Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Penambahan Level Gula Merah pada Air Minum terhadap Konsumsi Pakan, Konsumsi Air, dan Pertambahan Bobot Badan Itik Pedaging Fase Starter Adi Winata; Mufid Dahlan; Anik Fadlilah
International Journal of Animal Science Vol. 5 No. 01 (2022): International Journal of Animal Science
Publisher : Litbang PEMAS Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/asj.v5i01.81

Abstract

Itik peking merupakan satu dari temak unggas penghasil daging yang sangat berpotensi selain ayam. Gula merah merupakan sumber tambahan energi cepat tersedia bagi itik karna mudah diserap. Penambahan gula merah dalam air minum pada itik akan memperbaiki pertumbuhan maupun daya hidup, dan bertujuan memperbaiki konsumsi pakan, konsumsi air serta pertambahan bobot badan. Materi pada penelitian yakni day old duck (DOD) Peking pedaging berjumlah 80 ekor yang berjenis kelamin tidak dibedakan (Unsex). Metode pada penelitian yakni Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan 4 perlakuan serta 4 ulangan. Penambahan level gula merah pada air minum itik diberikan secara berturut-turut yakni P0 = (ransum basal + air minum dengan pemberian gula merah 0%), P1 = (ransum basal + air minum dengan pemberian gula merah 5%), P2 = (ransum basal + air minum dengan pemberian gula merah 10%) dan P3 = (ransum basal + air minum dengan pemberian gula merah 15%) pada itik berumur 0 hari sampai 14 hari. Hasil analisis ragam (ANOVA) memperlihatkan bahwa penambahan level gula merah pada air minum memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan serta pertambahan bobot badan, namun penambahan level gula merah pada air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rerata konsumsi pakan pada P0 (33,632 gr/ekor/hari), P1 (37,666 gr/ekor/hari), P2 (32,201 gr/ekor/hari) dan P3 (28,938 gr/ekor/hari). Nilai rataan konsumsi air pada P0 (209,393 ml/ekor/hari), P1 (194,955 ml/ekor/hari), P2 (192,670 ml/ekor/hari) dan P3 (196,607 ml/ekor/hari). Nilai rataan pertambahan bobot badan pada P0 (19,905 gr/ekor/hari), P1 (19,658 gr/ekor/hari), P2 (17,256 gr/ekor/hari) dan P3 (16,708 gr/ekor/hari). Berdasarkan uji DUNCAN kesimpulan pada penelitian ini bahwa perlakuan yang memberikan nilai terbaik terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan adalah P1 yaitu dengan memberikan 5% gula merah dalam air minum itik.
PEMETAAN JASA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN HUTAN LINDUNG PULAU RIMAU, KABUPATEN BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN Ernik Yuliana; Adi Winata; Yuni Tri Hewindati; Ati Rahadiati
Majalah Ilmiah Globe Vol. 22 No. 2 (2020): GLOBE VOL 22 NO 2 TAHUN 2020
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ekosistem mangrove memberikan fungsi-fungsi penting bagi manusia dan lingkungan sekitar. Tujuan penelitian adalah menganalisis dan memetakan jasa ekosistem mangrove bagi masyarakat dan lingkungan. Lokasi penelitian adalah ekosistem mangrove di Kawasan Hutan Lindung Pulau Rimau, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Data primer berupa data ekologi dan sosial. Data ekologi meliputi keragaman abiotik, keanekaragaman jenis mangrove, struktur vegetasi pohon mangrove, keragaman fauna, pH substrat mangrove, dan pH air; sedangkan data sosial adalah persepsi masyarakat tentang ekosistem mangrove. Data sekunder mencakup berbagai informasi penunjang yang diperlukan, yaitu penggunaan lahan, pemetaan lahan mangrove, dan data-data lain terkait jasa ekosistem. Untuk pengambilan data sosial, populasi penelitian adalah warga Kecamatan Pulau Rimau dan Tanjung Lago yang memanfaatkan jasa ekosistem mangrove, sedangkan sampel penelitian berjumlah 60 orang, ditentukan secara random sampling. Data primer yang diperoleh dari survei lapangan disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik, dan uraian. Analisis jasa ekosistem menggunakan Matriks Permintaaan-Penawaran jasa ekosistem bagi masyarakat, dengan menilai kapasitas ekosistem, permintaan jasa ekosistem, dan keseimbangan jasa ekosistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas ekosistem mempunyai relevansi sedang sampai tinggi, dan mempunyai nilai jasa yang berlebih dibandingkan dengan permintaan, artinya ekosistem dalam kondisi baik.
an Urgent Call for Suicide Prevention in Indonesia: The Clinicians’ Role in Preventing Suicide Alshafiera Azayyana Mawadhani Sukma; Adi Winata; Balatif, Ridwan
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 13 No. 2 (2024): November
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jps.v13i2.56307

Abstract

Introduction: Since suicide is a complicated matter, multiple sectors must be involved. Globally, there were 703,000 suicide cases in 2019. Over the past three years, there has been a rise in suicide instances in Indonesia. Treating those who are at risk of suicide is difficult since suicide situations, like mental health illnesses, continue to carry stigma. To provide a statistical overview of suicide cases and the role of clinicians in preventing suicide cases. Methods: Searching for statistical data in Indonesia, we used Pubmed with the keyword “statistics”, “suicide”, “Indonesia”. Searching for data regarding risk factors and prevention of suicide, we also used Pubmed with the keywords “risk factor”, “prevention”, “screening”, “suicide”. Results: Globally, in 2019 the average rate of suicide cases was around 9.0 cases per 100,000 population. In Indonesia, exact data regarding the prevalence of suicide cases is still unknown. A person committing suicide can be caused by many factors such as previous mental disorders, relationship conflicts, legal problems, violence, financial problems, social exclusion, and low socioeconomic status. In addition to providing appropriate management, a clinician must provide education and outreach to the public regarding warning signs and risk factors for suicide, restrictions on tools for suicide, screening, and also remind every patient, especially patients with mental disorders, to continue to pray to be given health. Conclusion: A clinician has a role ranging from education and related outreach, screening, and also pharmacological and non-pharmacological management of someone at risk of suicide
Pengaruh Daya Tanggap Dan Empati Perangkat Desa Terhadap Kepuasan Pelayanan Masyarakat (Studi Kasus Di Desa Tanah Merah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai) Adi Winata; Siti Wardah Pratidina Nasution; Porkas Sojuangon Lubis
Jurnal ILMAN (Jurnal Ilmu Manajemen) Vol. 12 No. 3 (2024): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35126/ilman.v12i3.773

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah daya tanggap dan empati memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelayanan masyarakat pada Desa Tanah Merah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dan seberapa besar pengaruhnya. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan Regresi Linear Berganda sebagai analisisnya. Sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persamaan regresi dapat ditulis sebagai: Kepuasan Pelayanan Masyarakat = 23,410 + 0,387 (daya tanggap) + 0,095 (empati). Koefisien positif untuk kedua variabel independen menunjukkan hubungan positif dengan kepuasan pelayanan masyarakat, di mana daya tanggap memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan empati. Variabel daya tanggap memiliki koefisien beta 0,540, nilai t 6,446, dan signifikansi 0,000, menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelayanan masyarakat. Sementara itu, variabel empati memiliki koefisien beta 0,136, nilai t 1,624, dan signifikansi 0,108, yang mengindikasikan bahwa pengaruhnya tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95% (? = 0,05). Nilai F hitung sebesar 23,046 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) menunjukkan bahwa model regresi secara keseluruhan signifikan. R Square bernilai 0,322, yang berarti 32,2% variasi dalam kepuasan pelayanan masyarakat dapat dijelaskan oleh model ini.