Bidasari Lubis
Department Of Child Health, Universitas Sumatera Utara Medical School, Medan, North Sumatra

Published : 50 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Perawatan Rongga Mulut pada Pasien Kanker Anak Lubis, Bidasari; Silvana, Sisca
Indonesian Journal of Cancer Vol 1, No 4 (2007): Oct - Dec 2007
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1298.803 KB)

Abstract

Pasien anak yang menjalani kemoterapi dapat mengalami berbagai macam komplikasi. Salah satu diantaranya adalah gangguan pada rongga mulut, seperti mukositis, stomatitis, dan infeksi. Hal ini diakibatkan oleh efek samping dan menurunnya daya tahan tubuh anak akibat kemoterapi dan kurang pedulinya orangtua pasien dalam menjaga kebersihan rongga mulut anak. Dokter sebaiknya melakukan penilaian terhadap keadaan di sekitar rongga mulut sebelum anak menjalani kemoterapi. Penilaian ini dapat menunjukkan area yang berpotensi untuk terjadinya infeksi pada rongga mulut. Perawatan rongga mulut dapat dilakukan dengan cara sederhana, seperti rajin menggosok gigi dan berkumur.Kata kunci: perawatan rongga mulut, kemoterapi, kanker anak
“Cerebral Salt-Wasting Syndrome” pada Leukemia Limfoblastik Akut Lubis, Bidasari; Agustian, Leon; Rosdiana, Nelly; -, Rusdidjas
Indonesian Journal of Cancer Vol 2, No 4 (2008): Oct - Dec 2008
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1046.493 KB)

Abstract

Pada pasien leukemia limfoblastik akut (LLA), cerebral salt-wasting (CSW) syndrome dapat terjadi disebabkan renal salt-wasting karena gangguan reabsorbsi natrium di tubulus ginjal, yang mungkin dimediasi oleh brain natriuretic hormone / peptide. Hiponatremi pada CSW syndrome berhubungan dengan peningkatan eksresi natrium urin, peningkatan volume urin, hipovolemia, kadar asam urat normal atau meningkat, kadar vasopresin berkurang dan konsentrasi atrial natriuretic peptide meningkat.Laporan kasus ini seorang anak laki-laki usia 7 tahun yang menderita LLA dan CSW syndrome. Kami mendiskusikan tentang kesulitan dalam menegakkan diagnosis, efek dari hiponatremia, dan tatalaksana untuk menjaga kadar natrium darah dalam batas normal.Tatalaksana meliputi koreksi dengan NaCl 3 % intravena dan pemberian kapsul garam. Diperlukan pemantauan kadar natrium darah yang ketat dan gejala CSW syndrome.Kata Kunci: cerebral salt-ivasting syndrome, leukemia limfoblastik akut.
Menilai Status Nutrisi Pasien Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Anak Lubis, Irania Thariaty; Lubis, Bidasari; Sembiring, Tiangsa; Rosdiana, Nelly; Nafianti, Selvi; Siregar, Olga Rasiyanti
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 2 (2020): Penyakit Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.932 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i2.359

Abstract

Leukemia adalah keganasan yang paling sering pada anak. Status nutrisi pada kasus leukemia anak akan lebih baik dinilai menggunakan antropometri lengan, seperti area otot lengan tengah. Leukemia is the most common malignancy in children. Nutritional status of children with leukemia is best measured with anthropometric arm like mid-arm muscle area.
Status Imunitas pada Anak dengan Anemia Defisiensi Besi Sembiring, Krisnarta; Lubis, Bidasari; Rosdiana, Nelly; Nafianti, Selvi; Siregar, Olga Rasiyanti
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 9 (2018): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.82 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i9.608

Abstract

Anemia defisiensi besi merupakan penyakit akibat defisiensi nutrisi terbanyak di dunia. Anak dengan anemia defisiensi besi mengalami gangguan imunitas yang bervariasi, mencakup nonspesifik, seluler, dan humoral. Hal ini meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pada populasi tersebut. Anemia defisiensi besi yang diperberat oleh infeksi akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar terhadap kondisi kesehatan anak.Iron deficiency anemia is the most frequent disease caused by nutritional deficiency worldwide. Children with iron deficiency anemia suffer from various immunity impairments, including nonspecific, cellular, and humoral immunity; increasing their vulnerability to infection. Iron deficiency anemia along with infection will aggravate negative impacts toward children’s health status.
Renal Function in Children with β-Thalassemia Major Treated with Iron Chelating Agent Olga Rasiyanti Siregar; Rosmayanti Syafriani Siregar; Bidasari Lubis
The Indonesian Biomedical Journal Vol 12, No 3 (2020)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v12i3.1053

Abstract

BACKGROUND: Thalassemia is a disorder of inherited blood and inticated by the abnormal hemoglobin. Transfusion and iron chelation are part of thalassemia management. Iron chelating agent reduces complications due to the excess iron as a result of repeated transfusions, hence, increasing the survival rate. However, prolonged intake of iron chelating agent may increase the risk of renal function impairment. To date, evaluation of renal function in children with β-thalassemia in Medan has never been reported. The objective of this study was to evaluate renal function and other factors in children with β-thalassemia.METHODS: Fourty-five children with β-thalassemia was recruited in this study. Renal function, represented by estimated glomerular filtration rate (eGFR)and serum ferritin levels were examined. The measurement of eGFR was using Schwartz method.RESULTS: Decreased eGFR observed in some the children (2 patients) with β-thalassemia major treated with iron chelating agent. None of the factors examined had association with serum creatinine level. Children's age and duration of iron chelating agent intake had positive correlation with their eGFR (r=0.506, p<0.001 and r=0.518, p<0.001, respectively). However, serum ferritin levels was not a predictor for renal function impairment.CONCLUSION: Most of children with β-thalassemia major treated with iron chelating agent have normal renal function, nevertheless, decreased renal function is observed in few children. Highlighted, renal function examinations should be performed routinely as iron chelating agent administration is a long-term therapy in children with β-thalassemia major.KEYWORDS: β-thalassemia major, renal function, serum ferritin levels, iron chelating agent
Peran Eritropoietin pada Anemia Akibat Keganasan pada Anak Reni Suryanty; Nelly Rosdiana; Bidasari Lubis
Sari Pediatri Vol 7, No 1 (2005)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp7.1.2005.34-8

Abstract

Anemi relatif sering terjadi pada kasus keganasan hematologi atau tumor padat, namunpenyebab anemia belum jelas diketahui. Eritropoietin merupakan suatu glikoproteinhormon yang dapat merangsang proliferasi dan diferensiasi sel-sel progenitor darah merah.Salah satu penanganan anemia yaitu pemberian transfusi yang mempunyai banyak risikodiantaranya risiko transmisi infeksi, hemolitik, non- hemolitik, penumpukan besi danpenekanan produksi eritropoietin endogen. Dipertimbangkan pemberian eritropoietineksogen (human recombinan erythropoietin) yang identik dengan eritropoietin endogenpada keganasan terutama yang mendapat kemoterapi bila Hb £ 10 g/dL dengan dosis150 U/kg BB 3x seminggu selama 4 minggu dan dosis dapat ditingkatkan hingga 300U/kg BB dan diberikan selama 4 - 8 minggu. Diperlukan pemeriksaan secara periodikterhadap kadar besi, TIBC, (total iron binding capacity) saturasi transferin dan feritin.Rhu-EPO dipasaran yaitu epoetin alfa dan beta. Efek samping Rhu-EPO antara lainhipertensi, nyeri kepala, nyeri tulang, mual, edem, lemah dan diare. Dilaporkan padaepoetin beta relatif jarang terjadi hipertensi dan dilaporkan tentang terjadinya kasuspure red cell aplasia pada pemberian epoetin alfa (eprex).
Tata Laksana Epistaksis Berulang pada Anak Bidasari Lubis; Rina A C Saragih
Sari Pediatri Vol 9, No 2 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.2.2007.75-9

Abstract

Epistaksis berulang selalu menimbulkan kecemasan pada orang tua dan seringkali menjadi keluhan yangmenyebabkan seorang anak dibawa berobat ke unit rawat jalan. Etiologi epistaksis dapat dibagi atas penyebablokal dan sistemik, namun pada umumnya kasus epistaksis idiopatik. Diagnosis dan penanganan epistaksisbergantung pada lokasi dan penyebab perdarahan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaanfisis, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang sesuai dengan indikasi dapat yaitu pemeriksanlaboratorium darah, radiografi, endoskopi, CT scan dan biopsi. Tata laksana mencakup resusitasi jikadiperlukan, penekanan dengan jari, tampon anterior, kauterisasi, tampon posterior dan, pembedahan.Saat ini terdapat berbagai alternatif terapi seperti krim antiseptik, petroleum jelly, kauterisasi silver nitrate,embolisasi angiografi, fibrin glue, endoscopic electrocautery, irigasi air panas, dan laser
Dampak Suplementasi Besi dan Seng dalam Meningkatkan Eritropoiesis pada Malaria Anak yang Diberi Obat Anti Malaria di Daerah Endemis Bidasari Lubis
Sari Pediatri Vol 10, No 1 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.927 KB) | DOI: 10.14238/sp10.1.2008.1-7

Abstract

Latar belakang. Dampak besi dan seng untuk anak pasien malaria pada daerah endemis telah ditelitidapat menurunkan parasitemia. Namun penelitian interaksi keduanya bila diberikan bersama-sama untukmeningkatkan kadar hemoglobin, serum feritin, dan retikulosit masih terbatas.Tujuan. Membandingkan dampak seng dalam meningkatkan absorbsi besi pada anak dengan malaria falciparumyang mendapat pengobatan.Metode. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok besi ditambah plasebo dan kelompok besiditambah seng kemudian darah vena diambil sebelum perlakuan (H0) dan pada akhir penelitian (H30).Hasil. Setelah 30 hari suplementasi, 69 anak dapat menyelesaikan penelitian dan memenuhi kriteria untukdapat dianalisis. Terdapat perubahan yang bermakna pada konsentrasi hemoglobin kelompok besi ditambahplasebo dan kelompok besi ditambah seng setelah suplementasi (0,58 dan 0,09 g/dl; p<0,05) tetapi serumferitin dan retikulosit tidak bermakna.Kesimpulan. Suplementasi besi dan seng hanya meningkatkan kadar hemoglobin pada anak penderitamalaria di daerah endemis yang diberi obat anti malaria
Perbedaan Respon Hematologi dan Perkembangan Kognitif pada Anak Anemia Defisiensi Besi Usia Sekolah Dasar yang Mendapat Terapi Besi Satu Kali dan Tiga kali Sehari Bidasari Lubis; Rina AC Saragih; Dedi Gunadi; Nelly Rosdiana; Elvi Andriani
Sari Pediatri Vol 10, No 3 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.3.2008.184-9

Abstract

Latar belakang. Anemia defisiensi besi (ADB) dapat menyebabkan gangguan belajar dan mental dalam jangka panjang, bahkan dapat menetap. Tingkat kepatuhan pengobatan yang diberikan tiga kali sehari masih rendah. Hal ini dapat ditingkatkan dengan pemberian satu kali sehari sehingga diharapkan pengobatan akan berhasil.Tujuan. Membandingkan respon pengobatan pada pemberian sulfas frosus satu kali sehari dengan 3 kali sehari pada anak usia sekolah yang menderita anemia defisiensi besi.Metode. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Rantau Prapat terhadap murid sekolah dasar. Anak dengan Hb <12, hipokrom mikrositer, Mentzer Index >13 dan RDW index >220 diikutsertakan dalam penelitian. Fungsi kognitif dinilai dengan Weschler Intelligence Scale for Children. Sampel secara random dibagi menjadi 2 kelompok yang mendapat sulfas ferosus 3 kali sehari dan satu kali sehari dengan dosis yang sama (besi elemental 5 mg/kgBB/hari).Hasil. Lima puluh anak dinilai dengan WISC, didapati rerata Full IQ 83,80 (SD=13,14), Performance IQ 81,08 (SD=14,58) dan Verbal IQ 88,10 (SD=14,20). Didapatkan skor aritmatika yang rendah (7+3,23). Tingkat IQ didapati average 36%, dull normal 28%, borderline 24%, dan mental defective 10%. Konsentrasi yang rendah dijumpai pada 44% dan sangat rendah 10%. Terdapat peningkatan bermakna kadar hemoglobin pada kedua kelompok setelah pemberian terapi besi (p<0,05), namun tidak dijumpai perbedaan bermakna peningkatan Hb antar kedua kelompok (p=0,29).Kesimpulan. Full IQ anak sekolah dasar yang menderita anemia defisiensi besi tidak melebihi tingkat average, didapati gangguan konsentrasi dan fungsi kognitif, terutama dalam matematika. Tidak didapati perbedaan bermakna antara kelompok terapi besi tiga kali sehari dibandingkan satu kali sehari dalam peningkatan Hb.
Fungsi Ginjal pada Anak dengan Keganasan di RSUP H. Adam Malik Medan Trie Hariweni; Bidasari Lubis; Rita Carmelia; Nelly Rosdiana; Adi Sutjipto
Sari Pediatri Vol 3, No 2 (2001)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp3.2.2001.101-5

Abstract

Berbagai keganasan hematologi dan tumor padat mampu mempengaruhi fungsi ginjal.Komplikasi pada ginjal ini dapat terjadi selama perjalanan penyakit keganasan, akibatinvasi keganasan pada ginjal, ureter, kandung kemih, akibat metabolit tumor tersebutserta akibat kemoterapi. Penelitian ini merupakan laporan pendahuluan yang bertujuanuntuk mengetahui keadaan fungsi ginjal pada anak dengan keganasan, hal tersebutdiperlukan dalam pertimbangan pemberian kemoterapi. Penelitian ini bersifat deskriptifrestropektif,data diambil dari rekam medik semua anak rawat inap yang menderitakeganasan dan belum pernah mendapat kemoterapi, di Bagian IKA RS Adam MalikMedan dalam rentang waktu Januari 1997 sampai dengan Desember 2000. Fungsi ginjaldinilai dari laju filtrasi glomerulus. Diperoleh sampel penelitian 127 pasien, usia kurangdari 5 tahun terdiri dari 22 (17%) pasien keganasan hematologi dan 42 (33%) pasientumor padat ganas, sedangkan usia lebih dari 5 tahun terdiri dari 41 (33%) pasienkeganasan hematologi dan 22 (17%) pada pasien tumor padat ganas. Dari 127 pasientersebut 63 pasien mengalami keganasan hematologi terdiri dari 43 laki-laki (34%) dan20 perempuan (16%), sedangkan 64 pasien menderita tumor padat ganas terdiri dari 29laki-laki (23%) dan 35 perempuan (27%). Keganasan hematologi dengan fungsi ginjalnormal didapatkan pada 48 (38%) anak, IRF (impaired renal function) 9 (14,3%), CRI(chronic renal insufficiency) 6 (9,5%) sedangkan pada tumor padat ganas dengan fungsiginjal normal 52 (41%), IRF 5 (7,8%), CRI 2 (3,2%), CRF (chronic renal failure) 5(8%). Terlihat bahwa pada pasien dengan keganasan hematologi dan tumor padatmengalami gangguan fungsi ginjal pada perjalanan penyakitnya.
Co-Authors Ade Hariza Harahap Adi Koesoema Aman Adi Koesoema Aman Adi Sutjipto Adi Sutjipto Adi Sutjipto Adillida Adillida Ahmad Faisal Ani Ariani Arman J. O. Panjaitan Asrul Asrul Aznan Lelo Bebi Trianita Sari Bistok Saing Budi Andri Ferdian Bugis Lubis Bugis M Lubis Bugis Mardina Lubis Chairuddin P. Lubis Charles Siregar Dachrul Aldy Danny Dasraf Dedi Gunadi Dedy Gunadi Dedy Gunadi Dina Lyfia Dini Lailani Eka D Edward Elvi Andriani Emil Azlin Emil Azlin Erlina Masniari Napitupulu Farhat Farhat Fathia Meirina, Fathia Fera Wahyuni Guslihan D Tjipta Guslihan D Tjipta Guslihan Dasa Tjipta Guslihan Dasa Tjipta Hakimi Hakimi Hakimi Hakimi Helena Siregar Herman Hariman Herman Hariman Hilda Hilda Ichwan HH Batubara Irwan Harpen Siahaan Iskandar Z. Lubis Leon Agustian Leon Agustian, Leon Lily Emsyah Lily Rahmawati Lubis, Irania Thariaty Malayana R Nasution Masyitah Sri Wahyuni Melda Deliana Muara Lubis Muhammad Ali Muhammad Ali Muhammad Ali Munar Lubis Nancy Ervani Nelly Rosdiana Nelly Rosdiana Nelly Rosdiana Nelly Rosdiana Nelly Rosdiana Nelly Rosdiana Nelly Rosdiana Nelly Rosdiana Nelly Rosdiana Nelly Rosdiana Nelly Rosdiana Netty D. Lubuis Noersida Raid Nofareni Nofareni Nurdiani Nurdiani Olga R. Siregar OLGA RASIYANTI SIREGAR, OLGA RASIYANTI Olga Siregar Paulina K. Bangun Perjuangan Dapot Hamonangan Simbolon Pertin Sianturi Putri Chadijah Tampubolon Reni Suryanty Ridwan M. Daulay Rina A C Saragih Rina A.C. Saragih Rina AC Saragih Rita Angraini Rita Carmelia Rita Carmelia Rosmayanti Syafriani Siregar Rusdi Andid Rusdidjas -, Rusdidjas Saur L Margaretha Selvi Nafianti Selvi Nafianti, Selvi Sembiring, Krisnarta Sisca Silvana Sisca Silvana, Sisca Sri Sofyani Sri Sofyani Syafruddin Haris Syahril Pasaribu T. Mirda Zulaicha Tiangsa Sembiring Tiangsa Sembiring Tiangsa Sembiring, Tiangsa Tina Christina Tobing Trie Hariweni Trie Hariweni Vinisia Setiadji Wisman Dalimunte Y Dimyati Yoyoh Yusroh