Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PELATIHAN PEMBUATAN BIOCHAR DARI SERESAH GAMBUT UNTUK MEMINIMALISIR KEBAKARAN LAHAN DI DESA RASAU JAYA II Muhammad Rizal; Muhammad Ali; Jaini Fakhrudin; Danie Indra Yama; Muflihah Ramadhia; Adi Marjani Patappa
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 5, No 1 (2021): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v5i1.6396

Abstract

ABSTRAKLahan gambut di Desa Rasau Jaya II relatif luas yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian walaupun kondisinya marginal. Petani umumnya membakar lahan tersebut pada musim kemarau untuk meningkatkan kesuburan namun efek negatifnya adalah munculnya titik api dan polusi udara dari asap hasil kebakaran lahan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu teknologi agar lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pertanian dengan risiko yang minimal terhadap lingkungan, seperti pembuatan biochar dengan teknik pembakaran terkontrol dari serasah gambut. Tujuan: (1) Meningkatkan pengetahuan petani mengenai pengelolaan lahan tanpa dibakar dan cara pembuatan biochar, (2) Meningkatkan keterampilan petani dalam pembuatan biochar, (3) Meningkatkan jiwa wirausaha terutama produk biochar. Kegiatan ini menggunakan metode observasi, partisipator dan eksperimental serta survey dengan kegiatan penyuluhan, pelatihan, pembuatan dan aplikasi biochar yang dibuat dari serasah gambut serta evaluasi di Desa Rasau Jaya II. Hasil dari kegiatan tersebut yaitu 97% peserta mengetahui dampak positif pengelolaan lahan tanpa dibakar dan mengetahui cara pembuatan biochar, 93% petani sudah terampil dalam membuat biochar, serta 93% petani juga tertarik untuk mengaplikasikan biochar dalam budidaya tanaman dan menjadikan produk usaha. Kegiatan ini telah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan jiwa wirausaha dalam pertanian khususnya pembuatan biochar dan cukup potensial untuk meningkatkan perekonomian petani cabai di Desa Rasau Jaya serta mengurangi pembakaran hutan dan lahan. Kata kunci: arang; charcoal; histosol; peat. ABSTRACTThe peat land in Rasau Jaya II Village are relatively wide which could be used for agriculture potentially even though its in marginal condition. Generally, the farmers would burned the land in the dry season to increase fertility, but the negative effects are emergence of hotspots and air pollution from smoke. Therefore, a technology is needed so that the land can be used for agriculture with minimal risk to the environment, such as making biochar with controlled burning techniques from peat litter or twigs. Objectives: (1) Increase farmers' knowledge about eco-friendly peat land management and how biochar are made, (2) Improve farmers' skills in making biochar, (3) Increase entrepreneurial spirit, especially biochar. This community service activity used observation, participatory and experimental methods as well as surveys with extension activities, training, manufacture and application of biochar made from peat litter as well as evaluation in Rasau Jaya II Village. The results of this activity are that 97% of participants know about positive impact in peat land management without burning activity wich is relatively new for them , 93% of farmers are skilled in making biochar, and 93% of farmers are also interested in applying biochar in plant cultivation and making business products. This activity has increased knowledge, skills and entrepreneurial spirit in agriculture, especially in producing biochar and has the potential to improve the economy of chili farmers in Rasau Jaya Village and reduce forest and land burning activity.Key words: charcoal; charcoal; histosol; peat.
PEMBERDAYAAN PESANTREN MIFTAHUL ULUM MELALUI BUDIDAYA SAYURAN SECARA ORGANIK DENGAN TEKNOLOGI TAKAKURA Jaini Fakhrudin; Danie Indra Yama; Mujib Mujib; Muhammad Ridwan; Robiatun Nisa
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 4, No 1 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.237 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v4i1.3311

Abstract

ABSTRAKYayasan Ponpes Miftahul Ulum yang berada di Desa Ambangah memiliki lahan seluas 10 ha yang belum terkelola dan dimanfaatkan. Pengelolaan lahan tersebut masih terkendala karena sumberdaya dan keuangan. Praktek bercocok tanam saat ini hanya untuk kegiatan pembelajaran siswa pada mata pelajaran Muatan Lokal. Kemampuan manajerial usaha juga masih rendah dan tidak ada pembukuan yang jelas. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah supaya pihak pesantren memahami Teknik budidaya sayuran organik dengan teknologi takakura. Kegiatan pemberdayaan pesantren melalui pertanian organik takakura akan menjadi sarana pembelajaran yang efektif dan menjadi nilai tambah serta meningkatkan kemampuan usaha dan ekonomi ponpes khususnya para siswa. Selain itu kegiatan pertanian di pesantren akan menambah variasi kegiatan dan aktivitas baru yang produktif serta menjadi percontohan bagi masyarakat sekitar. Para siswa dan stakeholders terkait juga diajarkan pembuatan pupuk organik sistem takakura, budidaya tanaman sayuran yang sesuai rekomendasi, diajarkan kemampuan pengelolan Lembaga dan keuangan serta pemasaran produk. Metode pelaksanaan kegiatan yaitu melalui penyuluhan, pelatihan dan pendampingan kepada mitra serta praktik langsung dilapangan. Evaluasi kegiatan dilaksanakan secara berkala untuk memantau pelaksanaan dan tindak lanjut kegiatan di lapangan dengan cara survey langsung ke lokasi mitra dan pemberian kuesioner. Adapun capaian yang sudah dilaksanakan yaitu meningkatan pengetahuan  dan keterampilan sumberdaya manusia dalam pembuatan kompos takakura, budidaya tanaman sayuran organik dengan metode yang efektif yaitu sistem takakura dan pemanfaatan lahan tidur yang dimiliki pondok pesantren untuk budidaya empat jenis sayuran. Kata kunci: pemberdayaan; pertanian organik; takakura. ABSTRACTThe Foundation of Miftahul Ulum Ponpes, which is located in Ambangah Village, has a land area of 10 hectares that has not been managed and utilized. The land management is still constrained due to resources and finance. The current farming practice is only for student learning activities in Local Content subjects. Business managerial ability is still low and there is no clear accountancy. The purpose of implementing this activity is so that the partners understand the organic vegetable faarming technique using takakura technology.The activities of empowering the boarding school through takakura organic farming will be an effective means of learning and become an added value as well as increase the business and economic capacity of the boarding school, especially students. In addition, agricultural activities at the boarding school will add variety to new productive activities and activities as well as become a model for the surrounding community. The students and related stakeholders were also taught how to make organic fertilizer for the takakura system, cultivate vegetables according to recommendations, teach the ability of institutional management and finance and product marketing. The method of implementing activities is through counseling, training and mentoring to partners and direct practice in the field. Evaluation of activities is carried out regularly to monitor the implementation and follow-up of activities in the field by means of direct surveys to partner locations and giving questionnaires.The training is carried out to coach any partners and direct practice in the field. The training has been increasing the knowledge and skills of human resources in making takakura compost, cultivating organic vegetable with effective methods, namely the takakura system and the use of land owned by the boarding school for the cultivation of several types of vegetables. Keywords: empowerment; organic farming; takakura.
Imaging Lahan Gambut Menggunakan Electrical Resistivity Imaging: Estimasi Cadangan Karbon Gambut pada Agroekosistem Kelapa Sawit Okto Ivansyah; Jaini Fakhrudin; Muhammad Ali
Vokasi Vol 15 No 1 (2020): Vokasi
Publisher : Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.431 KB) | DOI: 10.31573/vokasi.v15i1.148

Abstract

Luas lahan gambut di Indonesia sekitar 14,9 juta hektar dan potensi gambut Kalimantan Barat sebesar 1,6 Juta Hektar. Keberadaan gambut pada suatu bentang lahan menjadi penting peranannya pada konservasi karbon (C), mengingat sebagain besar hutan rawa gambut telah kehilangan vegetasi dan terdegradasi. Oleh karena itu lahan gambut merupakan cadangan karbon yang masih tersisa pada suatu bentang lahan. Estimasi cadangan karbon di Indonesia mencapai 37 Giga ton, dengan cadangan karbon terbesar berada di Sumatera dan Kalimantan yakni masing masing 22,3 dan 11,3 Giga ton (Gt). Penggunaan metode geofisika Electrical Resistivity Imaging (ERI) dengan pengamatan langsung menggunakan sampel inti dan analisis C untuk memperkirakan ketebalan gambut dan cadangan C dalam sistem lahan gambut tropis di Kalimantan Barat. Peranan gambut menjadi sangat penting dan bernilai dalam hal cadangan karbon karena berdampak terhadap hilangnya vegetasi akibat penggundulan dan kebakaran hutan. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan gambut pada agrosistem kelapa sawit di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan estimasi cadangan karbon gambut pada lahan gambut yang telah digunakan untuk agroekosistem kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan besar cadangan karbon sebesar 11.209,762 ton.
Respon Morfofisiologi Tanaman Kelapa Sawit Pre Nursery pada Pemberian Kompos Kotoran Walet dan Bakteri Synechococcus sp. Andrian Surya Kristanto; Rizky Anggoro; Danie Indra Yama; Jaini Fakhrudin; Muhammad Ali
Jurnal Agroekoteknologi Vol 14, No 2 (2022)
Publisher : Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jur.agroekotetek.v14i2.17197

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of swallow manure and Synechococcus sp. bacteria on the morphophysiology of oil palm plants in Pre Nursery. The experiment used a factorial Randomized Block Design (RAK) and three replication. The first factor being swallow manure compost, W0 = 0 grams/plant, W1 = 100 grams/plant, W2 = 150 grams/plant, W3 = 200 grams/plant. The second factor was concentration of Synechococcus sp. Bacteria, S1 = concentration 10 ml/L, S2 = concentration 15 ml/L, S3 = concentration 20 ml/L. Parameters observed were plant height, stem diameter, the number of leaves, total chlorophyll, stomata density, stomatal opening width, and transpiration rate. Application of swallow manure compost had a significant effect on the parameters of plant height, number of leaves and total chlorophyll. Concentration of Synechococcus sp. gave a significant effect on the parameters of the transpiration rate while on morphology there was no significant effect on all parameters. The best dose of compost for plant height was 200 g of compost and 10 ml/L of bacterial concentration, while the treatment of 200 g of compost and 15 ml/L of bacterial concentration was the best dose of total chlorophyll and stomatal density parameters. Combination treatment of swallow manure compost and Synechococcus sp. gave a significant effect on the parameters of plant height, total chlorophyll and stomatal density. Keywords: Morphophysiology, Organic Fertilizer, Pre Nursery, Palm Oil, Synechococcus sp
Pengaruh Land Application Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit terhadap Kadar Nitrogen Dalam Tanah dan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Zaenal Mutaqin; Muliani Muliani; Jaini Fakhrudin; Okto Ivansyah; Nelson Fernando Siahaan
Soilrens Vol 20, No 2 (2022)
Publisher : Dept Ilmu Tanah & Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/soilrens.v20i2.45267

Abstract

This study aims to determine the effect of Palm Oil Mill Effluent (POME) and NPK with various treatment doses on the content of N-total, N-NH4 +, N-NO3 -soil and N uptake of oil palm crops produced. Knowing the appropriate doses of POME and NPK and their interactions for N-total, N-NH4 +, N-NO3 -- and N uptake of oil palm crops produce. This research design used a randomized block design (RBD) factorial with 25 treatments and five replicates. The first factor, namely L (POME) consists of 5 levels of treatment, namely: L0 (0 liter of POME / biopore hole), L1 (2.5 liters of POME / biopore hole), L2 (5.0 liters of POME / biopore hole), L3 (7.5 liters of POME / biopore hole) and L4 (10.0 liters of POME / biopore hole). The second factor, namely P (NPK fertilizer 15:15:15) consists of 5 levels of treatment, namely: P0 (0 kg NPK / plant), P1 (0.5 kg NPK / plant), P2 (1.0 kg NPK / plant), P3 (1.5 kg NPK / plant) and P4 (2.0 kg NPK / plant). The results of this study showed that there was an interaction between the dose of POME and the dose of NPK on N-total soil in the oil palm plantation produced. POME self-treatment has a marked effect on the total soil and the uptake of N-producing oil palm crops. NPK self-treatment had a marked effect on the N-total soil and N uptake of oil palm crops resulted in a treatment of 10 liters of POME and 2 kg of NPK was the best treatment against the increase in total N-total, N-NH4 +, N-NO3 - soil and N uptake of plants.
Pengelolaan Limbah Penyulingan Minyak Cengkeh Dan Limbah Perikanan Menjadi Pupuk Organik Di Pulau Kabung Ragil Putri Widyastuti; Jaini Fakhrudin; Zaenal Mutaqin; Danie Indra Yama; Muhammad Ali; Rista Delyani; Libertus Darus; Ledy Purwandani; Fenny Imelda; Nur Fajar Febtysiana
Kapuas Vol 2 No 1 (2022): Kapuas : Jurnal Publikasi Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31573/jk.v2i1.399

Abstract

Pulau Kabung merupakan bagian dari gugusan pulau-pulau kecil Desa Karimunting, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Sebagian besar masyarakat adalah nelayan dan petani. Apabila kondisi cuaca tidak mendukung untuk melaut, masyarakat akan menyuling daun cengkeh menjadi minyak atsiri, dan beberapa masyarakat memanfaatkan lahan yang mereka punya untuk Bertani cabai. Penyulingan minyak cengkeh dan hasil perikanan menghasilkan limbah yang cukup banyak dan belum diolah. Limbah yang menumpuk dan tidak diolah menyebabkan lingkungan yang tidak sehat dan mengganggu pemandangan secara estetika. Kegiatan pengabdian ini adalah untuk memberikan pelatihan cara mengolah limbah padat hasil penyulingan minyak cengkeh menjadi kompos dan mengolah limbah perikanan menjadi pupuk organik cair (POC). Metode yang digunakan yaitu partisipator dan eksperimental. Peserta ikut serta dalam pelatihan pembuatan pupuk organik dengan bahan baku limbah daun hasil penyulingan minyak dan limbah perikanan, dan mereka akan mengaplikasikannya pada tanaman sayuran di ladang mereka misalnya cabai dan bayam. Hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 90% peserta belum mengetahui manfaat limbah perikanan sebagai pupuk organik, sedangkan 70% peserta sudah mengetahui bahwa limbah hasil penyulingan minyak cengkeh dapat dijadikan bahan baku pembuatan kompos. Oleh karena itu 90% dari peserta pelatihan sangat tertarik dan antusias untuk mengikuti pelatihan pembuatan kompos dan POC dari limbah hasil penyulingan cengkeh dan limbah perikanan, karena limbah tersebut sangat banyak tersedia di sekitar mereka. Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan, pupuk organik yang dibuat sendiri dengan bahan yang tersedia, cukup potensial untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Pulau Kabung.