Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENENTUAN MASA KADALUARSA PRODUK BUBUR BEKATUL INSTAN DENGAN METODE ACCELARATED SHELF LIFE TEST Noor Mansurya Utami; Saifuddin Sirajuddin; Ulfah Najamuddin
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 10 No. 3: SEPTEMBER 2014
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.998 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v10i3.497

Abstract

Salah satu produk olahan bekatul adalah bubur bekatul instan. Secara alamiah produk pangan akan mengalami penurunan mutu seiring dengan bertambahnya waktu sehingga ada batas waktu, yakni suatu produk menjadi tidak diterima (masa kadaluarsa). Penelitian ini bertujuan mengetahui masa kadaluarsa dengan metode Accelarated Shelf Life Test (ASLT) berdasarkan pendekatan Arrhenius pada produk bubur bekatul instan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian experiment dengan desain post test only control design. Pada penelitian ini, ada dua formula produk bubur bekatul instan. Formula I terbuat dari bekatul saja, Formula II terbuat dari bekatul ditambahkan tepung maizena, bubuk kayu manis dan susu bubuk low fat. Kedua Formula ini disimpan pada suhu 25 C, 35C dan 45C selama 14 hari untuk perhitungan Kadar FFA. Untuk Kadar Air dan Total Mikroba Kedua Formula ini disimpan pada suhu 25C dan 35 C selama 14 hari.  Penelitian dilakukan  pada dua tahap, yaitu pembuatan formula bubur bekatul instan dan analisis kadar air, total mikroba dan kadar FFA pada tiap formula produk bubur bekatul instan. Analisis data dilakukan dengan metode regresi linear mengikuti model Arrhenius. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masa simpan paling lama pada suhu ruang masa simpan Formula I selama 316 hari dan Formula II selama 327 hari.
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI MULTI-MICRONUTRIENT SUPPLEMENT (MMS) PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABAKKANG: THE RELATIONSHIP BETWEEN LEVEL OF EDUCATION, KNOWLEDGE, AND FAMILY SUPPORT WITH COMPLIANCE IN CONSUMING MULTI-MICRONUTRIENT SUPPLEMENTS (MMS) AMONG PREGNANT WOMEN IN THE WORKING AREA OF LABAKKANG PUBLIC HEALTH CENTER Hamzah, Alya Rohana Pratiwi; Amir, Safrullah; Hasan, Nurzakiah; Najamuddin, Ulfah; Fajarwati Ibnu, Indra
Jurnal Gizi Masyarakat Indonesia (The Journal of Indonesian Community Nutrition) Vol. 14 No. 1 (2025): Jurnal Gizi Masyarakat Indonesia
Publisher : Departement of Nutrition, Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30597/jgmi.v14i1.39807

Abstract

Introduction. In overcoming micronutrient deficiencies in pregnant women, WHO in updating the 2020 Antenatal Care (ANC) guidelines recommends providing Multi-Micronutrient Supplement (MMS) to replace Iron Folid Acid Tablets (IFA). However, compliance with MMS consumption in pregnant women is still low. Level of education, knowledge, and family support are factors that influence the compliance of pregnant women in consuming MMS. Aim. To determine the relationship between education level, knowledge, and family support with compliance with MMS consumption in pregnant women in the Labakkang Health Center work area. Method. This study is an analytical observational study using a cross-sectional design. Samples were obtained using a total sampling technique of 96 pregnant women. The research instrument used a questionnaire on compliance, knowledge, and family support. Data analysis used the chi-square test. Results. Based on the results of the study, the majority of pregnant women were highly educated (62.5%) and had good knowledge (67.7%), lack of family support for pregnant women (68.8%), and were not compliant in consuming MMS (58.3%). After statistical tests were conducted, the results showed a significant relationship between education level and compliance with MMS consumption (p-value = 0.000), knowledge with compliance with MMS consumption (p-value = 0.009), and family support with compliance with MMS consumption (p-value = 0.004). Conclusion and Suggestions. Compliance of pregnant women in consuming MMS is still relatively low and there is a relationship between education level, knowledge, and family support with compliance with MMS consumption in pregnant women in the Labakkang Health Center work area. Therefore, to increase compliance with MMS consumption, it is recommended for families to remind pregnant women to consume MMS by collaborating with health workers to obtain education regarding the importance of MMS.
Analisis Indeks Glikemik dan Komposisi Gizi Kue Putu Nasi Aking Sebagai Pangan Pencegah DMT2: ANALYSIS OF GLYCEMIC INDEX AND NUTRITIONAL COMPOSITION OF PUTU CAKE MADE FROM RECYCLED DRIED RICE AS AN ALTERNATIVE FOOD TO PREVENT TYPE 2 DIABETES Usman, Faisayanti; Indriasari, Rahayu; Khuzaimah, Anna; Najamuddin, Ulfah
Jurnal Gizi Masyarakat Indonesia (The Journal of Indonesian Community Nutrition) Vol. 14 No. 1 (2025): Jurnal Gizi Masyarakat Indonesia
Publisher : Departement of Nutrition, Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30597/jgmi.v14i1.43756

Abstract

Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolik yang prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia. Salah satu langkah pencegahan DMT2 adalah mengonsumsi makanan rendah indeks glikemik (glycemic index). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar indeks glikemik dan komposisi zat gizi kue putu berbahan dasar nasi aking sebagai alternatif pangan lokal untuk mencegah DMT2. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksperimen dengan uji organoleptik yang menggunakan 11 orang panelis semi terlatih. Analisis indeks glikemik dengan cara mengambil gula darah pada menit ke 0, 30, 60, 90, dan 120. Serta analisis proksimat yang meliputi kadar karbohidrat (Luff-Schoorl), protein (Kjeldahl), lemak (Soxhlet), kadar air, abu, dan serat (gravimetri). Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa kue putu dengan 70% tepung nasi aking & 30% kelapa parut memiliki nilai penerimaan tertinggi pada parameter tekstur, tampilan, dan aroma. Hasil analisis laboratorium pada kue putu berbahan dasar nasi aking (25 g) menunjukkan kandungan karbohidrat 14,7 g, protein 1,6 g, lemak 2,7 g, kadar air 4,8 mg, kadar abu 0,1 mg, kadar serat kasar 3,5 mg, serta indeks glikemik sebesar 32,3. Kue putu berbahan dasar nasi aking memiliki indeks glikemik rendah dengan kadar zat gizi yang baik dan berpotensi sebagai alternatif pangan bagi penderita atau individu dengan risiko DMT2. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait pengaruh konsumsi jangka panjang terhadap kadar gula darah.
Pendampingan SUNSAGI (Sekolah Unggul Sadar Gizi) Dalam Upaya Perbaikan Gizi Remaja Indriasari, Rahayu; Mansur, Marini Amalia; Najamuddin, Ulfah; Nasrah; Muthiah Nurul Atikah; Khairunnisa, Afifah
CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 7 No. 3 (2025): April
Publisher : Ilin Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31960/caradde.v7i3.2786

Abstract

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang gizi remaja, termasuk anemia dan pencegahannya, melalui pendekatan pendampingan berbasis sekolah yang melibatkan siswa, guru, dan pengelola kantin. Pada siswa, dilakukan promosi kesehatan dan gizi melalui kegiatan edukasi berbentul talkshow. Untuk pengelola kantin, diberikan sosialisasi tentang jajanan sehat dan bergizi serta pelatihan peningkatan kapasitas. Sementara itu, guru mendapatkan pengembangan kapasitas agar mampu menyampaikan informasi gizi remaja secara efektif. Pendekatan ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung pola makan sehat dan mencegah masalah gizi pada remaja. Setelah program dilaksanakan, terdapat peningkatan rerata skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah pelatihan (D=13,82;p=0.000), penjaja kantin (D=3,24;p=0.654), dan guru (D=26,00;p=0.005). Selain itu, penjaja kantin memberikan testimoni positif terhadap pelatihan pembuatan jajanan yang diberikan dan merasa mampu mempraktekkannya untuk menyediakan alternatif jajanan sehat di kantin sekolah. Bagi para guru yang dilatih berkomitmen untuk mengintegrasikan materi gizi remaja pada pembelajaran P5 di semester berikutnya. Dapat disimpulkan bahwa program SUNSAGI meningkatkan pengetahuan dan pemahaman warga sekolah terhadap pentingnya upaya perbaikan gizi pada remaja dan meningkatkan kapasitas untuk pelaksanaan berkelanjutan.
Implementasi Gerakan GEMPAS (Gemar Pangan Aman, bergizi dan Sehat) di Sekolah Dasar: Implementation of the GEMPAS (Safe, Nutritious, and Healthy Food Enthusiast Movement) Program in Elementary Schools Najamuddin, Ulfah; Trisasmita, Laksmi; Ibnu, Indra Fajarwati; Lestari, Dhini Rezky; Syiami, St Fadliah
Jurnal Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Indonesia Vol. 4 No. 1 (2025)
Publisher : Media Publikasi Cendekia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56303/jppmi.v4i1.353

Abstract

Gerakan GEMPAS bertujuan meningkatkan pengetahuan dan praktik konsumsi sayur dan buah pada anak usia sekolah melalui pendekatan gamifikasi. Dengan melibatkan siswa, guru, dan orang tua siswa, program ini menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk mendorong kebiasaan makan sehat. Orang tua siswa diberikan pelatihan untuk menyajikan makanan bergizi di rumah, sementara guru dibekali pengetahuan untuk mengintegrasikan materi gizi ke dalam pembelajaran. Selain itu program ini juga mencakup ppengadaan kebun sekolah, agar siswa dapat belajar langsung mengenai sayuran dan buah-buahan melalui kebun sekolah. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pengetahuan siswa mengenai gizi dan antusiasme orang tua siswa dan guru dalam mendukung program ini. Dengan demikian, program ini berhasil menciptakan sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam upaya meningkatkan status gizi anak Dapat disimpulkan bahwa program GEMPAS meningkatkan pengetahuan dan pemahaman warga sekolah terhadap pentingnya upaya perbaikan gizi pada anak sekolah dan meningkatkan kapasitas sekolah untuk pelaksanaan berkelanjutan.