Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS ASAL MULA ARSITEKTUR BANJAR STUDI KASUS : ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BUBUNGAN TINGGI Mentayani, Ira
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 10, No 1 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this research is to find out germinal of traditional Banjarese architecture in South Kalimantan. Using descriptive analysis method based on existing literature and the empirical evidence, hence it can be found germinal of  the traditional Banjarese architecture. Architecture that lifted as a comparison  is a traditional  architecture of Rumah Bubungan Tinggi (House of High Cam). Rumah Bubungan Tinggi is a traditional Banjarese architecture coming from  architecture of Malay that exists on coastal area. It has been formed far before the Banjarese formed itself. In its growth, the culture of  Dayak dan Java tribes and including Islam had also influenced. Physically, the environmental condition become primary factor of its physical form.Penelitian ini bertujuan untuk menemukenali asal mula arsitektur tradisional Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Dengan metode analisis deskriptif berdasar literatur yang ada dan bukti empiris, maka dapat ditemukankenali asal mula arsitektur Masyarakat Banjar. Arsitektur yang diangkat sebagai perbandingan adalah arsitektur tradisional Rumah Bubungan Tinggi. Rumah Bubungan Tinggi adalah arsitektur tradisional Masyarakat Banjar yang berasal dari arsitektur masyarakat Melayu yang ada di pesisir, yang telah terbentuk jauh sebelum terbentuknya Masyarakat Banjar. Dalam perkembangannya, kebudayaan Suku Dayak dan Jawa, serta ajaran Islam turut pula mempengaruhi. Secara fisik, kondisi lingkungan alam menjadi faktor utama bentuk/wujud fisik.
ANALISIS ASAL MULA ARSITEKTUR BANJAR STUDI KASUS : ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BUBUNGAN TINGGI Mentayani, Ira
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 10, No 1 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v10i1.6940

Abstract

The purpose of this research is to find out germinal of traditional Banjarese architecture in South Kalimantan. Using descriptive analysis method based on existing literature and the empirical evidence, hence it can be found germinal of  the traditional Banjarese architecture. Architecture that lifted as a comparison  is a traditional  architecture of Rumah Bubungan Tinggi (House of High Cam). Rumah Bubungan Tinggi is a traditional Banjarese architecture coming from  architecture of Malay that exists on coastal area. It has been formed far before the Banjarese formed itself. In its growth, the culture of  Dayak dan Java tribes and including Islam had also influenced. Physically, the environmental condition become primary factor of its physical form.Penelitian ini bertujuan untuk menemukenali asal mula arsitektur tradisional Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Dengan metode analisis deskriptif berdasar literatur yang ada dan bukti empiris, maka dapat ditemukankenali asal mula arsitektur Masyarakat Banjar. Arsitektur yang diangkat sebagai perbandingan adalah arsitektur tradisional Rumah Bubungan Tinggi. Rumah Bubungan Tinggi adalah arsitektur tradisional Masyarakat Banjar yang berasal dari arsitektur masyarakat Melayu yang ada di pesisir, yang telah terbentuk jauh sebelum terbentuknya Masyarakat Banjar. Dalam perkembangannya, kebudayaan Suku Dayak dan Jawa, serta ajaran Islam turut pula mempengaruhi. Secara fisik, kondisi lingkungan alam menjadi faktor utama bentuk/wujud fisik.
KARAKTERISTIK KAWASAN PERMUKIMAN PENAMBANG INTAN CEMPAKA J. C. Heldiansyah; Bani Noor Muchamad; Ira Mentayani; Naimatul Aufa; Irwan Yudha Hadinata
JURNAL TEKNIKA Vol. 3 No. 1 (2019): Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Keteknikan
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tambang Intan Cempaka sudah ada sejak masa Kerajaan Negara Dipa di abad 15. Sehingga, permukiman para penambang intan di sekitar tambang diyakini sezaman dengan kegiatan penambangan intan tersebut. Dilihat dari segi usia, kawasan permukiman Cempaka dinilai berkarakter tradisional. Namun saat ini, kawasan ini termasuk salah satu kawasan kumuh Kota Banjarbaru. Permukiman kumuh identik dengan kondisi ekonomi warga. Oleh karena itu, pemerintah Kota Banjarbaru mengupayakan perbaikan kawasan ini melalui program Kota Tanpa Kumuh dan pengembangan kegiatan indusri rumahan. Kegiatan industri rumahan mendatangkan banyak wisatawan ke kawasan ini. Namun secara fisik, kawasan ini belum siap menjadi destinasi wisata. Untuk meningkatkan kualitas kawasan, maka upaya mengenali karakteristik kawasan penting untuk dilakukan sebagai langkah awal perancangan kawasan. Metode yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan dengan metode deduktif kualitatif. Penelitian ini menemukan faktor pembentuk karakteristik permukiman Cempaka yaitu rumah-rumah vernakular yang menyebar tidak beraturan, menyesuaikan konteks/lokalitas eksisting. Sehingga disimpulkan bahwa kawasan permukiman Cempaka memiliki cirikhas permukiman vernakular.
ANALISIS ASAL MULA ARSITEKTUR BANJAR STUDI KASUS : ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BUBUNGAN TINGGI Mentayani, Ira
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 10, No 1 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v10i1.6940

Abstract

The purpose of this research is to find out germinal of traditional Banjarese architecture in South Kalimantan. Using descriptive analysis method based on existing literature and the empirical evidence, hence it can be found germinal of  the traditional Banjarese architecture. Architecture that lifted as a comparison  is a traditional  architecture of Rumah Bubungan Tinggi (House of High Cam). Rumah Bubungan Tinggi is a traditional Banjarese architecture coming from  architecture of Malay that exists on coastal area. It has been formed far before the Banjarese formed itself. In its growth, the culture of  Dayak dan Java tribes and including Islam had also influenced. Physically, the environmental condition become primary factor of its physical form.Penelitian ini bertujuan untuk menemukenali asal mula arsitektur tradisional Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Dengan metode analisis deskriptif berdasar literatur yang ada dan bukti empiris, maka dapat ditemukankenali asal mula arsitektur Masyarakat Banjar. Arsitektur yang diangkat sebagai perbandingan adalah arsitektur tradisional Rumah Bubungan Tinggi. Rumah Bubungan Tinggi adalah arsitektur tradisional Masyarakat Banjar yang berasal dari arsitektur masyarakat Melayu yang ada di pesisir, yang telah terbentuk jauh sebelum terbentuknya Masyarakat Banjar. Dalam perkembangannya, kebudayaan Suku Dayak dan Jawa, serta ajaran Islam turut pula mempengaruhi. Secara fisik, kondisi lingkungan alam menjadi faktor utama bentuk/wujud fisik.
A Healthy-Productive Dwelling Model Based On Optimizing Of Space Bani Noor Muchamad; Naimatul Aufa; Ira Mentayani
Tesa Arsitektur Vol 15, No 2 (2017)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v15i2.887

Abstract

ABSTRACT This research has a long-term aim to help the government’s program in alleviating poverty and creating a healthy environment. The aim will be achieved by an implementation and trial of existing Optimizing of Space based on occupancy profiles. The trial and implementation were performed by using modeling techniques, both 3D graphic model and mock up model. The modeling techniques were performed through a design experiment process in a laboratory. It was selected based on the characteristics of the low economic, education and knowledge capacities, and the low level of awareness of the society in the slum areas. The result of the research is a healthy and productive dwelling model for the occupants. This innovation of a healthy and productive dwelling model can be a frame of reference for a mass dwelling establishment or construction done by the government, private companies (CSR), or NGOs in order to upgrade the slum areas and alleviate poverty. Keywords: poverty; slum area; modeling. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan jangka panjang untuk membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan sekaligus menciptakan permukiman dan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Tujuan ini akan dicapai melalui pengimplementasian sekaligus pengujian Konsep Optimalisasi Ruang berbasis profil penghuni yang telah ada. Implementasi dan pengujian Konsep Optimalisasi Ruang dilakukan dengan menggunakan metode pemodelan, baik model 3D grafis maupun maket (mock up). Metode pemodelan dilaksanakan melalui proses eksperimentasi desain di laboratorium. Metode pemodelan dipilih berdasar karakteristik kemampuan ekonomi, pendidikan/pengetahuan, dan tingkat kesadaran masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh yang masih rendah. Hasil penelitian adalah model hunian yang produktif dan sehat bagi penghuninya. Temuan inovasi model hunian produktif dan sehat ini dapat dijadikan acuan untuk pembangunan/pengadaan hunian massal yang dilaksanakan melalui program pemerintah, swasta (CSR), ataupun swadaya masyarakat untuk penataan permukiman kumuh dan pengentasan kemiskinan. Keywords: kemiskinan; permukiman kumuh; pemodelan
Tipologi dan Morfologi Arsitektur Suku Banjar di Kal-Sel Ira Mentayani; Dila Nadya Andhini
INFO-TEKNIK Vol 8, No 2 (2007): INFOTEKNIK VOL. 8 NO. 2 2007
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/infotek.v8i2.1732

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui tipologi dan morfologi arsitektur daerah Suku  Banjar di Kalimantan Selatan sehingga ketidakjelasan tipe arsitektur Banjar yang ada saat ini dapat dipecahkan secara ilmiah.Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tradisional yang berumur rata-rata lebih dari 50 tahun. Sampel yang digunakan adalah sampel bertujuan (purposive sample) dengan pengumpulan data menggunakan metode bola salju (snow ball sampling). Analisis data, dimulai dengan menelaah seluruh data, reduksi data, menyusun data-data dalam satuan-satuan, mengkategorisasikan, dan memeriksa keabsahan data. Tahap analisis dilanjutkan dengan tahap penafsiran data. Bagian analisis yang terpenting adalah mengkategorisasikan yang didasarkan pada metode analisis komparatif.Hasil penelitian menunjukkan Tipomorfologi arsitektur suku Banjar dapat dijelaskan berdasar beragam tema yang mempengaruhi perkembangan arsitektur Suku Banjar, yaitu; berdasar kesamaan yang menjadi ciri khas (geometrik), berdasar pengaruh kebudayaan suku, berdasar pengaruh kepercayaan dan agama, berdasar tata ruang, berdasar struktur dan konstruksi, berdasar lokasi, dan berdasar ornamen/ ragam hias.Keberadaan masing-masing tema yang mempengaruhi pembentukan tipo- morfologi Suku Banjar di atas saling berhubungan erat antar satu dengan yang lainnya sehingga tidak bisa dilepaskan dalam pembentukan pemahaman.
KARAKTER ARSITEKTUR TEPI SUNGAI DI KAMPUNG SASIRANGAN KOTA BANJARMASIN Irwan Yudha Hadinata; Ira Mentayani
INFO-TEKNIK Vol 19, No 1 (2018): INFOTEKNIK Vol. 19 No. 1 Juli 2018
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/infotek.v19i1.5144

Abstract

Banjarmasin as the city of a thousand rivers has become a region with strong riverside character. From its history, traditional kampungs grow along the riverbanks with unique features and characteristics. Along with the development of time and progress in all fields, the riverside kampung undergoes transformation that threatens the fading of the identity and existence of riverside architecture in Banjarmasin City. This study aims to identify the character of riverside architecture in Kampung Sasirangan and dwelling components that became the background of the character. The location of Kampung Sasirangan chosen based on the criteria of finding lanting houses, riverbank houses, titian, trunks, toilets, docks and bridges as part of the riverside architecture This research uses rationalistic method with typology as a classification analysis tool of mapping of residence typology and its physical component. The findings of this study illustrate the trend of changes and transformation of riverbanks and lanting houses in the area of Kampung Sasirangan that is happening and is real. These changes are generally not in the form of architectural form but in the material forming content and functions that exist in each of these houses. The strong influence of the road to the attraction of orientation and the changing factor of the community profession in Kampung Sasirangan, which is based on the main factor that is the economic accessibility that becomes the base of the changing factor of the area.
Karakteristik Perumahan di Tepi Sungai Martapura Tinjauan Aspek Fisik Tradisional Bani Noor Muchamad; Ira Mentayani
INFO-TEKNIK Vol 3, No 1 (2002): INFOTEKNIK VOL. 3 NO. 1 2002
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/infotek.v3i1.451

Abstract

Besarnya potensi rumah tradisional kurang disadari dengan terjadinya perubahan yang pesat yang ditandai munculnya bentuk-bentuk baru semakin ditinggalkannya bentuk rumah tradisional.Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik perumahan yang ditinjau dari aspek fisik tradisional di tepi Sungai Martapura. Mtode analisis adalah deksriptif kuantitatif dengan alat analisis evaluasi komparatif dan statistik deskriptik sederhana. Sampel terbagi 3 lapisan jarak (0-50 m, 51-100 m, dan > 100 m) dari sungai. Kriteria sampel masih ada unsur tradisional pada fisik bangunan.Ketiga lapisan memiliki karakteristik yang sama, yaitu termasuk kategori semi tradisional. Latar belakang yang mempengaruhi adalah aspek ekonomi, pengetahuan idigenous, selera, dan aktifitas anggota keluarga. Selain itu jarak antara perumahan dengan sungai mempengaruhi perubahan terhadap dimensi panjang bangun.
Arsitektur Benteng Vredburg : Pengaruh Arsitektur Renaissance, Tradisional Jawa dan Cina M. Deddy Huzairin; Pakhri Anhar; Ira Mentayani
INFO-TEKNIK Vol 2, No 1 (2001): INFOTEKNIK VOL. 2 NO. 1 2001
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/infotek.v2i1.445

Abstract

Penelitian ini merupakan bagian dari kajian sejarah dan konservasi arsitektur. Merupakan suatu kajian anatomi bentuk arsitektur kolonial, dengan mengambil studi kasus benteng vreddeburg di yogyakarta. Penelitian ini terbatas hanya pada beberapa bangunan yang terdapat di kompleks benteng di telaah. Sedangkan anatomi yang dibahas adalah keterkaitannya dengan arsitektur renaissance, tradisional jawa dan cinaBerdasarkan analisa terahdap anatomi bentuk arsitektur benteng vredeburg, menunjukkan bahwa elemen-elemen penyusun bentuk arsitektur benteng  Vredeburg,  didominasi oleh bentuk arsitektur renaissance ( sebagai ragam arsitektur asal para pembangunnya/ Belanda).Namun demikian, dari beberapa gedung yang dianalisa terdapat sautu fenomena yang menarik, dimana semakin belakangan bangunan tersebut dibangun semakin besar pengaruh dari arsitektur setempat. Arsitektur setempat tersebut, bukan hanya arsitektur tradisional jawa, akan tetapi juga arsitektur cina (sedikit pengaruhnya) yang merupakan tanggapan terhadap bentuk-bentuk bangunan orang tionghoa yang terdapat disekitar bangunan benteng.
KONSEP PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH TEPIAN SUNGAI DI KELURAHAN SUNGAI BILU KOTA BANJARMASIN Syaiful Rahman; Ira Mentayani; Rusmilyansari Rusmilyasari; Emmy Sri Mahreda
EnviroScienteae Vol 15, No 3 (2019): EnviroScienteae Volume 15 Nomor 3, November 2019
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2248.868 KB) | DOI: 10.20527/es.v15i3.7434

Abstract

The uncontrolled condition of settlements on the banks of the river city of Banjarmasin has made the settlements of the river banks as slums. Almost all river banks in each kelurahan are categorized as slums so that the actual river banks can be assets of the city of Banjarmasin, on the contrary, it is a bad face for the city. The program and arranging of structural slums in the river bank settlements in Kelurahan Sungai Bilu have indeed been carried out, but basically, they have not been successfully managed completely. Identification of the characteristics of riverbank slum settlements needs to be done to find out the aspects and variables that affect the slum of riverbank settlements to then formulate an appropriate arranging concept and can be implemented in riverbank slum settlements in the study location. Data analysis in identifying the characteristics of riverbank slum settlements is by presenting tabulated data on the results of a statistical questionnaire completed with mapping and field documentation and through narrative exposure. The theory triangulation analysis is used to formulate the concept of arranging suitable riverbank slum settlements and can be carried out at the research location. The results were obtained for the characteristics of slum settlements and the concept of arranging slum areas in the river banks in Kelurahan Sungai Bilu are arranging in aspects of the function and form of residential building mass, arranging environmental infrastructure, arranging environmental utility systems, arranging public and social facilities, and arranging on non-physical aspects.