Sestri Indah Pebrianti
Program Studi Kajian Seni Petunjukan Pascasarjana, Universitas Gajah Mada, Jogjakarta, Indonesia

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

MAKNA SIMBOLIK TARI BEDHAYA TUNGGAL JIWA Pebrianti, Sestri Indah
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 13, No 2 (2013): (DOI & DOAJ Indexed, December 2013)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v13i2.2778

Abstract

Bedhaya Tunggal Jiwa merupakan  elemen penting dalam upacara Grebeg Besar. Pada penelitian ini fenomena yang menarik untuk dikaji (1) Mengapa tari Bedhaya Tunggal Jiwa dipertunjukkan, (2) Bagaimana bentuk pertunjukan, dan (3) Apa makna simbolik yang terkandung pada tari Bedhaya Tunggal Jiwa. Di dalam memahami fenomena yang terjadi pada Bedhaya Tunggal Jiwa, penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menggali berbagai data lapangan dalam menjelaskan mengenai persoalan yang terjadi. Perolehan data lapangan itu kemudian diolah dan dituliskan dengan metode deskriptif analisis dengan pendekatan etnokoreologi. Bedhaya Tunggal Jiwa merupakan salah satu unsur budaya masyarakat Demak, yang dipertunjukkan sebagai bagian dari rangkaian upacara tradisi Grebeg Besar di Kabupaten Demak. Kehadirannya sebagai kebutuhan estetis manusia serta menimbulkan keserasian manusia dan lingkungannya. Unsur yang ditampilkan pada pertunjukan Bedhaya Tunggal Jiwa terdiri dari beberapa eleman di antaranya: penari, gerak, pola lantai, musik, rias, busana, properti dan tempat pementasan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna simbolik Bedhaya Tunggal Jiwa sebagai gambaran menyatunya pejabat dengan rakyat dalam satu tempat untuk menyaksikan tari Bedhaya Tunggal Jiwa sehingga tampak sebuah kekompakkan, kedisiplinan dan kebersamaan langkah untuk menggapai cita- cita. Unsur-unsur simbolik ditunjukan pada peralatan yang digunakan dalam rangkaian upacara, tindakan yang dilakukan penari, arah dan angka,  integritas dan sosial kemasyarakatan. Makna simbolik terdapat pada gerak, pola lantai, kostum, iringan tari, dan properti yang sesuai dengan kondisi sosial budaya Kabupaten Demak. Keseluruhan menggambarkan kegiatan hubungan vertikal dan horisontal umat manusia. The Bedhaya is the important element in Grebeg Besar ceremony. In this research, the phenomenon that will be interesting to be studied are (1) Why Bedhaya Tunggal Jiwa dance is showed?, (2) How the pattern of the show is?, and (3) What the symbolic meaning of Bedhaya Tunggal Jiwa dance is?. In understanding the phenomenon happened in Bedhaya Tunggal Jiwa, this research applies the qualitative method to discover all the field data in explaining the problems occur. The result of field data, processed and written in descriptive analysis method etnokoreologi approach. That approach is done by textual and contextual analysis. The textual study, can lineout or describe in detail about the structure in Bedhaya Tunggal Jiwa dance, while the contextual study can reveal socio-cultural condition the residents in Demak regency. Bedhaya Tunggal Jiwa is one of the cultural elements in Demak society that is showed as a part of series traditional ceremony Grebeg Besar in Demak regencey. The presences human aesthetic need and also create the harmony of human and their environment. The performance of Bedhaya Tunggal Jiwa consists of several elements, including: motion, floor pettern, music, make up, clothing, properties and place of performing that overall is simple. The research result shows that Bedhaya Tunggal Jiwa is understood as teaching of life that cantains togetherness, unity and discipline to archive the useful purpose of live individually or in group. The symbolic meaning is contained in motion, floor pattern, costume, dance accompaniment, and properties that appropriate with the socio-cultural condition in Demak regency. The symbolic elements showed in the equipment that is used in the ceremonial series, the dancer actions, directions and number, integrity and social. The whole show vertical and horizontal relation activities of human being.
MAKNA SIMBOLIK TARI BEDHAYA TUNGGAL JIWA Pebrianti, Sestri Indah
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 13, No 2 (2013): December 2013
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v13i2.2778

Abstract

Bedhaya Tunggal Jiwa merupakan  elemen penting dalam upacara Grebeg Besar. Pada penelitian ini fenomena yang menarik untuk dikaji (1) Mengapa tari Bedhaya Tunggal Jiwa dipertunjukkan, (2) Bagaimana bentuk pertunjukan, dan (3) Apa makna simbolik yang terkandung pada tari Bedhaya Tunggal Jiwa. Di dalam memahami fenomena yang terjadi pada Bedhaya Tunggal Jiwa, penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menggali berbagai data lapangan dalam menjelaskan mengenai persoalan yang terjadi. Perolehan data lapangan itu kemudian diolah dan dituliskan dengan metode deskriptif analisis dengan pendekatan etnokoreologi. Bedhaya Tunggal Jiwa merupakan salah satu unsur budaya masyarakat Demak, yang dipertunjukkan sebagai bagian dari rangkaian upacara tradisi Grebeg Besar di Kabupaten Demak. Kehadirannya sebagai kebutuhan estetis manusia serta menimbulkan keserasian manusia dan lingkungannya. Unsur yang ditampilkan pada pertunjukan Bedhaya Tunggal Jiwa terdiri dari beberapa eleman di antaranya: penari, gerak, pola lantai, musik, rias, busana, properti dan tempat pementasan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna simbolik Bedhaya Tunggal Jiwa sebagai gambaran menyatunya pejabat dengan rakyat dalam satu tempat untuk menyaksikan tari Bedhaya Tunggal Jiwa sehingga tampak sebuah kekompakkan, kedisiplinan dan kebersamaan langkah untuk menggapai cita- cita. Unsur-unsur simbolik ditunjukan pada peralatan yang digunakan dalam rangkaian upacara, tindakan yang dilakukan penari, arah dan angka,  integritas dan sosial kemasyarakatan. Makna simbolik terdapat pada gerak, pola lantai, kostum, iringan tari, dan properti yang sesuai dengan kondisi sosial budaya Kabupaten Demak. Keseluruhan menggambarkan kegiatan hubungan vertikal dan horisontal umat manusia. The Bedhaya is the important element in Grebeg Besar ceremony. In this research, the phenomenon that will be interesting to be studied are (1) Why Bedhaya Tunggal Jiwa dance is showed?, (2) How the pattern of the show is?, and (3) What the symbolic meaning of Bedhaya Tunggal Jiwa dance is?. In understanding the phenomenon happened in Bedhaya Tunggal Jiwa, this research applies the qualitative method to discover all the field data in explaining the problems occur. The result of field data, processed and written in descriptive analysis method etnokoreologi approach. That approach is done by textual and contextual analysis. The textual study, can lineout or describe in detail about the structure in Bedhaya Tunggal Jiwa dance, while the contextual study can reveal socio-cultural condition the residents in Demak regency. Bedhaya Tunggal Jiwa is one of the cultural elements in Demak society that is showed as a part of series traditional ceremony Grebeg Besar in Demak regencey. The presences human aesthetic need and also create the harmony of human and their environment. The performance of Bedhaya Tunggal Jiwa consists of several elements, including: motion, floor pettern, music, make up, clothing, properties and place of performing that overall is simple. The research result shows that Bedhaya Tunggal Jiwa is understood as teaching of life that cantains togetherness, unity and discipline to archive the useful purpose of live individually or in group. The symbolic meaning is contained in motion, floor pattern, costume, dance accompaniment, and properties that appropriate with the socio-cultural condition in Demak regency. The symbolic elements showed in the equipment that is used in the ceremonial series, the dancer actions, directions and number, integrity and social. The whole show vertical and horizontal relation activities of human being.
The Geculan Bocah Dance Performance As A Creative Space for Children Paranti, Lesa; Putri, Rimasari Pramesti; Pebrianti, Sestri Indah
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 19, No 1 (2019): June 2019
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v19i1.23617

Abstract

This study aims to analyze the creativity of children (dancers) in the Geculan Bocah dance performance and how the performance becomes a space to arouse creativity. The case study in this research was the phenomenon of the Geculan Bocah dance performance in Sanggar Tanuwiyoyo Semarang Regency. The method used is a qualitative research method through a phenomenological approach. Data collection was done by using the method of observation, interviews, and documentation. The data analysis test used the Miles and Hubberman model through data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Data validity used triangulation of sources, techniques, and methods. The results showed that Geculan Bocah dance performance consisted of 3 parts, namely the beginning, middle (core) and final (ending). Each part of the performance requires the creative role of the child as a dancer. Children’s creative roles include individual creativity, collaborative creativity, and communal creativity. Individual creativity attempts every child to show good performance. Collaborative creativity can be seen in the cohesiveness and togetherness during the show. The communal creativity arises because it is influenced by the audience and the atmosphere of the performance. The Geculan Bocah dance performance is a creative product, a creative space/ process, and a driver for the development of children’s creativity.
Peningkatan Keterampilan Menyanyikan Lagu – Lagu Daerah Jawa Tengah Disertai Gerak pada Kelompok Paduan Suara Dharma Wulan Semarang Muttaqin, Muhammad; Susetyo, Bagus; Pebrianti, Sestri Indah
Varia Humanika Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bernyanyi paduan suara lagu-lagu Daerah Jawa Tengah disertai gerak bagi para anggota paduan suara Dharma Wulan Semarang. Untuk itu, kegiatan ini dilaksanakan dengan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan tugas, melalui serangkaian tahapan: penyusunan proposal, pengajuan proposal, evaluasi proposal, survey lokasi dan wawancara dengan mitra, pengurusan ijin, dan pelaksanaan. Kegiatan diawali dengan kunjungan, observasi dan penyampaian maksud dan tujuan diadakannya pelatihan. Pengurus menerima kedatangan TIM pelaksana kegiatan dengan penuh ramah dan antusias. Selanjutnya, kegiatan pelatihan dilaksanakan setiap hari Kamis, pukul 14.00-15.30 WIB. Kegiatan dilakukan dengan menggunakan metoda ceramah, tanya jawab, Demonstrasi, dan Latihan. Materi yang disampaikan meliputi materi yang bersifat teori maupun praktek. Materi teori meliputi: organisasi paduan suara, pengenalan jenis paduan suara, pengenalan jenis suara manusia, pengetahuan teknik menyanyi dalam paduan suara. Materi Praktek meliputi:Praktik teknik memproduksi suara, Resonansi, blanding, balancing, dan Interpretasi serta Gerakan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa para peserta meningkat pengetahuan dan keterampilan menyayi paduan suara disertai gerak, seperti: mampu menjawab persoalan sekitar pengetahuan paduan suara, mampu membedakan suara yang terpadu dan belum terpadu, mampu menyanyi dengan teknik yang benar, dan secara bersama mampu mempraktikkan menyanyi paduan suara disertai gerak.
Pelatihan Rias dan Busana Tari Bagi Siswa Sanggar Jelantik Sasongko Dalam Mewujudkan Kemandirian Berkarya Seni Pebrianti, Sestri Indah
Varia Humanika Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/vh.v4i1.69116

Abstract

Sanggar tari Jelantik Sasongko dalam mempersiapkan pementasan tidak sedikit kendala yang dialami, diantaranya yaitu siswa kurang mandiri dalam merias wajah sehingga dapat menghambat waktu pementasan, sanggar selalu mengandalkan perias dan penata busana pada setiap pementasan, dan kurangnya pengetahuan siswa tentang teknik dasar merias wajah dan menata busana tari. Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan kepada siswa sanggar dalam teknik merias dan menata busana. Tujuan dari kegiatan ini adalah. Kegiatan ini menggunakan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan latihan bersama yang didampingi tim pengabdian. Kegiatan yang di lakukan diantaranya mematangkan teknik merias wajah dan penguasaan terhadap bahan dan alat rias serta penguasaan pemakaian busana tari. Siswa yang terlibat ada 15 orang. Hasil dari kegiatan pengabdian adalah bertambahnya kegiatan sanggar dalam mengembangkan keterampilan siswa dalam berkarya seni. Kemampuan rias siswa sanggar semakin meningkat dengan teknik yang diajarkan. Siswa semakin terampil dalam memainkan kuas eye shadow dan pengolahan warna menjadi lebih baik. Pelatihan rias membuka peluang untuk mengembangkan diri dengan membuka jasa rias. Materi rias dan penataan busana tari yang telah didapatkan juga diaplikasikan dalam berbagai event pementasan sehingga tidak membutuhkan jasa rias di luar sanggar.
Pengembangan Seni Jaran Kepang Paguyuban Langgeng Mudo Sari Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Pebrianti, Sestri Indah; Iryanti, Veronica Eny; Aesijah, Sitti; Susetyo, Bagus
Kawruh: Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol. 5 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v5i1.3602

Abstract

Kelompok seni Jaran Kepang Langgeng Mudo Sari Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang sudah mulai mengembangkan bentuk pementasannya, namun hasil dari pengembangan belum optimal karena disebabkan beberapa faktor yaitu, pertama terbatasnya pengetahuan dan keterampilan pelatih, penari, pemusik dan dalang dalam penggarapan seni Jaran Kepang, dan kedua sarana yang dimiliki paguyuban terbatas. Tujuan artikel ini yaitu menjelaskan hasil pengembangan seni jaran Kepang yang dilakukan baik dari sisi kualitas dan kuantitas. Menggunakan pendekatan community development dan partisipatif dengan metode diantaranya pendidikan masyarakat, difusi ilmu pengetahuan, memberi fasilitas, konsultasi, dan pendampingan. Hasil menjelaskan bahwa pengembangan bentuk pertunjukan Jaran Kepang dan elemen-elemen pertunjukannya dilakukan dengan baik, dengan frekuensi pementasan yang meningkat, dan berbagai motif gerak dalam pertunjukan yang sudah ada sebelumnya hanya terbatas dan monoton sekarang berkembang menjadi lebih variatif. Saai ini paguyuban telah mengembangkan elemen pertunjukannya mulai dari gerak, iringan, rias dan busana, property, dan pola lantai. Paguyuban juga secara berkala dan rutin mempertunjukan Jaran Kepang yang telah dikembangkan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas.
The Symbolic Meaning of the Wireng Dance Choreography at the Kasunanan Surakarta Palace Jazuli, Muhammad; Suharji, Suharji; Pebrianti, Sestri Indah
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 22, No 2 (2022): December 2022
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v22i2.37181

Abstract

The aim of this research is to find out the specifications of the choreographic form and the symbolic meaning of wirèng in the Kasunanan Palace. A qualitative descriptive research design with form-matching techniques was employed; meanwhile, the data collection techniques employed observation, interviews, and literature study. The data analysis includes the form of the wirèng choreography and its symbolic meaning. From the results of the study, it was found that the choreographic form of wirèng in Kasunanan was used for pair dances and had a soldier’s theme, while in Mangkunagaran wirèng was used to denote the term dance because wirèng is synonymous with the word beksan which means dance. The pattern of the wirèng choreography in Kasunanan has specifications, namely: (1) it is performed by male and female dancers in an even number, (2) it consists of three parts, namely the initial part (maju beksan), the main part (beksan), and the final part (mundur beksan), (3) in the main part of the dance there are variations of the dance scenes and variations of war scenes, such as madras wars or gending wars, referring to a typical war dance which is accompanied by slow (lamba) and constant (steady) rhythmic gendhing or music, and ruket wars which are accompanied by fast-rhythmic pieces of music (mipil-lancaran), (4) changes and differences always follow every change of part in the composition of the accompaniment pieces. Wirèng’s symbolic meaning reflects the value system prevailing in the palace environment, symbolized by the numbers zero, two, and three, movement characteristics, and movement patterns (gawang) in the choreography.
MANAJEMEN PRODUKSI PERTUNJUKAN TARI SANGGAR PANGREKSA BUDAYA KOTA SEMARANG Pebrianti, Sestri Indah; Jazuli, Muhammad; Bisri, Moh. Hasan; Salma, Alya Happy
Joged Vol 23, No 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v23i2.14159

Abstract

RINGKASANSanggar Pangreksa Budaya merupakan sanggar yang berada di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dan berdiri sejak tahun 2016. Sejak awal berdirinya sampai saat ini telah memberikan kontribusi pada pelestarian seni tari. Sanggar Pangreksa Budaya mendapat kepercayaan masyarakat dalam memproduksi tari yang di tampilkan di berbagai kegiatan kesenian. Di balik berkembangnya sebuah sanggar bergantung pada cara manajemen yang diterapkan, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen produksi tari Sanggar Pangreksa Budaya. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif, dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sanggar Pangreksa Budaya merupakan sanggar yang menggunakan manajemen keluarga dengan menerapkan sistem manajemen dengan baik yang meliputi; perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan. Sanggar Pangreksa Budaya dalam memproduksi tari sesuai dengan permintaan masyarakat (konsumen). Manajemen produksi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu terdiri dari pembentukan tim produksi kemudian proses produksi menggunakan proses observasi, eksplorasi, improvisasi dan komposisi. Sanggar Pangreksa Budaya memproduksi tari yang dipertunjukkan dalam kegiatan rutin Minggu Kliwon, Kirab Budaya, pembukaan dari berbagai acara, dan sajian perlombaan yang digarap melalui proses produksi yang telah dibentuk.ABSTRACTPangreksa Budaya Dance Production Management in the District Gunungpati, Semarang City. Sanggar Pangreksa Budaya is a studio located in Gunungpati Sub-district, Semarang City and was established in 2016. The beginning of its establishment until now has contributed to the preservation of dance art. Sanggar Pangreksa Budaya has gained the trust of the community in producing dances that are performed in various arts activities. Behind the development of a studio depends on the management applied, therefore this research aims to find out the dance production management of Sanggar Pangreksa Budaya. The research method used is qualitative, with a case study approach. Data collection techniques used observation, interview and documentation techniques. Data analysis techniques through data reduction, data presentation, and conclusion drawing. Data validity techniques using source triangulation. The results showed that Sanggar Pangreksa Budaya is a studio that uses family management by implementing a good management system which includes; planning, organizing, moving, and supervising. Sanggar Pangreksa Budaya produces dance according to the demand of the community (consumers). Production management is carried out through several stages, namely consisting of the formation of a production team then the production process using the process of observation, exploration, improvisation and composition. Sanggar Pangreksa Budaya produces dances that are performed in the routine activities of Sunday Kliwon, Kirab Budaya, the opening of various events, and the presentation of the race that is worked on through the production process that has been formed consisting of the formation of the prod team formed
SYMBOLIC INTERACTION OF BAMBANGAN CAKIL DANCERS AT WEDDINGS IN REMBANG REGENCY Anom Sutejo; Pebrianti, Sestri Indah
Acintya Vol. 16 No. 2 (2024)
Publisher : Institut Seni Indoensia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/acy.v16i2.6757

Abstract

Bambangan Cakil dance performance at a wedding event in Rembang Regency has its own characteristics. In every performance there is interaction between the dancers and the audience. This article aims to describe and explain the performance form of Bambangan Cakil Dance at weddings in Rembang Regency as well as understand and analyse the process of symbolic interaction in the performance. The research method used is qualitative and uses an etic and emic approach, so that researchers can see the differences between the views of researchers and the views of people who see the same performance. The results showed that the form of Bambangan Cakil dance performance has a structure consisting of the beginning, core, and end of the performance. Bambangan Cakil dance performances also contain elements including themes, storylines, dancers, expressions, movements, music, makeup, clothing, props, and stages. The symbolic interaction of Bambangan Cakil dancers is divided into three parts, namely before the performance there are interactions: 1) dancers with dancers, 2) dancers with guests, and 3) dancers with sound system operators. During the performance there are interactions: 1) dancers with dancers, 2) dancers with bridal couples, and 3) dancers with guests. At the end of the performance there are interactions: 1) dancers with dancers, 2) dancers with bridal couples, 3) dancers with guests, and 4) dancers with sound system operators.
Estetika gerak tari Gambyong Siji Lima di sanggar Wisanggeni kabupaten Purbalingga Oktasari, Israni; Indriyanto, R; Utina, Usrek Tari; Pebrianti, Sestri Indah
Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni Vol 22, No 2 (2024): October
Publisher : FBSB UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/imaji.v22i2.78505

Abstract

Tari Gambyong Siji Lima merupakan tari berkelompok yang ditarikan oleh remaja putri. Tarian ini menggambarkan gadis atau remaja putri yang sedang bersolek. Tari Gambyong Siji Lima memiliki nilai keindahan pada gerakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan estetika gerak tari Gambyong Siji Lima di Sanggar Wisanggeni Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, struktural dan etik emik. Lokasi penelitian berada di Sanggar Wisanggeni Kabupaten Purbalingga. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Uji  keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data dimulai dari mengenali dan mendeskripsikan, memahami hubungan antar komponen gerak, melakukan interpretasi dan melakukan evaluasi. Hasil dari penelitian ini adalah nilai-nilai keindahan yang khas dapat dilihat melalui tata hubungan antara elemen tubuh dengan sifat gerak yang muncul dari pola gerak tenaga, ruang dan waktu. Nilai keindahan gerak Tari Gambyong Siji Lima menggunakan volume gerak yang tidak terlalu besar, tempo cepat, ritme gerak yang tetap sehingga memberikan kesan yang lugas, kuat dan dinamis.