Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan hasil pelatihan pengembangan e-modul menulis teks berita bagi guru SMP se-Kota Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah participatory action research (PAR) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, angket pre-test dan post-test, serta wawancara semi-terstruktur. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan mengacu pada model Miles, Huberman, dan Saldana. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada kemampuan guru setelah mengikuti pelatihan. Skor rata-rata pemahaman struktur berita meningkat dari 55% menjadi 82%, penguasaan kaidah bahasa dari 50% menjadi 78%, kemampuan menulis teks berita dari 48% menjadi 80%, dan penguasaan teknologi e-modul dari 45% menjadi 85%. Peningkatan tersebut membuktikan efektivitas pelatihan berbasis praktik dalam meningkatkan keterampilan pedagogis maupun teknologis guru. Namun, peningkatan aspek kaidah kebahasaan relatif lebih rendah dibandingkan aspek lainnya, sehingga memerlukan tindak lanjut dalam pelatihan lanjutan. This study aims to describe the implementation and results of training on developing an e-module for writing news texts for junior high school teachers in Bandar Lampung City. The research method used was participatory action research (PAR) with a descriptive qualitative approach. Data were collected through participant observation, pre- and post-test questionnaires, and semi-structured interviews. Data analysis was conducted using descriptive qualitative methods, referring to the Miles, Huberman, and Saldana model. The results showed a significant improvement in teacher skills after the training. The average score for understanding news structure increased from 55% to 82%, mastery of language rules from 50% to 78%, news text writing ability from 48% to 80%, and mastery of e-module technology from 45% to 85%. These improvements demonstrate the effectiveness of practice-based training in improving teachers' pedagogical and technological skills. However, improvement in linguistic rules was relatively low compared to other aspects, requiring follow-up training.