Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PERTUMBUHAN KACANG PINTO (Arachis pintoi) YANG DIBERI PUPUK KANDANG SAPI DAN MIKORIZA Roni N. G. K.; N. N. Candraasih; N. M. Witariadi; N. W. Siti
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 20 No 1 (2017): Vol 20, N0 1 (2017)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.046 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2017.v20.i01.p07

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kacang pinto (Arachis pintoi) yang diberi pupukkandang sapi dan mikoriza serta kombinasinya, dan mendapatkan taraf/level pupuk yang dapat meningkatkanpertumbuhan kacang pinto. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dua faktor. Faktorpertama adalah dosis pupuk kandang sapi yaitu tanpa (S0), 10 ton/ha, (S1), 20 ton/ha (S2) dan 30 ton/ha (S3).Faktor kedua adalah dosis mikoriza yaitu tanpa (M0), 10 g/pot, (M1), 20 g/pot (M2) dan 30 g/pot (M3), dengantiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara pupuk kandang sapi dan mikoriza.Perlakuan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan jumlah cabang, jumlah daun, diameter batang, jumlahbunga, jumlah bintil akar, dan luas daun per pot tanaman kacang pinto dibandingkan dengan kontrol, dan leveloptimal pada dosis 20 ton/ha (S2) terjadi pada peubah diameter batang. Perlakuan mikoriza mampu meningkatkanjumlah daun kacang pinto dengan level optimal pada dosis 20 g/pot (M2). Berdasarkan hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara pupuk kandang sapi dan mikoriza. Perlakuan pupuk kandang sapidan mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan kacang pinto. Kata kunci: pupuk kandang sapi, pupuk hayati mikoriza, kacang pinto (Arachis pintoi)
PRODUKTIVITAS RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) YANG DITANAM BERSAMA LEGUMINOSA PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK BIOORGANIK N. G. K., RONI; LINDAWATI, S. A.; DEWI, P. J. N.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 26 No 3 (2023): Vol. 26 No. 3 (2023)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2023.v26.i03.p08

Abstract

The purpose of this study was to determine the productivity of elephant grass (Pennisetum purpureum) planted with leguminosae at various doses of bioorganic fertilizers. This study used a completely randomized design with two factorial patterns. The first factor was the type of leguminosae (T= without leguminosae; R= Arachi pintoi; L= Alysicarpus vaginalis; and the second factor was the dose of bioorganic fertilizer (D0= 0 kg Nha-1; D1= 100 kg Nha-1; D2= 200 kg Nha-1; and D3= 300 kg Nha-1) There were 12 treatment combinations, each treatment was repeated 5 times so that it consisted of 60 experimental units. The observed variables included growth, yield and growth characteristics variable. The results showed that there was no interaction between leguminous species and fertilizer dosage, both leguminous species only increased leaf area per pot, bioorganic fertilizer D1 and D2 doses tended to increase, while D3 dose increased leaf dry weight, total forage dry weight, and leaf area per pot of elep- hant grass (Pennisetum purpureum). It was concluded that the type of leguminous did not affect the productivity of elephant grass, the dose of bioorganic fertilizer increased crop yields, the highest yields at a dose of 300 kg Nha-1 bioorganic fertilizer.
PENAMBAHAN ENZIM FITASE KOMPLEKS DALAM RANSUM BERBASIS DEDAK PADI TERHADAP PRODUKSI KADAR KOLESTEROL TELUR AYAM LOHMANN BROWN N. M., Witari; N. G. K., Roni; I. A., Putri Utami
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 17 No 3 (2014): Vol 17, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.78 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2014.v17.i03.p06

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan enzim Fitasekompleks (Phylazim) dalam ransum berbasis dedak padi terhadap produksi dan kadar kolesterol telur ayam Lohmann Brown umur 42-50 minggu. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x2 dengan enam kali ulangan. Tiap ulangan menggunakan dua ekor ayam petelur Lohmann Brown umur 42 minggu dengan berat badan homogen. Faktor pertama adalah level dedak padi (15% dan 30%) dalam ransum, sedangkan faktor kedua adalah level enzim Phylazim (0% dan 0,30%). Ransum disusun isokalori (ME: 2750 kkal/kg) dan isoprotein (CP: 17%). Ransum dan air minum selama periode penelitian diberikan secara ad libitum. Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi: konsumsi ransum, berat telur, jumlah telur, hen-day production, feed conversion ratio (konsumsi/berat telur), dan kadar kolesterol serum darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata (P>0,05) antara level dedak padi dan enzim Phylazim dalam ransum terhadap semua variable yang diamati. Penggunaan 30% dedak padi dalam ransum secara nyata (P<0,05) menurunkan produksi dan efisiensi penggunaan ransum dibandingkan dengan ransum 15% dedak padi. Suplementasi enzim Phylazim dalam ransum secara nyata (P<0,05) meningkatkan produksi telur dan efisiensi penggunaan ransum. Akan tetapi secara nyata (P<0,05) menurunkan kadar kolesterol serum darah ayam.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 30% dedak padi dalam ransum ternyata menurunkan produksi telur ayam. Sebaliknya, suplementasi 0,30% enzim Phylazim dalam ransum nyata meningkatkan produksi telur dan menurunkan kadar kolesterol serum darah ayam Lohmann Brown umur 42-50 minggu.
PRODUKTIVITAS TANAMAN Asystasia gangetica (L.) Subsp. Micrantha YANG DIBERI PUPUK NPK DISUBSTITUSI DENGAN BIOURIN SAPI N. G. K., RONI; LINDAWATI, S. A.; DEWI, P. J. N.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 27 No 1 (2024): Vol. 27 No. 1 (2024)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2024.V27.i01.p06

Abstract

The research aims to obtain a dose of NPK fertilizer substituted for cow biourine that can produce the best productivity of Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha, used a completely randomized design consisting of 9 tre- atments repeated 7 times, so there were 63 experimental units. Treatments consisted of D0: no fertilizer, D1: NPK 200 kg ha-1, D2: Cow biourine (CB) 5,000 l ha-1, D3: CB 7,500 l ha-1, D4: CB 10,000 l ha-1, D5: NPK 50 kgha-1 + CB 5,000 l ha-1, D6 : NPK 50 kgha-1 + CB 7,500 l ha-1, D7 : NPK 100 kgha-1 + CB 5,000 l ha-1, and D8 : NPK 100 kgha-1 + CB 7,500 l ha-1. The results showed that Asystasia gangetica that received the D5 treatment produced a higher number of leaves, leaf dry weight, stem dry weight, and total forage dry weight compared to D0 and the same as the D1 treatment. It was concluded that Asystasia gangetica (l.) subsp. Micrantha that received D5 fertilizer treatment (NPK 50 kgha-1 + cow biourine 5,000 l ha-1) showed better growth and yield compared to without fertilizer and the same as D1 treatment (NPK 200 kg ha-1).
RESPONS FISIOLOGI KELINCI LOKAL YANG DIBERI RANSUM MENGGUNAKAN AMPAS TAHU YANG DISUPLEMENTASI RAGI TAPE PADA JENIS KANDANG BERBEDA I M., Nuriyasa; N. G. K., Roni; E., Puspani; D. P. M. A., Candrawati; I W., Wirawan; A. W., Puger
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 17 No 2 (2014): Vol 17, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.616 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2014.v17.i02.p05

Abstract

Penelitian yang bertujuan mempelajari respon fisiologi kelinci jantan lokal telah dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola split-plot 2×3 dengan 4 blok (ulangan). Jenis kandang sebagai main plot yang terdiri dari: kandang under ground shelter (K0) dan kandang battery (K1). Perlakuan ransum sebagai sub plot yang terdiri dari: ransum tanpa menggunakan ampas tahu (R0), ransum menggunakan 15% ampas tahu tanpa suplementasi ragi tape (R1) dan ransum menggunakan 15% ampas tahu yang disuplementasi 0,2% ragi tape (R2).Hasil penelitian mendapatkan bahwa kandang battery menyebabkan suhu dan kelembaban kandang lebih tinggi daripada kandangunder ground shelter. Temperatur dan kelembaban udara lebih tinggi pada K1 menyebabkan denyut jantung dan temperatur kulit lebih tinggi daripada K0. Perlakuan ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap temperatur dan kelembaban kandang serta temperatur rektal dan kulit ternak kelinci. Pada kandang K0, perlakuan ransum tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi. Pada kandang K1, perlakuan ransum R2 menyebabkan laju respirasi kelinci jantan lokal lebih tinggi daripada R1 dan R0. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelinci jantan lokal yang dipelihara pada kandang under ground shelter menghasilkan respon fisiologi lebih baik daripada kandang battery. Penggunaan ampas tahu dalam ransum kelinci dan suplementasi ragi tape pada penggunaan ampas tahu tidak mempengaruhi respon fisiologi ternak kelinci jantan lokal.
PERFORMANS DAN INDEKS KELEMBABAN SUHU KELINCI JANTAN (Lepus nigricollis) YANG DIPELIHARA DENGAN LUAS LANTAI KANDANG DAN DIBERI RANSUM DENGAN IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN BERBEDA Puspani, Eny; N. G. K., Roni; I. M., Nuriyasa
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 18 No 1 (2015): Vol 18, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.939 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2015.v18.i01.p01

Abstract

Penelitian yang bertujuan mempelajari indeks kelembaban suhu atau temperature humidity index dan performans kelinci jantan lokal pada kepadatan ternak berbeda dan diberi ransum dengan imbangan energi protein berbeda telah dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola Faktorial 2 x 3 dengan empat kali ulangan (blok). Sebagai perlakuan pertama adalah imbangan energi dan protein pada ransum (R) yang terdiri dari ransum dengan kandungan energi termetabolis 2500 kkal/kg dan protein kasar 17% dengan imbangan energi dan protein 147 (R1), ransum dengan kandungan energi termetabolis 2800 kkal/kg dengan kandungan protein kasar 18,5% dengan imbangan energy dan protein 151 (R2). Sebagai perlakuan kedua adalah luas lantai kandang (L) yang terdiri dari 3500 cm2 (L1), 1750 cm2 (L2) dan 1166 cm2 (L3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim mikro pada perlakuan tingkat kepadatan ternak dan ransum dengan imbangan energi dan protein yang berbeda memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kelembapan udara, temperatur udara, “temperature humidity index” dan radiasi matahari. Performans pada perlakuan ransum dengan imbangan energy dan protein R1 menyebabkan konsumsi air, ransum, berat badan akhir dan pertambahan berat badan lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan perlakuan R2 sedangkan FCR yang memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05). Performans pada perlakuan tingkat kepadatan ternak L2 dan L3 menyebabkan konsumsi air dan ransum lebih tinggi sehingga berat badan akhir pada kandang L2 dan L3 juga lebih tinggi dibandingkan L1 kecuali pertambahan berat badan dan FCR memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan iklim mikro pada kandang dengan perlakuan ransum dengan imbangan energi dan protein berbeda serta perlakuan dengan tingkat kepadatan ternak berbeda. Kelinci yang diberi ransum dengan imbangan energi dan protein 147 (R1) menghasilkan performans lebih tinggi daripada imbangan energi dan protein 151 (R2). Kelinci yang dipelihara pada tingkat kepadatan ternak 2 ekor/3500cm2 menghasilkan performans lebih tinggi daripada tingkat kepadatan ternak 1 ekor dan 3 ekor/3500 cm2.