Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Tradisi Ngokoi Okan Perentehu Dayak Lawangan: Pendekatan Fungsional Struktural Talcott Parson Ervantia Restulita L. Sigai
Dharma Duta Vol 16 No 1 (2018): Jurnal Dharma Duta
Publisher : Fakultas Dharma Duta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/dd.v16i1.136

Abstract

Praktik tradisi ngokoi okan perentehu terdapat nilai-nilai, norma dan kepercayaan yang berfungsi sebagai pedoman yang memberi orientasi kepada kehidupan komunitas Dayak Lawangan. Teori fungsionalisme struktural memandang masyarakat sebagai suatu sistem, secara fungsional. Menurut Talcott Parson fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan menunjangn keseimbangan dan pemenuhan kebutuhan sistem. Aktivitas tradisi ngokoi okan perentehu merupakan perwujudaan sebuah sistem keseimbangan yang fungsinya saling beradaptasi, pencapaian tujuan yang sama kepada Jo'us Tuha Allah Tala, berintegrasi dalam pranata kehidupan Dayak Lawangan dan pemeliharaan pola dalam tradisi yang berjalan dan dilestarikan antar generasi yang melahirkan fungsi religius, fungsi norma sosial, dan fungsi estetika.
Implikasi Peran Mandong Dayang Dalam Praktik Ritual Komunitas Dayak Lawangan Ervantia Restulita L. Sigai
Satya Widya: Jurnal Studi Agama Vol 1 No 2 (2018): Satya Widya: Jurnal Studi Agama
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/swjsa.v1i2.44

Abstract

Peran mandong dayang merupakan realitas sosial budaya yang tak terpisahkan dari struktur sosial budaya komunitas etnis Dayak Lawangan yang beragama Hindu (Hindu Kaharingan). Peran penting mandong dayang sebagai pendamping dan membantu balian (pemimpin ritual) dalam praktik ritual. Hubungan balian dengan mandong dayang merupakan hubungan relasi kuasa dan otoritas religius. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana proses menjadi mandong dayang, dan implementasi perannya dalam praktik ritual komunitas Dayak Lawangan di Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Analisis masalah menggunakan teori kekuasaan dan pengetahuan Michael Foucault dan teori praktik sosial Pierre Bourdieu. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut modal simbolik seorang mandong dayang diperoleh melalui proses berguru. Proses belajar calon mandong dayang meliputi dua tahap yaitu: (1) berhayak dan (2) nyawit nginte. Peran mandong dayang memiliki fungsi vertikal terkait aspek ritual puja bakti kepada Juus Tuha Alah Tala dan fungsi horisontal terkait fungsi sosial di dalam pranata sosial masyarakat. Mandong dayang mendapatkan otoritas praktik ritual. Otoritas tersebut dalam bentuk kuasa pengetahuan atas prestise sebagai pembantu balian. Otoritas tersebut menjadikan mandong dayang sebagai agen pembertahanan sebuah praktik ritual.
Optimalisasi Penguatan Agama Melalui Regenerasi Dan Kader Di Desa Tewang Kadamba Pransinartha Pransinartha; Ervantia Restulita L. Sigai; Gito Supriadi; Dicky Wahyudi; Fikri Shaumazzaki Siddiq; Eka Nalaratih; Niluh Puspita Sari; Andani Nainggolan; Kristina Ida Wati Pasaribu; Multi Sentosa Nusan; Tiara Theresa; Ketut Artiani; Eka Nurmawati; Gusvi Ainur Ridho Isnor
Nusantara: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2023): November : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/nusantara.v3i4.1762

Abstract

Tewang Kadamba Village is a village located in Katingan Regency, Central Kalimantan Province. In this village, there are various ethnic groups and the dominant language is the Dayak Kaharingan and there are also three religions namely Hinduism, Islam and Christianity where the dominant religion is Islam and Hindu Kaharingan. Seen from a religious perspective, even though there are differences they still maintain, appreciate, respect, and tolerate these differences. There is one problem or problem regarding religious knowledge and enthusiasm for worship in Tewang Kadamba Village. In this regard, the purpose of this study is to find out and describe religious understanding and how people acquire religious knowledge and strengthen religion through regeneration and cadres. The method used is PAR. The results of community service are good understanding of religion and ways to acquire religious knowledge through school education and activities in places of worship. Then related to strengthening religion through regeneration and cadres is a good idea for empowering the people of Tewang Kadamba Village.