Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Edukasi Pengenalan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Yanuar Primanda; Ferika Indarwati; Yuni Astuti; Kellyana Irawati; Laili Nur Hidayati
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2021: 3. Kesehatan Keluarga dan Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.639 KB) | DOI: 10.18196/ppm.43.906

Abstract

Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis dengan jumlah penderita yang banyak di seluruh dunia yang menimbulkan berbagai komplikasi dan penurunan kualitas hidup. Program pengenalan Diabetes Melitus telah banyak dilakukan, tetapi jumlah penderita Diabetes Melitus terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi mengenai Diabetes Melitus tetap perlu dilakukan dengan melibatkan banyak lapisan masyarakat. Telebih di masa pandemi Covid-19 yang membatasi mobilisasi manusia. Implementasi program edukasi yang biasanya dilaksanakan saat kegiatan tatap muka di masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu, puskesmas dan rumah sakit menjadi sangat terbatas. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk mengenalkan tentang Diabetes Melitus di masyarakat melalui media online Zoom sehingga dapat menjangkau peserta di berbagai lokasi. Kegiatan ini merupakan implementasi kerjasama antara Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Majelis Kesehatan Pimpinan Ranting Aisyiyah Tamantirto Selatan, dan Bidang Edukasi Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Queensland, Australia. Edukasi dilaksanakan dengan metode presentasi power poin dari narasumber dan diikuti dengan diskusi. Kegiatan pengabdian masyarakat diikuti oleh 22 peserta di Yogyakarta, Australia, dan Taiwan. Sebelum edukasi, peserta diberikan kesempatan untuk melakukan pretest untuk mengukur pengetahuan sebelum edukasi. Setelah edukasi, peserta diberikan posttest dan evaluasi kegiatan. Hasil menunjukkan bahwa sebelum dilakukan edukasi, rerata pengetahuan peserta adalah 92 dan setelah dilakukan edukasi, rerata pengetahuan meningkat menjadi 98. Pertanyaan dengan peningkatan rerata skor tertinggi terdapat pada item pertanyaan tentang pengaturan porsi makan pada pasien DM dengan metode piring. Hasil evaluasi proses menunjukkan bahwa 100% peserta sangat setuju bahwa kegiatan dapat meningkatkan pengetahuan dan pembicara menguasai materi yang disampaikan. Sebanyak masing-masing 83.3% menyatakan sangat setuju bahwa kegiatan dilaksanakan secara rutin dan mampu memotivasi untuk menjalankan hidup sehat
Implementasi Inovasi: Metode One Room One Leader sebagai Upaya Peningkatan Personal Hygiene Pasien Skizofrenia Erlina Hermawati; Laili Nur Hidayati
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 5 NOMOR 2 SEPTEMBER 2021 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.603 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v5i2.6563

Abstract

Latar Belakang: Pasien skizofrenia pada umumnya tidak mampu melaksanakan fungsi dasar secara mandiri, misalnya melakukan kebersihan diri, menjaga penampilan, dan sosialisasi. Pelaksanaan metode one room one leader merupakan suatu inovasi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas personal hygiene pasien skizofrenia. Kegiatan implementasi inovasi ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan personal hygiene dengan metode one room one leader pada pasien skizofrenia di Wisma Sadewa RSJ Ghrasia Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam inovasi ini adalah penerapan metode one room one leader dalam memantau personal hygiene pasien di ruang Sadewa RSJ Gharsia Yogyakarta. Sebelum dilakukan kegiatan diberikan pretest aktivitas personal hygiene dan sesudah dilakukan tindakan inovasi dilakukan posttest. Jumlah partisipan dalam implementasi inovasi ini adalah 14 partisipan. Instrumen dalam impelementasi inovasi ini berupa lembar observasi personal hygiene pada pasien skizofrenia. Hasil kegiatan inovasi menunjukkan adanya peningkatan personal hygiene yaitu dari personal hygiene kurang menjadi personal hygiene baik. Berdasarkan hasil ini diharapkan masing-masing ruangan bisa menerapkan metode one room one leader sebagai salah satu upaya untuk peningkatan personal hygiene pasien skizofrenia di ruang maintenance
Implementasi Inovasi Keperawatan “Therapeutic Atmosphere” di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Wulida Litaqia; Laili Nur Hidayati
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 6 NOMOR 1 MARET 2022 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.974 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v6i1.6633

Abstract

Rawat inap bagi pasien dengan gangguan jiwa merupakan situasi dimana mereka jauh dari lingkungan biasanya dan menjalani kebersamaan dengan orang-orang baru dan asing. Gangguan kejiwaan ini dapat menyebabkan keterbatasan psiko-sosial yang serius bagi pasien. Kemunduran dalam fungsi sosial merupakan salah satu di antara keterbatasan itu. Hal ini dalam arti mereka sulit untuk melakukan peran sosialnya. Kemampuan perawatan diri subjek yang memiliki gangguan fungsi lemah dan partisipasi dalam kegiatan waktu luang terbatas. Manusia sebagai makhluk yang holistic memiliki kebutuhan yang kompleks meliputi biopsikososio dan spiritualnya (Azizah et al., 2016). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interaksi, pemenuhan kebutuhan perawatan diri dan spiritual pasien di ruang rawat inap dengan menerapkan therapeutic atmosphere. Kegiatan dalam therapeutic atmosphere meliputi morning meeting, jum’at bersih, dan religious time dengan tujuannya masing-masing dan dinilai menggunakan pre dan post observasi dengan indicator-indikator yang telah dibuat sesuai tujuan pelaksanaan. Hasil kegiatan menunjukkan keterampilan interaksi meningkat dari 30% menjadi 90%, pemenuhan perawatan diri membaik dan mengalami peningkatan dari 20% menjadi 90%, dan pemenuhan spiritual menjadi lebih baik dari 50% menjadi 70%. Berdasarkan hasil ini diharapkan kegiatan inovasi therapeutic atmosphere dapat menjadi rekomendasi kegiatan rutin yang bersifat therapeutic atau menyembuhkan dan dapat diterapkan di rumah sakit jiwa.
Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja Untuk Mencapai Kualitas Hidup Yang Optimal Ferika Indarwati; Yuni Astuti; Yanuar Primanda; Kellyana Irawati; Laili Nur Hidayati
Jurnal Pengabdian Masyarakat IPTEKS Vol 8, No 1 (2022): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT IPTEKS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/jpmi.v8i1.7100

Abstract

Kesehatan reproduksi atau sering dikenal dengan kesehatan seksual masih merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan di kalangan masyarakat umum. Padahal, pengetahuan terkait kesehatan reproduksi ini sangatlah penting, terutama untuk remaja. Remaja yang memiliki pengetahuan cukup terkait kesehatan reproduksi akan mampu menghindari perilaku berisiko, kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit-penyakit terkait organ reproduksi. Oleh karena itu, mempersiapkan remaja wanita dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup sangatlah penting untuk optimalisasi kualitas hidup remaja pada masa mendatang. Metode optimalisasi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja meliputi screening awal pengetahuan, pembuatan plan of action, dan program edukasi. Kegiatan edukasi dilakukan dengan pemberian pendidikan kesehatan pada agregat remaja dan orang tua secara daring yang melibatkan peserta dari dalam dan luar negeri. Sebanyak 20 peserta mengikuti proses edukasi. Pretest dan posttest diikuti oleh masing-masing 20 dan 12 peserta yang berasal dari Indonesia dan Australia. Sebelum edukasi, rata-rata nilai yang diperoleh peserta adalah 87. Setelah edukasi, terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan menjadi 100. Selain meningkatkan pengetahuan peserta, implikasi kegiatan ini adalah meningkatkan motivasi peserta (83.3%) untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Peserta juga menyampaikan bahwa edukasi tentang kesehatan reproduksi ini diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda agar dapat mengoptimalkan kualitas hidup mereka pada masa mendatang dan sebaiknya dilakukan secara rutin
PELATIHAN SELF-ASSESSMENT DAN SELF-MANAGEMENT UNTUK PEKERJA MIGRAM INDONEDIA DI TAIWAN Yuni Astuti; Kellyana Irawati; Yanuar Primanda; Ferika Indarwati; Laili Nur Hidayati; Fahni Haris; Athaya Zafira Yuflih; Ingrit Marditantea
DedikasiMU : Journal of Community Service Vol 4 No 4 (2022): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/dedikasimu.v4i4.4636

Abstract

Tingginya angka pekerja migran (PMI) wanita di Taiwan tanpa dibekali dengan pendidikan yang cukup membuat pekerja migran menjadi kelompok rentan yang mendapatkan perlakuan diskriminatif, minimnya akses pelayanan kesehatan, dan kekerasan atau pelecehan seksual. PMI yang menikah dengan warga lokal Taiwan pun juga sangat kurang mendapat akses informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan yang mengakibatkan ibu hamil mengalami distress kehamilan. Kemampuan diri dalam melakukan pemeriksaan mandiri mampu mengidentifikasi kondisi kegawatan sejak dini, sehingga lebih cepat dalam mendapatkan penanganan. Dari masalah tersebut pengabdi memberikan solusi berupa Pendidikan dan pelatihan self-assessment dan self-management kesehatan bagi pekerja migran Indonesia. Kegiatan pengabdian dilaksanakan dengan metode online melalui zoom meeting dengan 2 sesi pertemuan. Sesi pertama dilaksanakan pada tanggal 15 januari 2022 dan 9 Februari 2022 menggunakan media webinar. Kegiatan sesi satu terkait topik self-assessment kondisi psikologis, sedangkan pada sesi kedua topik terkait deteksi dini kehamilan resiko tinggi dan manajemen kesehatan bagi ibu hamil. Hasil kegiatan terdapat peningkatan pengetahuan PMI menjadi 94 sedangkan pada kegiatan sesi kedua peningkatan pengetahuan partisipan menjadi 74. Perserta yang hadir pada kegiatan adalah tenaga migran di Taiwan dan Hongkong. Peserta kegiatan menyampaikan senang karena materi yang disampaikan berguna dan bermanfaat bagi pekerja migran di Taiwan, peserta juga berharap agar ada edukasi lagi bagi PMI.
Penerapan Relaksasi Benson Kombinasi Unsur Keyakinan untuk Menurunkan Kecemasan pada Pasien CKD yang Menjalani Hemodialisa: Studi Kasus Rovi Apriani Eka Suci; Laili Nur Hidayati
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkkk.82351

Abstract

Background: Benson relaxation is one of non-pharmacological therapies that helps patients deal with their anxiety, thus becomes a viable option. By reducing the body’s need for oxygen and allowing the muscles to relax, the Benson Relaxation Technique which is combined with belief elements, may induce comfort and peace feelings.Objective: To evaluate the effectiveness of the Benson relaxation therapy intervention with the combination of belief elements to reduce anxiety in a CKD patient who was receiving hemodialysis. Case report: A 70-year-old man was diagnosed with chronic kidney disease (CKD) stage V. After the first hemodialysis, this patient had complained about his feeling of limp, nausea, and queasy body, fear and anxiety about his condition, and restless sleeping. Patient was given Benson relaxation technique with the combination of elements of belief for 3 days as his main intervention.Outcome: Following the use of the Benson relaxation treatment and a combination of belief elements in the form of zikir (praising to God) and istigfar (apologizing toward God) for twice a day for three days, the result had shown a decrease in HARS score from 23 (moderate anxiety) to 15 (mild anxiety).Conclusion: Patients with CKD can effectively reduce anxiety with non-pharmacological Benson relaxation therapy using a combination of beliefs elements.ABSTRAKLatar belakang: Penanganan kecemasan dapat menggunakan terapi non-farmakologi, salah satunya dengan relaksasi Benson. Teknik Relaksasi Benson dapat menghambat aktivitas saraf simpatis sehingga mengurangi penggunaan oksigen oleh tubuh dan menyebabkan otot-otot menjadi rileks serta menimbulkan perasaan tenang dan kenyamanan.Tujuan: Mengetahui efektivitas intervensi terapi relaksasi Benson dengan penambahan unsur keyakinan untuk menurunkan kecemasan pada pasien CKD yang sedang menjalani hemodialisis.Laporan kasus: Seorang laki-laki berusia 70 tahun dengan diagnosa chronic kidney disease (CKD) stadium V. Kondisi pasien setelah melakukan hemodialisis pertama mengeluhkan lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang. Pasien diberikan intervensi utama relaksasi Benson dengan penambahan unsur keyakinan selama 3 hari.Hasil: Setelah dilakukan pemberian intervensi terapi relaksasi Benson dengan penambahan unsur keyakinan seperti berzikir dan beristigfar selama 3 hari dengan frekuensi 2 kali sehari, didapatkan hasil penurunan skor HARS dari 23 (kecemasan sedang) menjadi 15 (kecemasan ringan).Simpulan: Terapi relaksasi Benson dengan penambahan unsur keyakinan efektif untuk menurunkan kecemasan pasien CKD.
Penerapan Terapi Berkenalan dalam Mengatasi Gejala Isolasi Sosial pada Pasien Skizofrenia: Studi Kasus Nadhea Putri Zulchaira Pombaile; Laili Nur Hidayati
Jurnal Keperawatan Jiwa Vol 11, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jkj.11.2.2023.323-330

Abstract

Salah satu gejala yang dialami penderita skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan sekitar yang biasa disebut Isolasi Sosial. Isolasi sosial sendiri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dan hubungan dengan orang lain. Salah satu cara menangani penderita isolasi sosial adalah menggunakan penerapan cara berkenalan yang merupakan bagian dari sebuah sosialisasi. Tujuan: Untuk mengetahui efektifitas terapi berkenalan untuk kemampuan bersosialisasi pada penderita skizofrenia dengan isolasi sosial. Metode: Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus dalam bidang keperawatan jiwa terhadap pasien dengan isolasi sosial menggunakan terapi berkenalan. Terapi ini dilakukan selama 3 hari dari tanggal 19 Oktober 2022 – 21 Oktober 2022 di Rumah Sakit Jiwa Ghrasia Yogyakarta. Sampel yang digunakan adalah 1 pasien dengan gejala isolasi sosial. Pasien diberikan terapi berkenalan yang dilakukan selama tiga kali pertemuan dengan durasi 15-30 menit disetiap pertemuannya dan dilakukan secara bertahap sehingga dari setiap pertemuan tersebut diberikan terapi yang berbeda-beda. Hasil: Setelah dilakukan pemberian intervensi terapi berkenalan selama 3 kali pertemuan ini didapatkan penurunan gejala isolasi sosial yang ditunjukkan oleh pasien. Kesimpulan: Terapi berkenalan efektif untuk menurunkan gejala yang muncul pada pasien dengan isolasi sosial. Saran: Terapi berkenalan bisa dilakukan dengan frekuensi yang lebih lama untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan gejala yang muncul akan semakin berkurang. 
Pengetahuan Mahasiswa tentang Aktivitas Fisik terhadap Resiko Penyakit Tidak Menular Fahni Haris; Kellyana Irawati; Laili Nur Hidayati; Agnes Erida Wijayanti; Ignatius Djuniarto; Andri Purwandari; Sendhi Tristanti Puspitasari
TRIAGE Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 12 No 1 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61902/triage.v12i1.1612

Abstract

Background: The incidence of non-communicable diseases (NCDs) is increasing globally. Physical exercise, as a preventive and management strategy for NCDs, should be introduced to students at an early stage. Assessing students' level of knowledge regarding physical activity in relation to NCDs is essential as an academic foundation for conducting health promotion in hospital or community settings. Objective: To assess students' knowledge of physical activity in mitigating the risk of NCDs. Methods: This study employs a quasi-experimental with one group pretest-posttest design. The sample consists of 20 active nursing students who will undergo a clinical practice phase. Results: The paired t-test indicate a significant difference in the mean scores before and after the material presentation (p = 0.001; p < 0.05). Statistically, students' knowledge scores regarding physical activity for individuals with NCDs increased by an average of 2.4 points compared to pre-test score. Conclusion: Providing educational material on physical activity for NCDs is highly recommended for nursing students preparing for clinical practice to enhance their knowledge