Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Pengaruh Tingkat Stres terhadap Kejadian Emotional Eating pada Mahasiswi Kedokteran Tingkat 1 Unisba Siska Firdayanti; Nuzirwan Acang; Sadiah Achmad
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.6914

Abstract

Abstract. Stress is a person's reaction both physically and emotionally that can occur due to negative thoughts or feelings about oneself. Negative emotions can cause a response in the form of emotional eating. Emotional eating is a form of coping strategy to deal with stress and anxiety. Based on this phenomenon, the problems in this study are formulated as follows: (1) What is the description of the stress level of Unisba level one medical students? (2) What is the description of the emotional eating behavior of Unisba first year medical faculty students? (3) Is there a relationship between stress and emotional eating behavior in first year students at Unisba? Researchers used the method of observational analysis with a cross sectional approach. The population selected in this study were first-level medical students at Unisba, totaling 172 female students. With the sampling technique, namely simple random sampling, the number of research samples was obtained as many as 90 female students. Data collection techniques used in this study were questionnaires. The data collection technique used in this study was a questionnaire. The data analysis technique was carried out using univariate and bivariate methods with the Chi-Square test. The results of this study are: There is no relationship between stress and emotional eating in level 1 female students at Unisba. Abstrak. Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional yang dapat terjadi karena pikiran atau perasaan negatif tentang diri sendiri. Emosi negatif dapat menimbulkan respon berupa emotional eating. Emotional eating merupakan bentuk coping strategy untuk mengatasi stres dan kecemasan. Berdasarkan fenomena tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana gambaran tingkat stres mahasiswi fakultas kedokteran tingkat satu Unisba? (2) Bagaimana gambaran perilaku emotional eating mahasiswi fakultas kedokteran tingkat satu Unisba? (3) Apakah terdapat hubungan antara stres dan perilaku emotional eating pada mahasiswi tingkat satu Unisba?. Peneliti menggunakan metode analisis observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswi fakultas kedokteran tingkat satu Unisba yang berjumlah 172 mahasiswi. Dengan teknik pengambilan sample yaitu simple random sampling diperoleh jumlah sampel penelitian sebanyak 90 mahasiswi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Adapun teknik analisis data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil dari penelitian ini adalah: Tidak terdapat hubungan antara stres dengan emotional eating pada mahasiswi tingkat 1 Unisba.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Kejadian Overweight Muhammad Rizki Maulana; Nuzirwan Acang; Mia Yasmina
Jurnal Riset Kedokteran Volume 3, No.1, Juli 2023, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrk.vi.2298

Abstract

Abstract. Nutritional problems are one of the unresolved problems in Indonesia, one of which is excess nutrition which can cause overweight which is often found. Based on research on basic health data in 2013, there has been an increase in the prevalence of overweight since 2010 finding 1.4% until 2013 to 7.3%. Nutritional knowledge of a person or individual is an important factor in a person's nutritional status. This research is an analytic observational study with a cross sectional design method. The research sample was taken using a probability sampling technique with a simple random sampling type, amounting to 228 respondents and the respondents were selected using a lottery method so that there were 95 respondents. The research data was taken from primary data resulting from filling out the Google form which contained a General nutritional knowledge questionnaire with a total of 13 questions and data on height and weight that had been measured for first year students in a place, namely in the UNISBA Faculty of Medicine Building. The results obtained based on the data obtained using the chi-square test obtained a value of p = 0.075 (p> 0.05), which means there is no relationship between the level of knowledge about balanced nutrition and the incidence of overweight in UNISBA Medical Faculty students. In conclusion, there is no relationship between the level of knowledge of balanced nutrition and the incidence of overweight in FK UNISBA level one students. Abstrak. Permasalahan gizi merupakan salah satu masalah yang belum selesai di Indonesia, salah satunya adalah kelebihan gizi yang dapat menimbulkan overweight yang banyak dijumpai. Berdasarkan riset data kesehatan dasar 2013, terjadi peningkatan pada prevalensi overweight sejak 2010 mendapati 1,4% hingga tahun 2013 menjadi sebesar 7,3%. Pengetahuan gizi pada seseorang atau individu merupakan salah satu faktor penting dalam status gizi seseorang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode desain cross sectional. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik probability sampling dengan jenis simple random sampling yang berjumlah 228 responden dan dilakukan pemilihan responden menggunakan metode undian sehingga terdapat 95 responden. Data penelitian diambil dari data primer hasil dari pengisian google form yang berisikan General nutritional knowledge questionnaire dengan jumlah 13 pertanyaan dan data dari tinggi badan serta berat badan yang sudah diukur kepada mahasiswa tingkat satu di tempat, yaitu di Gedung Fakultas Kedokteran UNISBA. Hasil penelitian yang didapatkan berdasarkan data yang didapat dengan menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p= 0.075 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang dengan kejadian overweight pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UNISBA. Simpulan, tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan gizi seimbang dan kejadian overweight pada mahasiswa FK UNISBA tingkat satu.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Kejadian Overweight Muhammad Rizki Maulana; Nuzirwan Acang; Mia Yasmina
Jurnal Riset Kedokteran Volume 3, No.1, Juli 2023, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrk.vi.2298

Abstract

Abstract. Nutritional problems are one of the unresolved problems in Indonesia, one of which is excess nutrition which can cause overweight which is often found. Based on research on basic health data in 2013, there has been an increase in the prevalence of overweight since 2010 finding 1.4% until 2013 to 7.3%. Nutritional knowledge of a person or individual is an important factor in a person's nutritional status. This research is an analytic observational study with a cross sectional design method. The research sample was taken using a probability sampling technique with a simple random sampling type, amounting to 228 respondents and the respondents were selected using a lottery method so that there were 95 respondents. The research data was taken from primary data resulting from filling out the Google form which contained a General nutritional knowledge questionnaire with a total of 13 questions and data on height and weight that had been measured for first year students in a place, namely in the UNISBA Faculty of Medicine Building. The results obtained based on the data obtained using the chi-square test obtained a value of p = 0.075 (p> 0.05), which means there is no relationship between the level of knowledge about balanced nutrition and the incidence of overweight in UNISBA Medical Faculty students. In conclusion, there is no relationship between the level of knowledge of balanced nutrition and the incidence of overweight in FK UNISBA level one students. Abstrak. Permasalahan gizi merupakan salah satu masalah yang belum selesai di Indonesia, salah satunya adalah kelebihan gizi yang dapat menimbulkan overweight yang banyak dijumpai. Berdasarkan riset data kesehatan dasar 2013, terjadi peningkatan pada prevalensi overweight sejak 2010 mendapati 1,4% hingga tahun 2013 menjadi sebesar 7,3%. Pengetahuan gizi pada seseorang atau individu merupakan salah satu faktor penting dalam status gizi seseorang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode desain cross sectional. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik probability sampling dengan jenis simple random sampling yang berjumlah 228 responden dan dilakukan pemilihan responden menggunakan metode undian sehingga terdapat 95 responden. Data penelitian diambil dari data primer hasil dari pengisian google form yang berisikan General nutritional knowledge questionnaire dengan jumlah 13 pertanyaan dan data dari tinggi badan serta berat badan yang sudah diukur kepada mahasiswa tingkat satu di tempat, yaitu di Gedung Fakultas Kedokteran UNISBA. Hasil penelitian yang didapatkan berdasarkan data yang didapat dengan menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p= 0.075 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang dengan kejadian overweight pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UNISBA. Simpulan, tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan gizi seimbang dan kejadian overweight pada mahasiswa FK UNISBA tingkat satu.
Clinicopathological Characteristics of Breast Cancer at Cibabat Regional General Hospital in 2022–2023 Rachmawati, Meike; Acang, Nuzirwan; Purbaningsih, Wida; Robian, Rian; Nugraha, Adhi; Melati, Rina; Aryanti, Aryanti; Anugrah, Aninditya Putri; Laila, Nazmy Noor
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/gmhc.v12i1.13462

Abstract

Breast cancer is the most common malignancy found in women throughout the world and is the fifth leading cause of cancer death in the world. Cibabat Regional General Hospital is one of the places for breast cancer examination and treatment in West Java. This study aims to determine the clinical and histopathological features at Cibabat Regional General Hospital. The method used in this research is descriptive-analytic with a total sampling technique using secondary data obtained from the medical records of Cibabat Regional General Hospital patients from 2022 to June 2023. The results show that most cases of breast cancer at Cibabat Regional General Hospital occur in those aged 45–54 (32.3%), left breast (52.1%), grade 3 (44.8%), histopathological type invasive carcinoma of no special type (75%), lymph node status unknown (88.5%), negative lymphovascular invasion (43.7%), and fat invasion status unknown (68.7%). The conclusion is that breast cancer cases at Cibabat Regional General Hospital mainly occur in patients of productive age with a high grade and predominantly in the left breast, with the most common type being invasive carcinoma of no particular type.
Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Risiko Terjadinya Obstructive Sleep Apnea (OSA) Rizky Agung Maulana; Nuzirwan Acang; Widhy Yudistira
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10726

Abstract

Abstract. Obstructive sleep apnea (OSA) is an increasingly common breathing disorder during sleep. Other common symptoms include excessive daytime sleepiness, fatigue, decreased sleep quality, nocturia, morning headaches, irritability, and memory loss. One of the risk factors for OSA is obesity, with a body mass index (BMI) of more than 25 kg/m2. Increased fat deposits in the throat area or visceral obesity can be one of the causes of narrowing of the upper airway. Medical faculty students have demanding schedules that result in their busy physical activities decreasing, and poor diet can cause weight gain in students, especially in the first academic year. This research uses an analytical, quantitative observational design with a survey research analysis design. In this research, two data were used, namely univariate and bivariate analysis. The high risk of OSA, in this study, only occurred in the group of subjects with a fat and obese BMI. The obese BMI group had a high risk of OSA, namely 4 people (57.1%), while the obese BMI group was 7 people (26.9%). The P value in this study is 0.0001. This value means that there is a significant relationship between body mass index and the risk of obstructive sleep apnea. Further research needs to be carried out regarding the relationship between OSA risk factors and the incidence of OSA in students involving age, gender, smoking behavior, sleep quality, BMI, abdominal circumference and neck circumference using a larger number of respondents and different research methods. Abstrak. Obstructive sleep apnea (OSA) salah satu gangguan pernapasan pada saat kondisi tidur yang semakin umum. Gejala umum lain seperti merasakan kantuk berlebihan di siang hari, kelelahan, kualitas tidur yang menurun, nokturia, sakit kepala di pagi hari, mudah marah, dan mudah lupa ingatan. Salah satu faktor risiko OSA adalah obesitas, dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25 kg/m2. Peningkatan timbunan lemak di daerah tenggorokan atau obesitas visceral bisa menjadi salah satu penyebab penyempitan saluran napas bagian atas. Mahasiswa fakultas kedokteran memiliki tuntutan jadwal yang sibuk akibatnya aktifitas fisik mereka berkurang, dan pola makan yang buruk dapat menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan pada mahasiwa, khususnya pada tahun akademik pertama. Penelitian ini menggunakan rancangan observational analitik, kuantitatif dengan desain penelitian survey Pada penelitian ini dilakukan dua analisis data yaitu analisis univariat dan bivariat. Risiko tinggi OSA, pada penelitian ini hanya terjadi pada kelompok subjek dengan IMT gemuk dan obesitas. Kelompok IMT obesitas memiliki jumlah risiko OSA yang tinggi, yaitu sebanyak 4 orang (57,1%), sedangkan IMT gemuk sebanyak 7 orang (26,9%). Nilai P pada penelitian ini, yaitu 0,0001. Nilai tersebut memiliki arti bahwa terdapat hubungan signifikan antara indeks masa tubuh dan risiko terjadinya obstructive sleep apnea. perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan faktor risiko OSA dengan kejadian OSA pada mahasiswa dengan melibatkan faktor usia, jenis kelamin, perilaku merokok, kualitas tidur, IMT, lingkar perut, dan lingkar leher menggunakan responden yang lebih besar dan metode penelitian yang berbeda.
Hubungan Jenis Kelamin pada Pasien Hiperurisemia yang Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Cihaurbeuti Tahun 2022 Karina Patricia Putri Kuswandi; Nuzirwan Acang; Widhy Yudistira Nalapraya
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10905

Abstract

Abstract. Excess uric acid, or hyperuricemia, can increase the risk of gout and cardiovascular disease. Clinically, hyperuricemia contributes to the development of gouty arthritis, gouty nephropathy, and kidney stone formation, especially when accompanied by comorbidities such as chronic kidney disease, cardiovascular disease, and type 2 diabetes. In particular, sex is closely related to hyperuricemia in women. This is due to the high levels of estrogen in women, which reduce excess uric acid and increase its excretion from the kidneys, thereby reducing the risk of hyperuricemia. The purpose of this study was to determine the relationship between sex and hyperuricemia patients suffering from type 2 diabetes patients at the Cihaurbeuti Health Center in 2022. His research method used observational analytics and his research design was cross sectional and Fisher exact data analysis.The number of samples was 312 obtained from the medical records of the Cihaurbeuti Health Center. The results of this study show that the sex of hyperuricemia patients who have Type 2 diabetes mellitus at the Cihaurbeuti Health Center in 2022 is the majority of women (66%) and those with hyperuricemia 79.5%, (95% CI lower 16.3-25, upper 75-83.7). The conclusion of this study if you look at the results of the fisher exact test obtained a p value of 0.237(P>α=0.05), which means that there is no significant relationship between sex in hyperuricemia patients suffering from type 2 diabetes patients at the Cihaurbeuti Health Center in 2022. Abstrak. Asam urat yang berlebih, atau hiperurisemia, dapat meningkatkan risiko asam urat dan penyakit kardiovaskular. Secara klinis, hiperurisemia berkontribusi terhadap perkembangan artritis gout, nefropati gout, dan pembentukan batu ginjal, terutama bila disertai penyakit penyerta seperti penyakit ginjal kronis, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe 2. Secara khusus, jenis kelamin berkaitan erat dengan hiperurisemia pada wanita. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar estrogen pada wanita, yang mengurangi kelebihan asam urat dan meningkatkan ekskresinya dari ginjal, sehingga mengurangi risiko hiperurisemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan pada pasien hiperurisemia yang menderita pasien diabetes tipe 2 di Puskesmas Cihaurbeuti tahun 2022. Metode penelitiannya menggunakan observasional analitik dan desain penelitiannya cross sectional dan analisis data Fisher exact. Jumlah sampel 312 yang diperoleh dari rekam medis Puskesmas Cihaurbeuti. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis kelamin pada pasien hiperurisemia yang mengalami diabetes melitus Tipe 2 di Puskesmas Cihaurbeuti Tahun 2022 mayoritas adalah perempuan (66%) dan yang mengalami hiperurisemia 79.5%, (95% CI lower 16.3-25, upper 75-83.7). Kesimpulan penelitian ini jika melihat hasil uji fisher exact diperoleh Nilai p sebesar 0,237(P>α=0,05), yang berarti tidak adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin pada pasien hiperurisemia yang menderita pasien diabetes tipe 2 di Puskesmas Cihaurbeuti tahun 2022.
Pengaruh Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol terhadap Komplikasi Nefropati Diabetik Nunik Purnamasari; Nuzirwan Acang; Harvi Puspa Wardani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11035

Abstract

Abstract. Type 2 diabetes is a metabolic disorder characterized by an increase in blood sugar due to decreased insulin secretion by pancreatic beta cells. The International Diabetes Federation (IDF) states that in 2021, 537 million people in the world have diabetes. West Java is ranked first with 186,809 people. Type 2 diabetes mellitus is divided into two groups, namely controlled and uncontrolled type 2 diabetes. Type 2 diabetes that is not well controlled can cause various complications, one of which is diabetic nephropathy. This study aims to determine the effect of uncontrolled type 2 diabetes mellitus on diabetic nephropathy complications. This study used a retrospective cohort method and was analyzed using the chi square test. The results of this study indicate that there is a significant relationship between the incidence of diabetic nephropathy and uncontrolled type 2 diabetes mellitus at Al-Ihsan Bandung Hospital. The more uncontrolled blood sugar of type 2 diabetes mellitus patients can increase the risk of diabetic nephropathy. Abstrak. Diabetes tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan tahun 2021 terdiri 537 juta orang didunia mengalami diabetes. Jawa Barat berada diperingkat pertama yaitu 186.809 orang. Diabetes melitus tipe 2 terbagi menjadi dua kelompok yaitu diabetes tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol. Diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi salah satunya nefropati diabetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol terhadap komplikasi nefropati diabetik. penelitian ini menggunakan metode cohort retrospective dan dianalisis dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian nefropati diabetik dengan diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol di RSUD Al-Ihsan Bandung. Semakin tidak terkontrolnya gula darah pasien diabetes melitus tipe 2 dapat meningkatkan resiko nefropati diabetik.
Tingkat Pengetahuan Penggunaan Tabir Surya terhadap Dampak Paparan Sinar Ultraviolet pada Kulit Wajah Mahasiswa Tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2021/2022 Ratu Carissa Tantaramesta; Nuzirwan Acang
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11119

Abstract

Abstract. Sunscreen is the primary choice for protecting against ultraviolet radiation, and proper understanding helps reduce its adverse effects on the skin. The objective of this research is to evaluate the knowledge of sunscreen use concerning the effects of exposure to ultraviolet rays on facial skin. This study employs a categorical descriptive method conducted on third-year students at the Faculty of Medicine, Unisba, during the academic year 2021/2022. Data were obtained through questionnaires directly filled out by respondents. The research results indicate that 39 individuals (78%) have good knowledge, while 11 individuals (22%) have poor knowledge. Respondents with good knowledge and positive effects of ultraviolet exposure on facial skin are 36 individuals (72%), while those with good knowledge but negative effects on facial skin are 3 individuals (6%). Meanwhile, respondents with poor knowledge but positive effects on facial skin are 10 individuals (20%), and 1 person (2%) has both poor knowledge and negative effects of ultraviolet exposure. Abstrak. Tabir surya merupakan produk komersial yang memiliki angka filtrasi terhadap sinar Ultraviolet (UV). Radiasi Ultraviolet diklasifikasikan berdasarkan panjang gelombangnya menjadi UVA, UVB, dan UVC yang akan menyebabkan keadaan patologi pada kulit. Ketika kulit terpapar radiasi UV terus-menerus akan menyebabkan terjadinya atrofi, perubahan pigmen, kerutan dan keganasan pada kulit. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan penggunaan tabir surya terhadap dampak paparan sinar ultraviolet pada kulit wajah mahasiswa tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2021/2022. Metode penelitian kualitatif menggunakan rancangan penelitian deskriptif kategorik. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba tingkat 3 tahun akademik 2021/2022 berumlah 50 orang variabel bebas tingkat pengetahuan penggunaan tabir suya dan variabel terikatnya dampak paparan sinar ultraviolet. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 39 orang (78%) dan sebanyak 11 orang (22%) memiliki pengetahuan buruk. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan dampak paparan sinar ultraviolet baik sebanyak 36 orang (72%%), sedangkan yang memiliki pengetahuan baik tetapi dampak paparan sinar ultraviolet buruk sebanyak 3 orang (6%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan buruk tetapi dampak paparan sinar ultraviolet baik sebanyak 10 orang (20%) dan 1 orang (2%) yang memiliki tingkat pengetahuan dan dampak paparan sinar ultravioletnya buruk.
Gambaran Lesi Kanker Paru-paru Tikus Akibat Paparan Subkronis Pewarna Golongan Azo Zidan Zuhdi; Nuzirwan Acang; Meike Rachmawati
Jurnal Riset Kedokteran Volume 5, No.1, Juli 2025, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrk.v5i1.6487

Abstract

Abstract. Bandung Regency has many large-scale textile industries. One part of the production process is coloring. About 60% of the entire dyeing process uses azo group dyes with an estimated usage of around 300,000 tons and is expected to increase. Azo dyes can cause a variety of health problems in different organs, one of them being the lungs. The purpose of this study was to determine the histopathological picture of lung cancer lesion in rats due to azo dye subchronic toxicity. This experimental study used four-week-old male wistar strain rats as subjects. There was a total of 28 rats that were divided into four groups, namely control, group P1 (dose of 190 mg/kgBB), group P2 (dose of 375 mg/kgBB), and group 3 (dose of 750 mg/kgBB). Congo red azo dye was mixed with rat food and was given for 13 weeks. Analysis was performed using the Kruskal-Wallis test. The results of this study were that no cancerous lesion found on all group. These results indicate that subchronic exposure to azo dyes is not sufficient to cause cancerous lesion in rat lungs. Abstrak. Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki industri tekstil berskala besar. Salah satu bagian dari proses produksi dalam industri tekstil adalah pewarnaan. Sekitar 60% dari seluruh proses pewarnaan menggunakan pewarna golongan azo dengan perkiraan penggunaan sekitar 300.000 ton dan diperkirakan semakin meningkat. Zat pewarna azo merupakan bahan kimia yang dapat menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan di berbagai organ, salah satunya paru-paru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologis lesi kanker pada paru-paru tikus akibat paparan subkronis zat pewarna azo. Penelitian eksperimental ini menggunakan subjek tikus galur wistar berjenis kelamin jantan yang berumur empat minggu. Jumlah sampel tikus yang diuji coba sebanyak 28 tikus yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kontrol, kelompok P1 (dosis 190 mg/kgBB), kelompok P2 (dosis 375 mg/kgBB), dan kelompok 3 (dosis 750 mg/kgBB). Zat pewarna azo congo red dicampurkan dengan makanan tikus dan makanan yang sudah tercampur diberikan selama 13 minggu. Analisis dilakukan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa tidak adanya lesi kanker pada paru-paru tikus di semua kelompok perlakuan. Hasil ini menunjukkan bahwa paparan subkronis zat pewarna azo belum memunculkan lesi keganasan pada paru-paru tikus.