Penelitian ini mengkaji dinamika psikologis remaja pelaku bullying melalui pendekatan fenomenologi kualitatif. Maraknya kasus bullying di sekolah, meskipun pendidikan karakter telah diterapkan, menunjukkan urgensi pemahaman mendalam terhadap motivasi pelaku. Studi ini mewawancarai tiga subjek (Z, S, A) yang pernah menjadi pelaku bullying untuk menggali pengalaman, motif, dan faktor pendorong perilaku mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku bullying memiliki pemikiran kompleks dalam membenarkan tindakan mereka. Subjek Z menyadari dampak menyakiti namun membenarkan tindakannya karena ketidaksukaan terhadap korban, sementara subjek S dan A awalnya tidak menyadari niat menyakiti, menganggap bullying sebagai hiburan atau lelucon. Tindakan berulang didorong oleh kejengkelan atau kurangnya reaksi negatif dari korban. Lingkungan sosial, khususnya dukungan teman sebaya, menjadi faktor dominan yang memperkuat perilaku bullying. Meskipun awalnya merasakan kepuasan, ketiga subjek akhirnya mengalami penyesalan mendalam setelah menyadari dampak emosional tindakan mereka. Kesadaran akan kesalahan dan penyesalan ini menjadi kunci potensi perubahan perilaku. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan strategi intervensi yang lebih efektif dengan memahami kompleksitas psikologis pelaku bullying.