Riesti Triyanti
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Buletin Ilmiah Marina : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Peran Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Terhadap Peningkatan Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang Riesti Triyanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 6, No. 1, Tahun 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1198.777 KB) | DOI: 10.15578/marina.v6i1.5808

Abstract

Kabupaten Pandeglang adalah daerah penghasil ikan ekonomis tinggi terbesar di Provinsi Banten. Kontribusi perikanan tertinggi berasal dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panimbangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis peran Tempat Pelelangan Ikan (TPI) khususnya TPI Panimbang dalam mendukung peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Pandeglang. Penelitian dilakukan pada Bulan Juli dan Agustus Tahun 2010, di Desa Panimbang Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data primer menggunakan teknik wawancara, sedangkan data sekunder secara studi kepustakaan (desk study). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPI Panimbang selain berperan dalam peningkatan produksi perikanan melalui retribusi/pemungutan perikanan, juga berperan sebagai objek pariwisata melalui pesta laut ‘nadran’, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Pandeglang.
Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang dan Bandeng: Studi Kasus di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Riesti Triyanti; Hikmah Hikmah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 1, No. 1, Tahun 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.848 KB) | DOI: 10.15578/marina.v1i1.1007

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha budidaya polikultur udang windu dengan ikan bandeng. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan mix method research (kuantitatif dan kualitatif). Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Sampel responden ditentukan secara simple random sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha dan analisis deskriptif untuk faktor pendukung dan penghambat usaha budidaya. Hasil penelitian menyatakan bahwa kelayakan usaha budidaya polikultur udang windu dengan ikan bandeng ini layak untuk dijalankan. Namun, usaha ini masih memiliki hambatan usaha berupa benih yang kurang berkualitas, kondisi saluran irigasi yang buruk, konstruksi kolam yang belum memenuhi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), harga pakan yang mahal, adanya penyakit pada udang dan terbatasnya pengetahuan pembudidaya tentang teknologi budidaya udang dan bandeng. Untuk meningkatkan kualitas dari hasil budidaya udang dan bandeng di Indramayu diperlukan penguatan sistem dan manajemen CBIB penetapan standarisasi harga bahan baku dan kualitas pakan, penguatan sistem dan manajemen standarisasi dan modernisasi sarana perikanan budidaya dan penguatan manajemen sumber daya manusia dan kelembagaan non-bisnis dan bisnis pembudidaya.
Rantai Pemasaran Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Riesti Triyanti; Maharani Yulisti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 1, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1739.84 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i1.4593

Abstract

Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dalam sistem minabisnis. Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan perpindahan tempat dan kepemilikan barang dan jasa dari sentra pra produksi ke konsumen. Kegiatan pemasaran bertujuan untuk memenuhi permintaan konsumen serta memberikan keuntungan bagi pembudidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rantai pemasaran ikan koi (Cyprinus carpio) di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pemasaran ikan koi dimulai dari tahap pra produksi, produksi, pedagang dan eksportir. Setiap rantai terdapat pelaku usaha kunci dan nilai/keuntungan yang relatif dinamis karena tergantung pada nilai estetika terhadap ikan koi. Untuk memperkuat rantai pemasaran ikan koi diperlukan pembentukan kelembagaan keuangan untuk menertibkan sistem pembayaran terhadap pembelian ikan koi yang seringkali merugikan pembudidaya. Penelitian ini juga menyarankan perlunya menghidupkan kembali koperasi yang telah dibentuk agar pemasaran ikan koi dikoordinir dan harganya standar.
Profil Usaha Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Bogor Tikkyrino Kurniawan; Riesti Triyanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 6, No. 2, Tahun 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (851.705 KB) | DOI: 10.15578/marina.v6i2.5812

Abstract

Penetapan kawasan Minapolitan untuk meningkatkan produksi perikanan menjadi 353% pada 2014 memerlukan kesiapan infrastruktur dan kebijakan dilapangan. Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai kawasan Minapolitan budidaya air tawar dengan lele sebagai komoditas utama. Namun Pengembang biakan lele membutuhkan perbandingan satu banding satu, sehingga untuk menghasilkan berat lele tertentu menbutuhkan pakan yang cukup banyak. Untuk itu perlu adanya evaluasi setiap tahunnya untuk melihat kesiapan program Minapolitan tersebut khususnya Minapolitan Budidaya. Sedangkan pemilihan responden bersifat random purposive sampling. Analisis deskriptif yang dipakai untuk menjelaskan keadaan dan gejala yang terjadi. Penelitian berlangsung di Kabupaten Bogor. Dengan tingginya harga pangan dan rendahnya harga jual, maka banyak pembudidaya di kabupaten bogor yang gulung tikar dan tidak sanggup untuk melanjutkan budidaya lele tersebut. Operasional untuk produksi lele tersebut tidak menutupi karena luas lahan yang tidak begitu besar dan jumlah lahanya yang sedikit menyebabkan biaya pakan cukup tinggi karena tidak di beli dalam jumlah banyak. Pembesaran yang bertahan adalah milih perseorangan dan mempunyai jumlah kolam yang lebih dari 5 unit. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah perlu diadakannya pelatihan kembali cara pembudidaya yang baik dan benar, memperkuat kelembagaan pembudiaya, membentuk lembaga pemasaran yang bisa menyetabilkan harga dan meningkatkan harga jual ke pasaran, serta menyetabilkan harga bahan pakan agar dapat meningkatkan daya saing penjualan lele.
Tataniaga Ikan Kerapu Hidup di Kawasan Segitiga Batam, Tanjung Pinang dan Singapura (BaTaSi) : Tinjauan Aspek Sosiologi Sastrawidjaja Sastrawidjaja; Riesti Triyanti; Hikmah Hikmah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 2, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1913.45 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i2.5762

Abstract

Ikan kerapu hidup telah menjadi merek dagang (brand) dan ikon bagi masyarakat daerah sekitar kepulauan Batam, Tanjung Pinang dan Singapura (BaTaSi). Keunggulan ikan kerapu hidup adalah harganya yang sangat tinggi dan pangsa pasarnya tak terbatas. Pasar kerapu semakin meluas seiring meningkatnya minat penduduk Asia Timur untuk mengonsumsi ikan ini. Tingginya permintaan ekspor membuat konsumen luar negeri rela pergi ke sentra-sentra produksi kerapu di sejumlah perairan Indonesia terutama Kepulauan Batam dan Tanjung Pinang. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek sosiologi dari tataniaga pemasaran ikan kerapu hidup di Batam, Tanjungpinang dan Singapura (BaTaSi). Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil Kajian menunjukkan bahwa dalam jalur tataniaga ikan kerapu di kawasan segitiga BaTaSi didominasi oleh dua etnis yaitu Tionghoa dan Melayu dengan strata sosial yang tinggi serta menggambarkan hubungan sosial diantara keduanya dalam hal jaringan sosial, perdagangan, dan kemitraan bisnis Ikan kerapu hidup. Adanya kepercayaan dan kebiasaan mengkonsumsi ikan kerapu saat Hari Raya Imlek menjadikan harga ikan kerapu jauh lebih tinggi dibandingkan hari-hari biasanya.
Peran Kelembagaan Dalam Mendukung Program Minapolitan Budidaya Di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta Maharani Yulisti; Riesti Triyanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 1, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.447 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i1.4595

Abstract

Pengembangan kawasan minapolitan yang memanfaatkan potensi wilayah dengan memberi peluang pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis perikanan memerlukan sinergitas dari potensi yang ada secara utuh, menyeluruh, berdaya saing dan berkelanjutan. Upaya in memerlukan campur tangan pemerintah dan dukungan masyarakat dalam membangun kelembagaan yang dapat mendukung program minapolitan. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelembagaan yang mendukung program minapolitan perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta. Kelembagaan formal yang ada di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta diantaranya lembaga penguatan modal (Unit Pelayanan Pengembangan/UPP Bidang Perikanan, Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Unit Desa/KUD, Badan Usaha Kredit Perdesaan/BUKP, lembaga kredit dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat/PNPM), lembaga penyuluhan dan lembaga perbenihan (Balai Benih Ikan atau BBI). Kelembagaan non formal yang sudah berfungsi baik yang erat kaitannya dengan program minapolitan diantaranya kelembagaan penyedia input, kelembagaan penyedia modal, kelembagaan pelaku usaha (pembudidaya, pembenih, pendeder), kelembagaan pengolah hasil perikanan, kelembagaan pemasaran ikan, serta kelembagaan penyedia informasi dan teknologi. Peran kelembagaan formal dan informal sangat penting untuk kegiatan budidaya perikanan pada level menengah ke bawah diantaranya untuk menstabilkan harga terutama saat pasokan ikan berlebih, pemenuhan kebutuhan modal, input usaha dan sarana produksi ikan.