Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

KAJIAN PEMANFAATAN MATERIAL HABIS PAKAI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENUJU ARSITEKUR BERKELANJUTAN Icang Abdul Halim; Jeffry Martianus; Helga Larasati; Reza M Iqbal; Ardhiana Muhsin
REKA KARSA Vol 2, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v2i1.456

Abstract

Abstrak Industri pembangunan berkontribusi besar terhadap terbentuknya efek rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global. Semakin tinggi pemanfaatan sumber daya alam dapat diidentikkan dengan semakin besarnya volume limbah bangunan yang dihasilkan sehingga harus ada upaya untuk mereduksi penggunaan material baru yang berlebihan dengan wawasan arsitektur berkelanjutan. Salah satunya yaitu dengan penerapan kembali material habis pakai seperti yang telah dilaksanakan di Rumah Tinggal Budi Faisal berupa kayu (kayu utuh dan multipleks), besi tulangan, genteng, serta kaca. Metoda yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pengamatan lapangan, wawancara, dan kuesioner. Analisis data mengunakan metoda deskriptif baik kualitatif, kuantitatif, maupun kualitatif yang dikuantitatifkan. Analisis kualitatif untuk mengetahui kriteria, pengolahan, dan penerapan material dengan mengkomparasikan antara teori dan data. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis tinjauan aspek sosial dan ekonomi. Hasil yang diperoleh adalah kriteria, pengolahan, dan penerapan material habis pakai yang diterapkan pada Rumah Tinggal Budi Faisal sebagai salah satu upaya menuju arsitektur berkelanjutan. Kata kunci: arsitektur, berkelanjutan, material habis pakai Abstract Building construction has strong influence toward green house effect which create global warming. The more natural resources used, producing more waste volume of material. As part of nature, human should act wisely and reducing use of excessive natural resources with the sustainable architecture concept. For example on Budi Faisal’s house, he applies sustainable concept with some reuse materials like wood (intact wood and plywood), steel, roof tile and glass. The methods which use for collecting data is observing field, interview and questioner. Analyzing data using descriptive method of qualititative, quantitive and also qualitative which has being quantitavie. Qualitative analizing to find criteria, processing and applying materials then to compare with theory and data. Furthermore, quantitative analyze used for analyzing contemplation of social aspect and the economical aspect. The results are criteria, process and apply of reuse materials in Budi Faisal’s house as a guidance for being sustainable in architecture. Keywords: architecture, sustainable, reuse materials
Penerapan Material Bambu Terhadap Bangunan Perpustakaan Mikro di Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat Ardhiana Muhsin; Diki Kamaludin; Rafifta Ganiar F; Arvian Nashar Allam; Rizka Dian Utami
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4014

Abstract

ABSTRAKTeknologi yang semakin canggih berdampak besar pada perkembangan dunia arsitektur masa kini. Pengembangan bahan baku material bangunan pun semakin beragam dan menghasilkan hal-hal baru. Sejalan dengan kualitas yang tersaji, tentunya akan menyebabkan dampak pada biaya yang dikeluarkan. Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan bahan baku dan material tradisional yang lebih terjangkau dari segi manapun. Material yang bersifat tradisional dan konvensional semakin tenggelam oleh penggunaan beton, baja dan material modern lainnya. Bambu pada masa kini menjadi salah satu material yang jarang digunakan sebagai material utama dalam pembangunan suatu objek arsitektur. Disisi lain, material tersebut mempunyai beragam potensi baik sebagai struktur ataupun komponen pengisi pada sebuah bangunan. Penelitian ini akan membahas tentang material bambu yang akan digunakan pada sebuah bangunan perpustakaan mikro baik itu pada aspek struktur maupun penutupnya seperti dinding dan atap. Metode apa saja yang harus dilakukan terhadap material bambu agar dapat mengeluarkan potensi didalamnya dan hal apa saja yang mempengaruhi material tersebut terhadap kondisi iklim maupun keadaan sekitar lokasi pada pengerjaan perpustakaan mikro di Desa Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.Kata kunci : Bambu, Pengawetan, Arsitektur, Perpustakaan Mikro, SelaawiABSTRACTIncreasingly sophisticated technology has a major impact on the development of the architectural world today. The development of raw materials for building materials is increasingly diverse and produces new things. In line with the quality presented, of course, it will cause an impact on the costs incurred. Indonesia is one of the countries with a wealth of raw materials and traditional materials that are more affordable from any aspect. Materials that are traditional and conventional are increasingly sinking by the use of concrete, steel and other modern materials. Bamboo today is one of the materials that rarely used as the main material in the construction of an architectural object. On the other hand, the material has a variety of potential, both as structures or filling components in a building. This research will discuss about bamboo material that will used in a micro library building both in its structural and closing aspects such as walls and roofs. What methods should be used for bamboo material in order to be able to release the potential in it and what things affect the material on the climate conditions and the situation around the location of the micro library work in Selaawi Village, Garut Regency, West Java.Keywords : Bamboo, Curing, Architecture, Micro Library, Selaawi
Perbandingan Antara Alur Kerja BIM Dengan CAD Pada Proses Renovasi Rumah Tinggal Ardhiana Muhsin
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 2, No 3 (2021)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v2i3.4899

Abstract

Building Information Modelling atau BIM menjadi topik pembicaraan bagi pelaku industri konstruksi yang diyakini dapat menambah efisisensi waktu pengerjaan proyek serta menghemat biaya proyek. Keberadaan konsep BIM ini juga semakin kuat dengan adanya peraturan dari Kementerian PUPR Nomor 22/PRT/M/2018 yang mensyaratkan penggunaan BIM dalam tender perencanaan diatas 2000 m2. Sejumlah pertanyaan muncul atas keraguan terhadap konsep BIM yang ditawarkan misalnya sejauh mana peningkatan efisiensi waktu pada proses perancangan dan juga tahap konstruksi. Konsep BIM yang juga mencakup tahapan renovasi sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan bangunan turut menjadi pembahasan yang sering dibandingkan dengan alur kerja CAD tanpa menggunakan BIM. Selama ini dalam kegiatan renovasi, arsitek terkadang tidak memiliki data yang lengkap tentang bangunan yang akan dikerjakannya. Informasi yang hilang ini tidak jarang menuntun arsitek dan pemilik pada keputusan yang salah seperti mengganti ulang bahan penutup lantai karena kesulitan mendapatkan bahan yang sama atau bahkan lebih fatal lagi menyebabkan runtuhnya sebagian bangunan karena kesalahan dalam pembongkaran. Atas dasar hal tersebut, penelitian ini disusun dan menitikberatkan pada alur kerja tahapan renovasi dengan komparasi penggambaran digital dengan CAD yang tanpa BIM maupun menggunakan konsep BIM. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apakah konsep BIM dapat dipahami dan terlihat manfaatnya secara nyata
Pengaruh Penggunaan Material Bambu Terhadap Fasad Bangunan Amfiteater Taman Buah Mekarsari Bogor Ardhiana Muhsin
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v2i1.4315

Abstract

AbstrakSeiring dengan isu lingkungan yang berkembang di Indonesia saat ini, arsitek diharapkan dapat menciptakan bangunan dengan material yang ramah lingkungan dan terbarukan. Efisiensi penggunaan material bangunan sangat diperlukan guna mempertahankan sumber daya alam yang ada di negara ini. Salah satu material yang ramah lingkungan serta mudah didapatkan di Indonesia yaitu material bambu. Bambu memiliki beberapa keunggulan dibanding kayu yaitu memiliki masa pertumbuhan yang cepat. Bambu, dalam waktu lima tahun sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, dapat dilengkungkan karena memiliki elastisitas, serta memberikan nilai dekoratif yang tinggi. Fasad secara arsitektural dapat diartikan kulit terluar/ selubung yang mencerminkan wajah bangunan. Umumnya bagian badan memiliki porsi terbesar karena bidang ini mudah terlihat dan diolah dengan banyak ragam desain namun pada arsitektur bambu bagian yang lebih mendominasi adalah kepala yang direpresentasikan berupa atap. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Bagian yang dianalisis di antaranya adalah kriteria desain bangunan yang dapat mengatasi problematika material bambu di lokasi iklim tropis, karakteristik dan penggunaan material pada bangunan yang menggunakan bambu yang pada akhirnya menentukan ekspresi dan karakter, serta komposisi fasad bangunan yang menggunakan bambu. Hasil akhir diketahui faktor-faktor tersebut ternyata memang mempengaruhi tampilan fasad bangunan bambu secara keseluruhan yang umumnya didominasi oleh atap bangunan.Kata kunci: arsitektur, ramah lingkungan, material, fasad AbstraCTAlong with environmental issues that are currently developing in Indonesia, architects are expected to be able to create buildings with environmentally friendly and renewable materials. Efficient use of building materials is needed in order to maintain the natural resources that exist in this country. One of the materials that are environmentally friendly and easily available in Indonesia is bamboo material. Bamboo has several advantages over wood which is that it has a fast growth period. Bamboo, within five years can be used as a building construction material, can be bent because it has elasticity and provides high decorative value. Architecturally, the facade can be interpreted as the outer shell / sheath that reflects the face of the building. Generally, the body part has the largest portion because this area is easily visible and processed with a variety of designs, but in bamboo architecture, the part that dominates is the head which is represented in the form of a roof. The research method used is qualitative with a case study approach. The sections analyzed include building design criteria that can overcome the problems of bamboo material in tropical climatic locations, the characteristics and use of materials in buildings using bamboo, which ultimately determine the expression and character and composition of building facades using bamboo. The final result is that these factors actually influence the appearance of the bamboo building facades as a whole which is generally dominated by the roof of the building.Keywords: architecture, environmental friendly, material, facade
Identifikasi Gaya Arsitektur Indische Empire Style pada Bangunan Rumah Tinggal Wangsadikrama Kota Cimahi Muhsin, Ardhiana; Febrian, M. Raka; Rizq, Lulu Naufaly; Kuncoro, Erwin; Rasyifa, Kinanti
Reka Karsa: Jurnal Arsitektur Vol 11, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v11i3.11124

Abstract

AbstrakBangunan cagar budaya adalah salah satu warisan peninggalan zaman dahulu beruwujud benda yang harus dilestarikan, dijaga, dan dirawat karena keberadaannya memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah, pendidikan, dan sosial budaya di masa lampau yang dapat menjadi pembelajaran di masa kini. Gaya arsitektur kolonial merupakan salah satu warisan peninggalan zaman kolonial yang menjadi bukti atas penjajahan Belanda di Indonesia. Gaya Arsitektur Indische Empire Style pertama kali dikenalkan oleh seorang Gubernur Jendral Hindia Belanda pada sekitar tahun 1808 hingga 1811 yaitu Herman Willen Daendels. Gaya Indische Empire Style atau disebut juga Gaya Indis Imperial merupakan gaya arsitektur yang berkembang di Indonesia sekitar abad ke-18 hingga abad ke-19. Bangunan Wangsadikrama merupakan salah satu peninggalan penjajahan Belanda di Kota Cimahi. Tak banyak artikel yang menjelaskan secara rinci bangunan tersebut. Namun, pada Penelitian ini lebih difokuskan pada analisis gaya arsitektur Indische Empire Style. Penelitian ini menggunakan metode penenelitian kualitatif dengan teknik deskriptif. Teknik deskriptif ini adalah dengan mencari sumber jurnal yang membahas karakteristik arsitektur Indische Empire Style. Kemudian jurnal tersebut dikorelasikan dengan data survey lapangan yang selanjutkan dianalisis untuk mencari kesamaan gaya arsitektur antara bangunan Wangsadikrama dengan karakteristik / ciri – ciri gaya arsitektur Indische Empire Style. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengidentifikasikan bagaimana penerapan gaya bangunan Indische Empire Style pada bangunan Wangsadikrama. Hasil yang didapat menunjukan bangunan ini memang termasuk pada kategori bangunan kolonial era Indische Empire Style dikarenakan temuan pada elemen utama bangunan seperti denah, fasad, kolom, dan atap yang menyerupai gaya bangunan tersebut.Kata kunci: Bangunan Cagar Budaya, Identifikasi, Indische Empire Style, Wangsadikrama AbstractThe cultural reserve building is one of the ancient heritage of objects that must be preserved, guarded, and cared for because its existence has an important value for the science, history, education, and social culture of the past that can be learned in the present. The colonial architectural style is one of the colonial heritage that is evidence of the Dutch colonization of Indonesia. The Indische Empire Style was first introduced by the Governor-General of the Dutch Indian Empire between 1808 and 1811, Herman Willen Daendels. The Wangsadikrama building is one of the remains of Dutch colonization in the city of Cimahi. Not many articles describe the building in detail. However, the study focuses more on the analysis of the Indische Empire Style architectural style. The study uses qualitative research methods with descriptive techniques. This descripative technique is by searching for sources of journals that deal with characteristics of the Empire style architecture. Then the journal is correlated with field survey data that is further analyzed to find similarities of architectonic style between Wangsadikrama buildings with characteristics of the Indische Empire Stijl architecture style. The results obtained show that this building is indeed included in the category of colonial buildings of the Indische Empire Style era due to the findings on the main elements of the building such as the plan, facade, columns, and roof that resemble the building style.Keywords : Heritage Building, Identification, Indische Empire Style, Wangsadikrama
Konsultasi Teknis Perencanaan Masjid di Kantor Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Wilayah IVA Jawa Barat Muhsin, Ardhiana; Rahadian, Erwin Yuniar; Hendrarto, Tecky
Lentera Karya Edukasi Vol 4, No 2 (2024): Jurnal LENTERA KARYA EDUKASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Pusat Pengembangan dan Kajian Sarana dan Prasarana Pendidikan (P2K Sarprasdik)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/lekaedu.v4i2.73704

Abstract

The Association of Indonesian Private Universities Region IVA West Java office needs to build a mosque with an available site next to the main building. This community service activity aims to facilitate this requirement by providing technical discussion to providing architectural drawings. The method used in the design process is a feedback method and the comparative method during the survey stage. The results are not only providing an architectural drawing but also detailed drawings and budget plans in general. In order to provide architectural drawings and detailed drawings, a simple course is also set for vocational high school students 
IDENTIFIKASI INTERIOR PADA BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG (STUDI KASUS : GPIB MARANATHA BANDUNG) M Rizky Fauzi; Yusuf Satria Wicaksono; Rizky Julian Dewanto; Muhammad Daffa Wafda A; Ardhiana Muhsin
Jurnal Arsitektur Vol. 15 No. 2 (2023): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cultural heritage is a material cultural heritage inherited from previous generations which is then preserved by the next generation. Bandung is a city that has quite a lot of cultural heritage objects, one of which is a cultural heritage building that needs to be preserved by the community. The process of preserving cultural heritage does not need to produce a new design work, the preservation of cultural heritage buildings can be done with several stages, one of which is identifying architectural historical objects, with a case study of GPIB Maranatha Bandung, a combined qualitative and quantitative method is used in identifying the GPIB Maranatha Bandung building through the following research stages: (a) field observation at the observation location including interviews, measurements and recording as well as related supporting documents (b) identifying and analyzing the details of each exterior element of the building (tower, and terrace) (c) identifying and analyzing the details of each interior element of the building (zoning space, foyer/stair room, worship space, balcony, priest preparation room, openings, ceiling, floor, and other supporting elements.
Konsultasi Teknis Perencanaan Kawasan Latihan Militer Dan Wisata Di Cipelah, Kabupaten Bandung Machdi, Ardhiana Muhsin; Erwin Yuniar Rahadian; Oktavia, Triani; Naja, Muhammad Farhat; Adyuta, Francisca; Sani, Faza Raufa; Ramdhani, Mursyid Abdul Aziz; Fathurraziqin, Habib
IKHLAS: Jurnal Pengabdian Dosen dan Mahasiswa Vol. 3 No. 1 (2024): IKHLAS: Jurnal Pengabdian Dosen dan Mahasiswa
Publisher : Indra Institute Research & Publication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58707/ikhlas.v3i1.993

Abstract

Komando Latihan (KOLAT) militer berfungsi sebagai tempat berkumpul untuk persiapan latihan dan tempat binaan personel TNI AD. Fungsi seperti ini umumnya menempati area yang cukup luas dan merupakan daerah yang masih alami serta belum terjamah tangan manusia sebagai simulasi kondisi pertempuran yang menuntut kewaspadaan dan fisik yang prima. Seiring dengan berkembangnya wisata petualang, pihak Kodam III/Siliwangi menginginkan agar tempat komando latihan militer ini dapat berfungsi ganda saat tidak digunakan latihan. Kawasan ini juga harus fleksibel akan kebutuhan fasilitas wisata yang kekinian dan akan selalu menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk berkunjung. Desa Cipelah sendiri berada di antara dua kawasan wisata dengan kondisi perekonomian masyarakatnya yang kurang baik hingga memicu terjadinya tindakan kriminal bagi pengendara yang melintasi desa tersebut. Hal ini disampaikan oleh Pangdam III/Siliwangi yang saat kegiatan ini berlangsung masih dijabat oleh Mayjen Kunto Arief Wibowo, S.I.P. Permasalahan inilah yang kemudian menjadi alasan utama dipilihnya kegiatan pengabdian masyarakat ini
DISPLAY INTERAKTIF INFORMATIF MUSEUM BRIN DENGAN TEMA ADAPTASI EDUKASI Ridwan Adimaja; Ardhiana Muhsin
Jurnal Arsitektur Vol. 16 No. 2 (2024): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Museum merupakan salah satu sarana pendidikan yang efektif untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan efektivitas museum sebagai sarana pendidikan, perlu dilakukan kajian mengenai interaksi manusia dan ruang pada interior museum. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana interaksi manusia dan ruang dapat dirancang untuk mendukung tujuan museum sebagai sarana pendidikan.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Bagaimana rancangan pada display interior museum BRIN itu dirancang.Hasil penelitian bertujuan menunjukkan bahwa desain display dapat mendukung interaksi manusia dan ruang terhadap desain interior Museum menjadi sarana pendidikan dirancang secara cermat untuk mendukung tujuan pendidikan pada museum. Ruang-ruang di museum didesainuntuk mengakomodasi berbagai kegiatan belajar, seperti eksplorasi, dan berdisukusi, Selain itu, ruang-ruang di museum juga didesain untuk mendorong interaksi sosial antar pengunjung. Selain itu, ruang-ruang di museum juga didesain dengan menggunakan berbagai media visual dan audiovisual yang dapat membantu pengunjung dalam memahami informasi yang disampaikan. Media-media ini dirancang secara menarik dan interaktifsehingga dapat menarik perhatian pengunjung. Secara umum, penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi manusia dan ruang dapat dirancang secara efektif untuk mendukung tujuan pendidikan pada museum. Rancangan ruang yang mendukung interaksi manusia dan ruang dapat mendorong pengunjung untuk lebih aktif dalam belajar dan berdiskusi.
Penerapan Tema Arsitektur Biofilik Melalui Lanskap Pada Bangunan Rumah Susun Natura Harmoni Residences Kota Bandung Rachman, Tegar Fadillah; Muhsin, Ardhiana
Reka Karsa: Jurnal Arsitektur Vol 13, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v13i2.13481

Abstract

ABSTRAK Perencanaan rumah susun di Kota Bandung terkadang mengabaikan aspek keselarasan dengan alam yang berdampak pada kualitas hidup penghuninya, terutama di tengah pertumbuhan penduduk yang pesat dan keterbatasan lahan yang tersedia. Arsitektur biofilik hadir sebagai solusi untuk menghubungkan manusia dengan lingkungan alami dalam menciptakan ruang hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi konsep arsitektur biofilik pada lanskap bangunan Natura Harmoni Residences, serta mengevaluasi pengaruhnya terhadap pendekatan kualitatif dengan lima tahap penelitian, yaitu identifikasi masalah dan persoalan, pengumpulan data primer dan sekunder terkait keadaan tapak, studi literatur, studi banding, studi kelayakan, dan perancangan skematik objek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip arsitektur biofilik melalui integrasi elemen ruang hijau, sirkulasi udara, dan pencahayaan alami berhasil menciptakan keharmonisan antara manusia dan alam. Pemanfaatan elemen seperti penanaman pohon, vegetasi, kehadiran air, taman veltikultur dan taman vertikal tidak hanya berfungsi sebagai pengontrol, tetapi juga membantu menyerap polusi dan menciptakan ruang interaksi sosial yang mendukung kesehatan serta kesejahteraan penghuni secara holistik.Kata kunci: arsitektur, biofilik, rumah susun, lanskap  ABSTRACT The planning of flats in Bandung City sometimes ignores aspects of harmony with nature that have an impact on the quality of life of its residents, especially in the midst of rapid population growth and limited available land. Biophilic architecture comes as a solution to connect humans with the natural environment in creating a healthier and more sustainable living space. This research aims to examine the implementation of the biophilic architecture concept in the Natura Harmoni Residences building landscape, and evaluate its effect on a qualitative approach with five research stages, namely problem and issue identification, primary and secondary data collection related to site conditions, literature studies, comparative studies, feasibility studies, and object schematic design. The results showed that the application of biophilic architecture principles through the integration of green space elements, air circulation, and natural lighting succeeded in creating harmony between humans and nature. The utilization of elements such as tree planting, vegetation, the presence of water, velticulture gardens and vertical gardens not only functions as a controller, but also helps absorb pollution and create social interaction spaces that support the health and well-being of residents holistically. Keywords: architecture, biophilic, apartment building, landscape