Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH TEMPERATUR DAN KELEMBABAN TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN DAUN JABON ( Anthocephalus cadamba ) OLEH Arthrochista hilaralis Pribadi, Avry; Anggraeni, Illa
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTArthrochista hilaralis is the defoliator pest that caused foliar damage (severity level) up to 97,88% onjabon plantation at HTI Baserah sector and 67,80% at Pantai Cermin community forest. The difference ofseverity level between these location is probably caused by temperature and humidity. The aim of thisresearch was to find the role of temperature and humidity to foliar damage caused by A. hilaralis.Systematic sampling was used to determined the observation plot. There were 5 plots and every plotcontain 100 trees. Observation was done to foliar severity level and abiotic factor (temperature andhumidity). The results show that the temperature has negative correlation (-0,288**) and humidity haspositive correlation (0,303**) to severity level at HTI Baserah but at HR Pantai Cermin showed thattemperature has positive correlation (0,169**) and humidity has negative correlation (-0,187**). Theregression equation between severity level to temperature and humidity at HTI Baserah sector was Y=4,418 – 0,015X1 + 0,014X2 (R= 0,305) and Y= 4,961 0,029X1 0,004X2 (R= 0,187) at HR PantaiCermin.
Financial Analysis of Beekeeping Practices at Acacia crassicarpa Plantation Forest in Riau Province, Indonesia Pribadi, Avry; Kurniawan, Hery; Junaedi, Ahmad Junaedi; Yunianto, Andhika Silva; Wiratmoko, Michael Daru Enggar; Wahyuningsih, Siti; Novriyanti, Eka; Aswandi; Kholibrina, Cut Rizlani; Roza, Delvia
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 29 No. 2 (2023)
Publisher : Institut Pertanian Bogor (IPB University)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7226/jtfm.29.2.136

Abstract

One environmental service provided by A. crassicarpa plantation is extrafloral nectar which has been widely used for beekeeping since 2019. Nevertheless, nowadays between apiaries practiced unfair competition since there were price fall led by oversupply and low demand after covid pandemic ended. Thus, evaluating the cost structure, profitability, and its feasibility value are critically required. The study's objectives were to 1) evaluate cost structure, revenue and profitability and 2) to conduct a feasibility analysis of each apiary type. This study was conducted from in 2019 to 2022 at the Siak Regency, Riau, Indonesia. Structure interviews combined with desk studies were carried out to collect the data. Data were analyzed based on cost structure, revenue, profitability, and feasibility analysis. All types of apiaries were feasible since they could cover variable and fixed costs. However, it revealed that all types of apiaries experienced minus in profitability in the fourth of financial year. In general, variable cost relatively increased to the level of 50% of total cost in the fourth year. In contrast, fixed cost was relatively declined to less than 50%. Apiaries managed two rits had a better performance in cost structure to face the competitive market followed by apiaries managed three rit. Meanwhile, apiaries managed rit one experienced such a difficult challenge to survive.
Mangrove State Forest and Communities’ Welfare: A Case Study In Sagulung and Sei Beduk Sub-District, Batam,Indonesia wahyuningsih, siti; Andhika Silva Yunianto; Avry Pribadi; Hery Kurniawan; Ahmad Junaedi; Michael Daru Enggar Wiratmoko; Sunardi
Jurnal Archipelago Vol 2 No 02 (2023): Jurnal Archipelago
Publisher : Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69853/ja.v2i02.31

Abstract

Konflik antara masyarakat pesisir di Kecamatan Sagulung dan Bagan, Kota Batam, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan hidup, dan perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait pembalakan liar di hutan bakau negara sudah terjadi bertahun-tahun. Sebaliknya, pemerintah daerah mengembangkan perencanaan kota yang mengalokasikan sebagian kawasan hutan negara untuk beberapa pembangunan. Wawancara semi terstruktur digunakan untuk mengumpulkan informasi dari tokoh masyarakat, pemilik dan pekerja industri arang bakau, LSM dan perwakilan KLHK mengenai pembalakan liar bakau. Masyarakat lokal bersedia menghentikan pembalakan liar dan mencari pekerjaan lain. Namun, masyarakat mengharapkan pemerintah daerah untuk melegalkan industri arang bakau. Sementara itu, LSM tersebut tidak dapat mentolerir penebangan liar di kawasan hutan bakau negara dan berkomitmen untuk menuntut para pembalak liar. Terkait illegal logging, KLHK menampung pengaduan masyarakat mengenai kerusakan hutan dan mengelola konservasi hutan negara. Hutan Lindung Mangrove Matang di Malaysia dan konsesi hutan bakau di Teluk Bintuni dan Kubu Raya, Indonesia, telah mewujudkan hutan bakau lestari dengan menerapkan sistem silvikultur dan peraturan yang tepat dari pihak berwenang. Di sisi lain, budidaya lamun cukup prospektif di Kota Batam. Namun pengumpulan lamun saat ini akan merugikan populasi ikan di masa depan. Kesimpulannya, pengelolaan hutan sangat penting dalam mengembangkan hutan bakau berkelanjutan sebagai penghidupan Masyarakat pesisir.
Peningkatan Kapasitas Masyarakat yang Tinggal di Dalam dan Luar Kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Riau melalui Budidaya Lebah Kelulut Pribadi, Avry; Wiratmoko, Michael Daru Enggar
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 3 (2022): October 2022
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.83 KB) | DOI: 10.31316/jk.v6i3.3933

Abstract

AbstrakBudidaya lebah tidak bersengat merupakan salah satu program pemberdayaan yang dipilih oleh Balai TNBT sejak 2018. Perbedaan karakteristik masyarakat yang berada di dalam dengan luar kawasan menjadi tantangan dalam melakukan kegiatan pemberdayaan ini. Tujuan penelitian ini adalah menginformasikan proses kemajuan dan perkembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang tinggal di dalam dan luar kawasan TNBT melalui budidaya kelulut. Studi dilakukan pada tahun 2019 pada lima dusun yang berada di dalam kawasan dan tiga desa/dusun yang berada di luar kawasan. Kegiatan yang dilakukan adalah (1) pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH), (2) pelatihan budidaya kelulut, (3) pemberian bantuan, (4) pendampingan, dan (5) pemasaran. Indikator yang digunakan adalah produksi madu kelulut, pendapatan, dan kondisi koloni di akhir tahun 2019. Hasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi madu kelulut dan penghasilan pada semester kedua tahun 2019. Meskipun ada permasalahan dalam kegiatan pemberdayaannya, masyarakat yang tinggal di luar kawasan memiliki semangat dan inisiatif yang lebih dibanding masyarakat yang tinggal di dalam kawasan. Akan tetapi, pada parameter kondisi koloni kelulut setelah diberikan bantuan menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di dalam kawasan TNBT memiliki kemampuan lebih baik dalam merawat dan menjaga koloni. Sedangkan masyarakat di luar kawasan cenderung memiliki beberapa dinamika yang berbeda dalam aspek pengembangan budidaya kelulut.Kata Kunci: Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Pemberdayaan Masyarakat, Budidaya Kelulut, Suku Talang Mamak
PENGARUH BEBERAPA TIPE PENGENDALIAN GULMA PADA PERUBAHAN STRUKTUR VEGETASI TUMBUHAN BAWAH DI PERKEBUNAN JABON (Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser.) Pribadi, Avry
Bioma Vol. 19 No. 1 (2023): Bioma
Publisher : LPPM Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/Bioma19(1).2

Abstract

Jabon (Neolamarckia cadamba (Roxb.) Boser.) is commonly planted for many purposes, such as furniture, raw material for industries, and land rehabilitations. Eventhough this tree has no significant pests and diseases, weed control treatments are required. Many weed control treatments are known to affect vegetation structure of weed. Thus, the objective of this study was to examine the effect of weed control treatments to the vegetation structure of weed under Jabon plantation. This study was conducted in Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau Province in 2012. Non Factorial Randomized Group Design with five replications was applied to perform the study. There were four treatments (glyphosate, paraquat, mixture of glyphosate and paraquat, and legume cover crop/LCC) and control. The results revealed that glyphosate and paraquat had the highest value in surpressing the weed growth as much as 34,45% and 31,11% (P>0.05) after one month application. Yet, after three months, LCC was significantly surpressed the number of weed (49,44%) (P<0.05) compared to other treatments. Among all weed species, Blumea sp. was the dominant species after one month of glyphosate and paraquat application. Nevertheless, application of glyphosate-paraquat mixture and LCC resulted Ottochloa nodosa as the dominant species after one month application.
Peningkatan Kapasitas Masyarakat yang Tinggal di Dalam dan Luar Kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Riau melalui Budidaya Lebah Kelulut Pribadi, Avry; Wiratmoko, Michael Daru Enggar
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 3 (2022): October 2022
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v6i3.3933

Abstract

AbstrakBudidaya lebah tidak bersengat merupakan salah satu program pemberdayaan yang dipilih oleh Balai TNBT sejak 2018. Perbedaan karakteristik masyarakat yang berada di dalam dengan luar kawasan menjadi tantangan dalam melakukan kegiatan pemberdayaan ini. Tujuan penelitian ini adalah menginformasikan proses kemajuan dan perkembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang tinggal di dalam dan luar kawasan TNBT melalui budidaya kelulut. Studi dilakukan pada tahun 2019 pada lima dusun yang berada di dalam kawasan dan tiga desa/dusun yang berada di luar kawasan. Kegiatan yang dilakukan adalah (1) pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH), (2) pelatihan budidaya kelulut, (3) pemberian bantuan, (4) pendampingan, dan (5) pemasaran. Indikator yang digunakan adalah produksi madu kelulut, pendapatan, dan kondisi koloni di akhir tahun 2019. Hasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi madu kelulut dan penghasilan pada semester kedua tahun 2019. Meskipun ada permasalahan dalam kegiatan pemberdayaannya, masyarakat yang tinggal di luar kawasan memiliki semangat dan inisiatif yang lebih dibanding masyarakat yang tinggal di dalam kawasan. Akan tetapi, pada parameter kondisi koloni kelulut setelah diberikan bantuan menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di dalam kawasan TNBT memiliki kemampuan lebih baik dalam merawat dan menjaga koloni. Sedangkan masyarakat di luar kawasan cenderung memiliki beberapa dinamika yang berbeda dalam aspek pengembangan budidaya kelulut.Kata Kunci: Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Pemberdayaan Masyarakat, Budidaya Kelulut, Suku Talang Mamak
KARAKTERISTIK MADU LEBAH HUTAN (Apis dorsata Fabr.) DARI BERBAGAI BIOREGION DI RIAU Avry Pribadi; M. Enggar Wiratmoko
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 37 No. 3 (2019): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : BRIN Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2019.37.3.184-196

Abstract

Characteristics of Apis dorsata`s forest honey from bioregions of Riau have not been studied intensively. Thisresearch is aiming to provide characteristic information on honey from bioregions of Riau based on SNI 8664-2018.The study was conducted in September to November 2015. Honey samples were collected from eight districts of sixbioregions in Riau Province, i.e Bengkalis and Selat Panjang (downstream), Kampar (mineral forest), Pelalawan(peat swamp forest), Rokan Hilir (river bank), Siak (Acacia plantation forest), and Kuansing (oil palm and rubberplantation). Samples of each bioregion were analyzed based on SNI 8664-2018 procedures. Results show that wildhoney characteristics were not significantly different among bioregions for almost all parameters in SNI 8664-2018.However, the diastase enzyme parameter in honey taken from Pelalawan was the only parameter that had significantvalue. In addition, the parameter of water content and reducing sugar content were only two parameters that did notmeet the SNI 8664-2018 requirements. Meanwhile, the type and size of pollen could be used for determining the originof honey between Riau bioregions.