Ahmat Keke
Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENGETAHUAN MASYARAKAT BUNGKU TENTANG TANAMAN OBAT DI DESA KOLONO KECAMATAN BUNGKU TIMUR KABUPATEN MOROWALI SULAWESI TENGAH Hasmiati Hasmiati; Abdul Alim; Ahmat Keke
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 4 No 1 (2020): Volume 4, Nomor 1, Januari - Juni 2020
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.387 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v4i1.926

Abstract

Pengetahuan masyarakat Bungku tentang tanaman obat ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengetahuan masyarakat Bungku di Desa Kolono Kecamatan Bungku Timur Kabupaten Morowali dalam memanfaatkan tanaman sebagai bahan baku untuk ramuan obat tradisional, kemudian untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pewarisan pengetahuan masyarakat Bungku. Penelitian ini menggunakan teori kognitif dari Goodenough. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif berupa deskripsi mendalam, dengan pengumpulan data menggunakan teknik pengamatan terlibat (participation observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat Bungku tentang tanaman obat masih dipertahankan sampai saat ini. Pengetahuan masyarakat Bungku adalah terdapat 25 jenis tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Bungku di Desa Kolono sebagai obat tradisional. Dari 25 jenis tanaman obat tersebut mengobati berbagai penyakit. Pengetahuan tersebut diwariskan turun-temurun secara lisan kelisan melalui keluarga dan lingkungan (tetangga) pewarisan ini dilakukan melalui proses berguru. Selain itu dalam pengobatan dan pengambilan tanaman obat masyarakat Bungku menggunakan mantra/doa, dan terdapat perhitungan hari baik ketika akan mengambil obat.
PENYEMBUHAN PENYAKIT MELALUI RUQYAH SYAR’IYYAH Sartika Sry Asriana; La Janu; Ahmat keke
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 4 No 2 (2020): Volume 4, Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.188 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v4i2.955

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penyembuhan penyakit pada pasien melalui ruqyah syar’iyyah dan untuk mengetahui alasan pasien memilih penyembuhan melalui ruqyah syar’iyyah di Kelurahan Watonea. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling. Penelitian ini menggunakan teori etiologi penyakit personalistik (Foster & Anderson, 1996) didampingi dengan teori pengambilan keputusan (James A.F Stoner). Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif serta metode etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : pertama, dalam proses penyembuhan penyakit melalui ruqyah syar’iyyah terbagi atas 6 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pembaringan, tahap dibacakan doa atau ayat, tahap pengIslaman atau penyembelihan jin, tahap duduk, dan yang terakhir tahap penyelesaian. Dan kedua, alasan yang didapatkan dari 9 pasien yaitu rata-rata mereka memilih ruqyah syar’iyyah disebabkan beberapa faktor yaitu, pertama, pasien capek dan putus asa dalam melakukan pengobatan medis. Kedua, tidak mau mengkonsumsi obat-obatan medis atau ramuan. Ketiga, capek dalam berobat ke alternatif lain atau berdukun. Dan keempat, memiliki pengalaman tidak mengenakkan.
MAKNA UKIRAN BOLA-BOLA PETI MATI PADA MASYARAKAT TORAJA DI DESA TO’BANGA KABUPATEN TORAJA Mariana Ruru Sirindeng; Ahmat keke
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 1 (2021): Volume 5 Nomor 1, Januari - Juni 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.122 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1110

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dari ukiran bola-bola peti mati pada masyarakat Toraja di Desa To’banga Kabupaten Toraja Utara. Penelitian ini menggunakan Teori Interpretatif Simbolik (Cliford Geertz). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian lapangan. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : Pengamatan (observation) dan wawancara (interview). Untuk menjawab permasalahan dilakukan analisis data, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kulaitatif. Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data sampai akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa To’banga masih menggunakan bola-bola dalam proses upacara rambu solo’. Bola-bola dalam upacara rambu solo’ adalah salah satu hal yang penting karena penggunaan bola-bola memperlihatkan strata sosial yang ada pada masyarakat Toraja di Desa To’banga Kabupaten Toraja Utara.
PEMBERLAKUAN KALKULATOR PAJAK PADA TUJUH RUMAH MAKAN DI KOTA KENDARI Trisno Trisno; Ahmat Keke; La Manguntara
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 6 No 1 (2022): Volume 6 Nomor 1, Juni 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i1.1440

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pendapat pemilik rumah makan atas diberlakukannya kalkulator pajak oleh pemerintah Kota Kendari kepada pelanggan dan pendapat pelanggan atas diberlakukannya pajak. Menggunakan metode etnografi dengan pengumpulan data pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori kekuasaan simbolik oleh Bourdieu (1987). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa latar belakang pemberlakuan pajak sebesar 10% kepada pelanggan di beberapa rumah makan di Kota Kendari adalah bersumber pada undang-undang No. 28/2009 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dari tujuh pemilik rumah makan yang dijadikan informan, lima diantaranya setuju dengan alasan bisa menambah pemasukan asli daerah, sekalipun pemberlakuan pajak tersebut berdampak pada berkurangnya pelanggan, sementara dua informan merasa keberatan karena harus menyampaikan kepada pelanggan, namun aturan tersebut harus ditaati agar tidak mendapat teguran dari petugas. Sedangkan pendapat pengunjung pada tujuh rumah makan di Kota Kendari, ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju dengan alasan memberatkan, namun karena itu sudah menjadi keputusan pemerintah sehingga harus ditaati.
TARIAN PADHOGE DALAM RITUAL ADAT NGKADHE DI DESA BIWINAPADA Mahmudin Mahmudin; Ahmat Keke
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol. 6 No. 2 (2022): Volume 6 Nomor 2, Desember 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna simbolik dan fungsi tarian padhoge dalam ritual adat ngkadhe di Desa Biwinapada. Teori yang digunakan mengacu pada teori fungsional yang dikemukakan oleh Radcliffe-Brown, yang menggambarkan tentang kesatuan fungsional dari suatu sistem sosial merupakan suatu hipotesis terentu, atau antagonisme antara kelompok dalam masyarakat merupakan suaru corak penting dari tiap sistem sosial. Penulis menggunakan metode deskriptif Kualitatif dengan melakukan beberapa tahapan yakni, observasi, wawancara biasa, wawancara mendalam, dan pengamatan terlibat yang kemudian data yang di peroleh di analisis dengan menggunakan metode Etnografi. Adapun hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Prosesi ritual adat ngkadhe diawali dengan perencanaan oleh keluarga yang akan memingit anak gadis mereka. Upacara adat dibuka oleh parabola (ketua adat). Sementara yrang mengantarkan para gadis kedalam ka’ombo disebut bhisa. Gadis akan di ombo selama 4 hari 4 malam. Pemain musik pengiring upacara adat pingitan disebut pande rambi. Pande rambi hanya datang untuk memainkan musik pada upacara pembuka, dipagi hari pada hari ketiga dan di hari ke empat yakni hari berakhirnya ritual adat ngkadhe. Selama dalam ka’ombo para gadis akan menggunakan bedak dingin dan harus mengikuti aturan-aturan selama mengikuti prosesi upacara adat. Dihari ketiga, para gadis kaombo akan menggunakan patirangga dan diajarkan menari tari padhoge.
EFEKTIVITAS TRADISI KOWEA TABAKO PADA MASYARAKAT WAWONII DI DESA RAWA INDAH KECAMATAN WAWONII TENGAH KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN Resna Wati; Ahmat Keke; Hidayah Rahman
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol. 7 No. 1 (2023): Volume 7, Nomor 1, Juni 2023
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kowea Tabako undangan lisan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Wawonii yang dalam pelaksaannya mengunakan media rokok. Kowea Tabako diartikan masyarakat Wawonii sebagai bentuk penghargaan kepada kerabat yang akan diundang.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan tradisi Kowea Tabako, efektivitas Kowea Tabako pada masyarakat Wawonii Di Desa Rawa Indah, Kecamatan Wawonii Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan dan wawancara mendalam. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. penelitian ini menunjukan bahwa Kowea Tabako sudah ada saat zaman Dingge (Kerajaan). Kowea Tabako pada Masyrakat Wawonii memiliki proses unik, dalam pelaksanaannya mengunakan benda seperti rokok, korek api yang diletakan dipiring dan dibungkus oleh saputangan yang dibawa pengundang untuk disuguhkan kepada keluarga yang akan diundang. Undangan lisan memakai rokok(tabako)sebagai simbol penghargaan, korek api (tingku) sebagai simbol keberkahan, dipiring (kolungku) sebagai simbol adat kecil dan saputangan berwarna putih sebagai simbol kesucian, Evektifnya Kowea Tabako pada masyarakat Wawonii karena keunikan dalam pelaksanaan dan juga sebagai undangan adat sehingga kerabat yang diundang merasa berat hati jika tidak menghadiri acara tersebut. Kowea Tabako berfungsi memberitahukan sekaligus mengundang keluarga untuk menghadiri suatu acara. Kowea Tabako memiliki makna sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan dalam mengundang kelurga, dan yang diberi amanah untuk membawa Kowea Tabako adalah seorang pria.
KOMODIFIKASI HODEA PADA ORANG KABAENA Ilhan Ilhan; Ahmat Keke
JURNAL KABANTI: Kerabat Antropologi Vol 5 No 2 (2021): Volume 5, Nomor 2, Desember 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v5i2.1275

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana terjadinya Komodifikasi mahar perkawinan pada masyarakat Kabaena Timur Kelurahan Lambale, pada tulisan ini pula mendeskripsikan adat perkawinan masyarakat Kabaena Timur Kelurahan Lambale yang telah mengalami Komodifikasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komodifikasi yang di kemukakan oleh Irwan Abdullah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif Kualitatif dengan melakukan beberapa tahapan yakni Observasi, wawancara, dokumentasi, dan pengamatan terlibat yang kemudian data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan metode etnografi. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa Komodifikasi telah terjadi pada adat mahar masyarakat Kabaena Timur Kelurahan Lambale karena tokoh-tokoh yang hadir pada pelaksanaan upacara perkawinan mendapatkan manfaat secara material. Manfaat dan keuntungan yang didapatkan melalui proses Komodifikasi mahar ini berupa sejumlah uang yang didapatkan oleh tokoh adat dan masyarakat yang hadir pada upacara perkawinan tersebut.
PEMBERLAKUAN KALKULATOR PAJAK PADA TUJUH RUMAH MAKAN DI KOTA KENDARI Trisno Trisno; Ahmat Keke; La Manguntara
JURNAL KABANTI: Kerabat Antropologi Vol 6 No 1 (2022): Volume 6, Nomor 1, Juni 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i1.1440

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pendapat pemilik rumah makan atas diberlakukannya kalkulator pajak oleh pemerintah Kota Kendari kepada pelanggan dan pendapat pelanggan atas diberlakukannya pajak. Menggunakan metode etnografi dengan pengumpulan data pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori kekuasaan simbolik oleh Bourdieu (1987). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa latar belakang pemberlakuan pajak sebesar 10% kepada pelanggan di beberapa rumah makan di Kota Kendari adalah bersumber pada undang-undang No. 28/2009 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dari tujuh pemilik rumah makan yang dijadikan informan, lima diantaranya setuju dengan alasan bisa menambah pemasukan asli daerah, sekalipun pemberlakuan pajak tersebut berdampak pada berkurangnya pelanggan, sementara dua informan merasa keberatan karena harus menyampaikan kepada pelanggan, namun aturan tersebut harus ditaati agar tidak mendapat teguran dari petugas. Sedangkan pendapat pengunjung pada tujuh rumah makan di Kota Kendari, ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju dengan alasan memberatkan, namun karena itu sudah menjadi keputusan pemerintah sehingga harus ditaati.
Tarian Padhoge dalam Ritual Adat Ngkadhe di Desa Biwinapada Mahmudin Mahmudin; Ahmat Keke
JURNAL KABANTI: Kerabat Antropologi Vol 6 No 2 (2022): Volume 6, Nomor 2, Desember 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i2.1640

Abstract

This study aims to determine the symbolic meaning and function of the Padhoge dance in the traditional Ngkadhe ritual in the village of Biwinapada. The theory used refers to the functional theory proposed by Radcliffe-Brown, which describes the functional unity of a social system as a certain assumption, where antagonism between groups in society is an important feature of every social system. The author uses a qualitative descriptive method by carrying out several stages, namely, observation, regular interviews, in-depth interviews and involved observations, the data obtained from which is then analyzed using the ethnographic method. As for the results of the study, it can be concluded that the traditional procession of the ngkadhe ceremony begins with planning by the families who will isolate their daughters. The traditional ceremony was opened by a parable (traditional chief). During this time, those who lead the girls in the ka'ombo are called bhisa. The girls will be in ombo for 4 days 4 nights. The music player that accompanies the isolation ceremony is called pande rambi. Pande rambi only came to play music at the opening ceremony on the morning of the third day and on the fourth day when the traditional ngkadhe ceremony ended. In ka'ombo, the girls will use cold powder and must follow the rules during the procession of the traditional ceremony. On the third day, the kaombo girls will use the patirangga and learn to dance the Padhoge dance.