Ratna Sofaria Munir
Departemen Farmakologi Dan Terapi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya 60131

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Monoklonal Antibodi Bovine Zona Pelusida 3 (bZP3) terhadap Diameter dan Atresia Folikel Ovarium Mencit (Mus musculus) Annisa Trissatharra; Sri Ratna Dwiningsih; Ratna Sofaria Munir
Majalah Obstetri dan Ginekologi Vol. 24 No. 1 (2016): Januari - April
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.533 KB) | DOI: 10.20473/mog.V24I12016.37-42

Abstract

Objectives: To identify the effect of monoclonal antibody bZP3 at ovarian follicles that undergo atresia and diameter of various ovarian follicles.Materials and Methods: This is a true experimental research with post only control group design. Samples were 36 female mices (Mus musculus) which is divided into 6 groups, there are 3 control groups (group 1, 2, and 3) injected by Phospatase Buffer Saline (PBS) 50µl and 3 treatment groups (group 4, 5, and 6) injected by Mab bZP3 50µl. Group 1 and 4 terminated at 5th day, group 2 and 5 terminated at 10th day, and group 3 and 6 terminated at 20th day. Evaluation of atretic ovarian follicles and diameter of ovarian follicles performed by hematoxylin eosin (HE) and the data processed by parametric statistic.Results: There are no significant in different among groups in the aspect of atretic follicles and diameter of folicles (p>0.05), but descriptively, number of follicles undergo atresia of the follicle primary, secondary, and tertiary treatment group was higher than the control group, except on the 20th day of observation time.Conclusion: administration of Mab bZP3 had no effect to amount of atretic follicles and diameter of folicles during observation time.
Perbandingan Efektivitas Antifungi Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum) dan Nistatin dengan Metode Difusi Cakram terhadap Candida albicans Sarwendah Paramesti; Ratna Sofaria Munir; Pepy Dwi Endraswari
Jurnal Mikologi Indonesia Vol 3, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Perhimpunan Mikologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6736.339 KB) | DOI: 10.46638/jmi.v3i1.49

Abstract

Bawang putih (Allium sativum) merupakan obat yang sudah dimanfaatkan sejak zaman dahulu oleh Hippocrates, Pliny, dan Aristotle untuk kegunaan terapi. Bawang putih mempunyai efek sebagai antivirus, antibakteri, antifungi, dan antioksidan. Selain itu, bawang putih dapat digunakan sebagai anti-atherosklerosis dan anti-kanker (Bongiorno, 2008). Di sisi lain, nistatin merupakan antibiotik yang sangat efisien dalam pengobatan mikosis. Dalam sehari-hari, nistatin digunakan sebagai obat untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh jamur genus Candida. Penyebab utama penyakit tersebut adalah sistem imun tubuh yang melemah akibat penyakit sistemik. Penyebab lainnya yaitu akibat adanya infeksi nosokomial yang ditularkan melalui tenaga medis mau pun alat-alat kesehatan yang telah terkontaminasi. Sejauh ini penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk menentukan aktivitas antifungi yang dihasilkan oleh bawang putih saja, tanpa mengetahui perbandingan efektivitasnya dengan obat-obatan lain, sehinga perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektivitas ekstrak etanol bawang putih (Allium sativum) dan nistatin sebagai antifungi yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah uji difusi menggunakan kertas cakram dengan 6 perlakuan. Konsentrasi ekstrak yang dipilih adalah 4g/ml (100%), 3g/ml (75%), 2g/ml (50%), dan 1g/ml (25%). Replikasi yang dilakukan dalam penelitian ini sebanyak 5 kali. Hasil data diperoleh dari pengukuran besar diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar media perbenihan jamur Candida albicans yang sudah diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24 jam, dalam satuan milimeter. Kemudian, hasil tersebut akan dibandingkan dengan besar diameter zona hambat yang dihasilkan oleh obat nistatin untuk dinilai efektivitas keduanya. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa besar diameter zona hambat yang dihasilkan oleh nistatin jauh lebih besar dibandingkan ekstrak etanol bawang putih (Allium sativum). Perlu dilakukan evaluasi baik dari segi tanaman, jamur, obat, cara ekstraksi mau pun metode penelitian agar dapat memberikan hasil yang lebih akurat.