluas ± 18,75 ha, Padang rumput seluas ± 5, 45 ha, Liputan vegetasi alami (bakung) seluas ± 5,45 Ha, dan Lahan terbuka lain seluas ± 0,39 ha.
KAJIAN DAERAH IMBUHAN AIR TANAH (GROUNDWATER RECHARGE AREA) DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BENGKULU DAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH Benny Bayu Prabowo; Hery Suhartoyo; M. Faiz Barchia; Satria Putra Utama; Bandi Hermawan
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 11 No. 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.11.1.21357

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui porsi daerah Imbuhan air tanah (Groundwater Recharge Area) di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah  dalam RTRW Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah. (2) Mengetahui kesesuaian penggunaan lahan Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah terhadap daerah Imbuhan air tanah (Groundwater Recharge Area). (3) Mengetahui kesesuaian daerah Imbuhan air tanah (Groundwater Recharge Area) dengan RTRW Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – April 2020 di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah data Demnas, Peta Geologi dan Citra Satelite Spot Perekaman Tahun 2016. Data Demnas di ektraksi melalui analisis spasial sehingga menghasilkan data, Linement Density, Drainage Density dan Slope Gradient, kemudian data Geologi diturunkan menjadi data Lithologi serta data Citra Satelite di ekstraksi menjadi data tutupan lahan. 5 parameter tersebut dilakukan pemberian bobot dan Factor Rate kemudian dilakukan Overlay dan didapatkan hasil dengan kelas Rendah, Sedang, Baik dan Sangat Baik. Kota Bengkulu di dominasi kelas Sedang 30,052% dan Baik 39,031% dengan sebaran sebagian besar di wilayah Kecamatan Muara Bangkahulu, Sungai Serut, sebagian singaran pati selebar serta kampung melayu sedangkan kelas Baik dan Sangat Baik berada di Wilayah Kecamatan yang berbatasan langsung antara 2 Kabupaten. Hasil Overlay Daerah Imbuhan Air Tanah terhadap Pola Ruang dalama RTRW Kota Bengkulu menunjukkan bahwa Kawasan resapan air masuk ke dalam kelas Baik Daerah Imbuhan Air Tanah. Daerah ini juga masuk ke dalam Cagar Alam yang masuk dalam Kawasan Lindung dalam Pola Ruang. Kabupaten Bengkulu tengah di dominasi oleh kelas rendah dikarenakan daerah ini sebagian besar lithologinya merupakan andesit.