Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PENGARUH LAMA FERMENTASI DENGAN Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KANDUNGAN ASAM AMINO DAN KECERNAAN ENERGI TEPUNG BIJI ASAM SANGRAI SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN INDUK BABI BUNTING Erlinda Rambu Enga Rambu Enga; Sabarta Sembiring; I Made Suaba Aryanta
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 2 No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v2i1.717

Abstract

The study was carried out in 2 steps: Step I: fermentation of dried frying tamarind seeds meal (TSM) ) roasted and analysis of amino acid: and feeding trial for feeds intake and energy digestibility measurement (period ( II ). Completely randomized design of 5 treatments with 3 replicates procedures were applied in the step I.The 5 treatments applied were: R0: dried frying DTSM; R1: Moistening DTSM with 30mldistilled water: 50g TSM) and incubated for 12 hours; R2: Fermenting DTSM with Saccharomyces cerevisiae solution/scs(30mlscs0.3% Saccharomyces cerevisiae:50g TSM) and incubated for 12 hours; R3: Moistening DTSM with 30 ml distilled water:50g TSM) and incubated for 24 hours; and R4: Fermenting DTSM with Saccharomyces cerevisiae solution/scs (30mlscs0.3% Saccharomyces cerevisiae: 50g TSM) and incubated for 24 hours. Block design of 4 treatments with 3 replicates procedures were applied in the step II. There were12 sows of 1.5-2years of age with 137 – 170kg (CV = 12,22%) initial body weight.The 4 treatments offered were: R0: basal feed(formulated of 48% corn meal+ pollard 42% + concentratedt feed Hi grow KB3CP152 10%); R1: basal feed + 5% fermented DTSM; R2: basal feed + 7.5% DTSM; R3: basal feed + 10% DTSM. Descriptive analysis shows that R2 is the best treatment resulting the highest total amino acids 14.04%, essential 3.71% and non-essential amino acids 7.22%.The effect of supplementation fermented TSM up to 10% in the basal diet was not significant (p>0,05) on energy digestibility of the sows.The Conclusions can be defined is the process of roasting and fermentation conducted phase I descriptively on acid content amino acid from wheat seeds roasted with Saccharomyces cerevisiae for 12 hours had the average content. Supplementation of wheat seeds fermented sour 12 hours with Saccharomyces cerevisiae 5-10% in the ration sows are pregnant one month to produce the same relative energy digestibility. ABSRTRAK Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap selama yakni: Tahap I untuk fermentasi tepung biji asam (TBA) sangrai dan analisis kandungan asam amino; dan Tahap II untuk pemberian pakan untuk pengukuran kecernaan energi. Rancangan untuk tahap I adalah rancanganacak lengkap dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Kelima perlakuan adalah: R0: TBA sangrai; R1: TBA sangrai dilembabkan dengan air dan disimpan 12 jam; R2: TBA sangrai difermentasi dengan larutan Saccharomyces cerevisiae selama 12 jam; R3: TBA sangrai dilembabkan dengan air dandisimpan 24 jam dan R4: TBA sangrai difermentasi dengan larutan Saccharomyces cerevisiaeselama 24 jam. Sedangkan untuk tahap II menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari empat perlakuan dan tiga ulangan. Penelitian Tahap II menggunakan 12 ekor induk babi peranakan sedang bunting yang berumur 1,5-2 tahun dengan berat badan awal 137 – 170kg (KV = 12,22%). Keempat perlakuan dimaksud adalah: R0: pakan basal; R1: pakan basal + 5% tepung biji asam hasil fermentasi (TBAF); R2: pakan basal + 7,5% TBAF; R3: pakan basal + 10% TBAF. Hasil uji deskriptif terhadap kandungan asam mino: total asam amino sebesar 14,04%, asam amino esensial 3,71% dan non-esensial 7,22% menunjukkan bahwa perlakuan R2 yang terbaik. Analisis ragam terhadap kecernaan energi menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (p>0.05) terhadap kecernaan energi dan uji Duncan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antar rataan perlakuan dalam kecernaan energi. Kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah proses sangrai dan fermentasi yang dilakukan tahap I secara deskriptif terhadap kandungan asam amino dari tepung biji asam sangrai dengan Saccharomyces cerevisiae selama 12 jam memiliki rataan kandungan. Suplementasi tepung biji asam hasil fermentasi 12 jam dengan Saccharomyces cerevisiae 5-10% dalam ransum induk babi yang sedang bunting satu bulan menghasilkan kecernaan energi yang relatif sama.
EVALUASI POTENSI NUTRISI BIJI ASAM (Tamarindus indica) HASIL FERMENTASI DENGAN Saccharomyces cerevisiae SEBAGAI PAKAN BABI INDUK (EVALUATION ON NUTRIENT POTENCY OF Tamarindus indica SEEDS FERMENTED WITH Saccharomyces cerevisiaeFOR SOW DIETS) Agnes Kuku Tangu; Usaha Ginting Moenthe; Sabarta Sembiring
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 2 No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v2i1.734

Abstract

The experiment concisted of two steps. The purpose of the step I study was to investigate nutrition quality on crude protein, fat and crude fiber with the optimal result of Saccharomyces cerevisiae fermentetion; and the purpose of the step II was to study the effect of fermented Tamarindus indica seed mealon organic matter digestibility. There were 12 pregnant sows of 1,5 -2 years of age with 137 – 170 kg (CV = 12.22%) initial body weight were used in the feeding trial. Block design of 4 treatments with 3 replicates procedures were applied in feeding trial. The 4 treatments applied in feeding trial were formulated as: R0: basal feeds composed of : corn meal 48% + pollard (wheat brand) 42% + Hi grow KB3CP152 10%; R1: basal feed + 5% fermented TSM; R2: basal feeds + 7,5% fermented TSM; R3: basal feed + 10% fermented TSM. Step I study results show that fermenting Tamarindus indica seeds meal with Saccharomyces cerevisiae that crude protein and fat is better, however there were no significantn effect (p>0,05) on crude fiber and organic digestible. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tujuan penelitian tahap 1 adalah untuk mengkaji kualitas nutrisi dari protein kasar, lemak kasar dan serat kasar dan waktu optimum fermentasi Saccharomyces cerevisiae, penelitian tahap 2 untuk memperbaiki kecernaan bahan organik pada ternak babi induk. Penelitian ini menggunakan 12 ekor ternak babi induk dengan umur 1,5-2 tahun dengan bobot badan 137-170 (KV=12,22%). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 4 perlakuan dan 3 kali ulangan dengan level pemberian antara lain : R0: pakan basal (tepung jagung (48%) + pollard gandum (42%) konsentrat KB3CP152 (HI-Gro 152) (10%) untuk mencapai standar kebutuhan protein kasar induk 15%, R1: pakan basal + 5% tepung biji asam fermentasi, R2: pakan basal + 7,5% tepung biji asam fermentasi, R3: pakan basal + 10% tepung biji asam fermentasi. Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa fermentasi tepung biji asam (Tamarindus indica) dengan Saccharomyces cerevisiae pada kandungan protein kasar dan lemak kasar membaik sedangkan serat kasar dan kecernaan bahan organik sama.
Pengaruh Penambahan Tepung Daun Anting-Anting (Achalipha Indica . L) Dalam Ransum Terhadap Kecernaan Serat Kasar dan Lemak Kasar pada Ternak Babi Peranakan Landrace, Face Grower Sergius Gadur; Sabarta Sembiring; Johanis Ly; Tagu Dodu
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 2 No. 2 (2020): Juni
Publisher : Jurnal Peternakan Lahan Kering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.094 KB)

Abstract

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Baumata Timur, Kecamatan Taebenu, Kabupataen Kupang selama 8 minggu terhitung sejak 05 Mei-30 Juni 2019. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun anting-anting dalam ransum basal terhadap kecernaan serat kasar dan lemak kasar ternak babi. Materi yang digunakan adalah 12 ekor ternak babi jantan kastrasi peranakan Landrace yang berumur 3-4 bulan dengan berat badan awal 30-50 kg, rata-rata 37,92 kg dan (KV = 13,66%). Penelitian ini meggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah R0: 100% ransum basal tanpa daun anting-anting (kontrol), R1: ransum basal 98 + 2% daun anting-anting, R2: ransum basal 96 + 4% daun anting-anting, R3: ransum basal 94 + 6% daun anting-anting. Variabel yang diteliti adalah kecernaan serat kasar dan lemak kasar Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan serat kasar dan lemak kasar. Kesimpulan adalah penggunaan daun anting-anting hingga 6% memberikan respon yang relatif sama terhadap kecernaan serat kasar dan lemak kasar. Kata kunci: babi, anting-anting, serat kasar, lemak kasar. The study aimed at evaluating the effect of including (Achalipha indica L) leves meal into basal diet on intake and digestibility of crude fiber and crude fat in grower Landrace pig. There were 12 grower-landrace pigs 3-4 months of age with 30-50 (average 37.92) kg and CV 13.66% initial body weight used in the study. Trial method using block design 4 treatments with 3 replicates procedure used in the study. The diet formulas offered in the feeding tria : R0 : 100% basal diet without Achalipha indica L leaves meal (control); R1: basal diet + 2% Acalipha leaves meal; R2 :basal diet + 4% leaves meal; and R3:basal diet + 6% Achalipha leaves meal. Variable studied were : consumption and digestibility of crude fiber and crude fat in pig. Statistical analysis result shows that effect of including Purslane leaves meal into basal diet is not significant (P>0.05) on either intake or digestibility of crude fiber and crude fat. The conclusion is that including 2, 4, 6 % Achalipha flour into basal diet tends to increase both intake and digestibility of both crude fiber and crude fat in pigs. Key words: Pig, Achalipha flour, crude fiber, crude fat.
Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Konsentrat dalam Pakan Berbasis Pollard Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Protein dan Energi Ternak Babi Fase Starter-Grower Veronika Koroh; Johanis Ly; Sabarta Sembiring
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 1 No. 4 (2019): Desember
Publisher : Jurnal Peternakan Lahan Kering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.569 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan 3 jenis konsentrat: KGP709 (KGP), Hi-Grow152 (HG152), Konsentrat Grower Babi (KGB) dan campuran ketiganya dalam pakan berbasis pollard terhadap konsumsi dan kecernaan protein dan energi ternak babi fase grower-finisher. Materi yang digunakan adalah 12 ekor ternak babi peranakan landrace jantan kastrasi berumur 3,5 bulan dengan berat badan awal 34-46 kg (rata-rata 41,08kg; KV= 11,62%). Metode yang digunakan adalah metode percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dicobakan yakni P1= 55% pollard + 35% jagung + 10% KGP709; P2 = 55% pollard + 35% jagung + 10% HG152; P3 = 55% pollard + 35% jagung + 10% KGB; dan P4 = (55% pollard + 35% jagung + 10% campuran konsentrat). Variabel yang diteliti adalah: konsumsi dan kecernaan protein dan energi. Hasil analisis ragam menunjukkan penggunaan ketiga jenis konsentrat dan campuran ketiganya berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi dan kecernaan protein, namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi dan kecernaan energi. Disimpulkan bahwa penggunaan ketiga jenis konsentrat dan campuran ketiganya dalam pakan berbasis pollard memberikan hasil yang berbeda terhadap konsumsi dan kecernaan protein, namun memberikan hasil yang relatif sama terhadap konsumsi dan kecernaan energi. Penggunaan konsentrat HG152, KGP709 dan campuran ketiganya menghasikan rataan konsumsi dan kecernaan protein yang relatif sama, namun lebih tinggi dari hasil penggunaan KGB. Kata kunci: ternak babi, koncentrat, konsumsi, kecernaan, protein, energi. The study aimed at evaluating the effect of including 3 concentrates: KGP709 (KGP), Hi-Grow152 (HG152), Konsentrat Grower Babi (KGB) and their mixture in the pollard based-feed on protein and energy intake and digestibility grower-finisher pig. There were 12 landrace crossbred barrows 3.5 months old with 34-46 kg (avg. 41.08kg; CV= 11.62%) initial body weight used in the study. Trial method using block design 4 treatments with 3 replicates procedure was applied in the study. The 4 treatment feeds offered were P1= 55% pollard + 35% corn meal + 10% KGP709; P2 = 55% pollard + 35% corn meal + 10% HG152; P3 = 55% pollard + 35% corn + 10% KGB; and P4 = (55% pollard + 35% corn meal + 10% mixture of: KGP709+ HG152+ KGB). The variables studied were: intake protein and energy, and protein and energy digestibility. Statistical analysis shows that effect of including 3 concentrates is significant (P<0.05) on intake and digestibility protein but not significant (P>0.05) on intake and digestibility energy. The conclusion is that including 3 concentrates into pollard based-feed performs different in intake and digestibility protein but similar in intake and digestibility energy of grower-finisher pig. Including concentrates HG152, KGP709 and the mixture of 3 concentrates performs the similar results intake and digestibility protein but higher than results of including concentrate KGB. Key words: pig, concentrate, intake, digestibility, protein, energy
Pengaruh penggunaan konsentrat sierad dengan pakan lokal terhadap performan dan income over feed cost Ternak babi peranakan landrace (Effect of including Sierad concentrate feed into local based–feed on body linear sixe and income over feed cost of land Desly Tolanta Usfinit; Sabarta Sembiring; I Made S. Aryantha
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 1 No. 3 (2019): September
Publisher : Jurnal Peternakan Lahan Kering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.848 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan campuran konsentrat Sierad dengan pakan lokal terhadap performan dan IOFC ternak babi. Materi yang digunakan adalah 18 ekor ternak babi kastrasi peranakan landrace berumur 3 - 3,5 bulan dengan berat badan awal berkisar antara 20,40 - 38,20 kg (KV = 19,06%). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok 6 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah T1: 100% pakan komplit (EGP 704); T2: 6% tepung biji asam + 68% labu kuning + 26% KGP 709, T3:  17% tepung putak + 50% labu kuning + 33% KGP 709, T4:  20% ubi kayu + 47% labu kuning + 33% KGP 709, T5:  70% labu kuning + 30% KGP 709, T6: 10% tepung biji asam + 60% tepung putak + 30% KGP 709. Variabel yang diteliti adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan IOFC. Hasil ANOVA menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap performan dan IOFC dan T4 (20% ubi kayu + 47% labu kuning + 33% KGP 709) menampilkan hasil yang paling tinggi. Disimpulkan bahwa penggunaan konsentrat KGP 709 dalam pakan lokal yang berbeda menghasilkan konsumsi ransum, PBB, konversi ransum dan IOFC yang berbeda dan dalam campuran dengan labu kuning dan ubi kayu memberikan hasil yang paling tinggi pada babi penggemukan. Saran yang dapat diberikan adalah campuran 20% ubi kayu + 47% labu kuning + 33% KGP 709 dapat dijadikan pilihan untuk pakan penggemukan ternak babi. kata kunci :Ternak babi, konsentrat, pakan lokal, performan, IOFC The study aimed at evaluating the effect of including Sierad concentrate into local feedstuffs on performance and Income over feed cost of grower landrace crossbred pig. There were 18 castrated landrace crossbred pigs 3-3.5 months old with 20.40–38.20 kg (CV= 19.06%) initial body weight used in the trial. Randomized block design 6 treatments with 3 replicates procedure used in the trial. The 6 treatment feeds offered were: T1: 100% complete feed (EGP 704); T2: 6% tamarind seeds meal + 68% pumpkins + 26% KGP 709; T3:  17% putak meal + 50% pumpkins + 33% KGP 709; T4: 20% cassava + 47% pumpkins + 33% KGP 709; T5:  70% pumpkins + 30% KGP 709; and T6: 10% tamarind seeds meal + 60% putak meal + 30% KGP 709. Variables studied were feed consumption, body weight gain, feed conversion and income over feed cost. The results of statistical analysis showed that the treatment had a significant effect (P <0.05) on peformans and income over feed cost and T4 (20% cassava + 47% pumpkin + 33% KGP 709) showing the highest results. It was concluded that the use of KGP 709 concentrates in different local feeds produced different performance and in mixtures with pumpkin and cassava gave the highest result in fattening pigs. Suggestions that it can be given as a mixture of 20% cassava + 47% pumpkin + 33% KGP 709 can be selected for fattening pigs feed. Keywords: Pigs, concentrate, local feed, performance, income over feed cost
Efek penggunaan larutan daun kelor (Moringa oleifera lam) dalam “liquid feeding ” terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik pada babi peranakan landrace Erlin Rambu Baja Oru; Tagu Dodu; Sabarta Sembiring
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 2 No. 4 (2020): Desember
Publisher : Jurnal Peternakan Lahan Kering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.25 KB)

Abstract

Penelitian ini telah dilakukan di Dusun II Desa Baumata Timur, Kecamatan Taebenu, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan larutan daun kelor dalam “Liquid feeding” terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik ternak babi. Materi yang digunakan adalah 12 ekor ternak babi peranakan landrace jantan kastrasi, umur 3 - 4 bulan dengan bobot badan awal 18 – 45kg, rata-rata 29,17kg dan koefisien variasi  34,17%. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dicobakan ialah R0: (ransum basal cair 100% tanpa larutan daun kelor sebagai (Kontrol)), R1 (ransum basal cair + 5% larutan daun kelor), R2 (ransum basal cair +10% larutan daun kelor), R3 (ransum basal cair + 15% larutan daun kelor). Variabel yang diukur adalah konsumsi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan larutan daun kelor berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik ternak babi. Kesimpulan penggunaan larutan daun kelor cenderung meningkatkan konsumsi ransum dan kecernaan bahan kering dan bahan organik.   Kata kunci: babi, kelor, liquid feeding, konsumsi, kecernaan, bahan kering, bahan organik   The study was carried out in Dusun II, Village Baumata Timur,  Subdistrict Taebenu, District Kupang. The purpose of this study was to study the use of Moringa leaf solution (Moringa oleifera Lam) in “liquid feeding” on the intake and digestibility of dry matter and organic matter of starter-grower phase landrace pigs. The material used were 12 barrows age 3-4 months with initial body weight of 18-45kg, average of  29.17kg and CV 34.17%. The design used is Randomized Block Design (RBD) 4 treatments with 3 replicates. The treatments tested were R0 (basal liquid feed 100% without Moringa leaf solution (Control)) R1 (basal liquid feed + 5% Moringa leaf solution) R2 (basal liquid feed + 10% Moringa leaf solution) R3 (basal liquid feed + 15% Moringa leaf solution). The variable measured were the consumption and digestibility of dry matter and organic matter. Statistical analysis shows that the effect of using of moringa leaf solution is not significant (P>0,05) on the intake and digestibility of dry matter and organic matter of pigs. Conclusion the use of moringa leaf solution in liquid basal tends to increase intake and digestibility of dry matter and organic matter of the pig.   Key words: pig, moringa, liquid feeding, intake, digestibility, dry matter, organic matter
Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Konsentrat dalam Pakan Berbasis Pollard Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ternak Babi Fase Grower Marianus Knaofmone; Sabarta Sembiring; I Made S. Aryanta
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 1 No. 4 (2019): Desember
Publisher : Jurnal Peternakan Lahan Kering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.615 KB)

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Usaha Bersama (KUB) Moria Manutapen-Kecamatan Alak–Kota Kupang pada tanggal 26 Agustus sampai dengan 28 Oktober 2018. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pakan berbasis pollard terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik ternak babi fase grower. Materi yang digunakan adalah 12 ekor ternak babi jantan kastrasi peranakan landrace berumur 3,5 bulan dengan berat badan awal 34,00-46,00 kg (rata-rata 41,08 kg; KV= 11,63%). Metode yang digunakan adalah metode percobaan dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dicobakan yakni P1 = (55% pollard + 35% jagung + 10% KGP709); P2 = (55% pollard + 35% jagung + 10% HG152); P3 = (55% pollard + 35% jagung + 10% KGB) dan P4 = (55% pollard + 35% jagung + 10% campuran ketiga konsentrat).Variabel yang diteliti adalah: konsumsi bahan kering (BK) dan bahan organik (BO)- dan kecernaan BK dan BO. Hasil analisis ragam menunjukkan penggunaan ketiga jenis konsentrat dan campuran ketiganya berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi BK dan kecernaan BK, namun berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi BO dan kecernaan BO ternak babi fase grower. Disimpulkan bahwa penggunaan ketiga jenis konsentrat dan campuran ketiganya dalam pakan berbasis pollard memberikan hasil yang relatif sama terhadap konsumsi dan kecernaan BK, namun memberikan hasil yang berbeda terhadap konsumsi BO dan kecernaan BO. Penggunaan konsentrat 10% KGP709, HG152 dan campuran ketiganya memberikan hasil yang relatif sama dan lebih tinggi dari KGB, sehingga dapat disarankan untuk peternak agar memilih dan menggunakan salah satu konsentrat ataupun campuran 3 konsentrat dengan taraf 10% dalam campuran pakan untuk ternak babi. Kata kunci: ternak babi, konsentrat, konsumsi, kecernaan, BK, BO. The study was carried out in Moria Bussiness unit in Manutapen-Kecamatan Alak–Kota Kupang. The study aimed at evaluating the effect of including different concentrates int pollard-based feed on dry matter and organic matter intake and digestibility in grower pig. There were 12 landrace crossbred barrows 1.5-2 months old with 13.00 – 19.00 kg (CV = 11.09%) initial body weight used in the study. Trial method using complete block design 4 treatments with 3 replicates procedure was applied in the study. The 4 treatment feeds were formulated as: P1: pollard (55%) + corn meal (35%) + 10% concentrate KGP 709; P2: 55% pollard + 35% corn meal + 10% concentrate HG 152; P3: 55% pollard + 35% corn meal + 10% concentrate KGB; and P4: 55% pollard + 35% corn meal + 10% concentrate mixture (3.3% KGP 709 + 3.3% consentrat HG152 + 3.3% concentrate KGB 8.3%. Variable evaluated were: intake and digestibility of dry matter and organic matter. Statistical analysis shows that effect of including different concentrates into pollard-based feed is highly significant (P<0.01) on both either intake and digestibility of organic matter in grower pig. The conclusion is that including different concentrates into pollard-based feed performs the similar results in both intake and digestibility of dry matter but different in both intake and digestibility of organic matter. Using 10% KGP709, HG152 and their mixture are similar and higher than using KGB, and therfore, farmer can used on of the concentrate upto 10% in pig feed. Key words: pig, consentrate, intake, digestibility, DM, OM.
Suplementasi Tepung Daun Asam Terhadap Konsumsi , Kecernaan Kalsium Fosfor Ternak Babi Landrace Fase Grower: Supplementation of Tamarind Leaf Flour on Consumption, Digestibility of Calcium Phosphorus in Landrace Pig Grower Phase Seprianus Punuf; Ni Nengah Suryani; Sabarta Sembiring
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 4 No. 2 (2022): Juni
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57089/jplk.v4i2.1049

Abstract

Tujuan dari penelitian ini  untuk mengetahui konsumsi dan kecernaan kalsium dan fosfor  yang diberi  suplementasi tepung daun asam (Tamarindus indica L.) dalam ransum. Ternak yang dipakai dalam penelitian ini sebanyak  12 ekor ternak babi jantan kastrasi peranakan landrace fase grower dengan umur 2-4 bulan dan berat badan awal ternak 35,5-64 kg dan rata-rata (KV= 23,65%). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan.  Perlakuan yang dicobakan adalah R0: ransum basal tanpa tepung daun asam (kontrol),  R1: ransum basal + tepung daun asam 2,5%  R2: ransum basal + tepung daun asam 5%,  R3: ransum basal + tepung daun asam 7,5%.  Variabel yang diteliti yaitu konsumsi dan kecernaan kalsium dan fosfor. Hasil analisis anova menyatakan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi dan kecernaan kalsium dan fosfor. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah suplementasi tepung daun asam sebanyak 2,5%; 5%; dan 7,5% dalam ransum basal tidak berpengaruh nyata terhadap  konsumsi, kecernaan, kalsium dan fosfor. Kata kunci: Babi, Daun asam, Fosfor , Kalsium, Kecernaan ABSTRACT The purpose of this study was to determine the consumption and digestibility of calcium and phosphorus supplemented with tamarind leaf flour (Tamarindus indica L.) in the diet. The livestock used in this study were 12 castration landrace crossbreed pigs in the grower phase with an age of 2-4 months and an initial body weight of 35.5-64 kg and an average (KV = 23.65%). This study used a Randomized Block Design (RAK) with 4 treatments and 3 replications. The treatments tested were R0: basal ration without tamarind leaf meal (control), R1: basal ration + tamarind leaf meal 2.5% R2: basal ration + 5% tamarind meal, R3: basal ration + 7.5 tamarind meal %. The variables studied were the consumption and digestibility of calcium and phosphorus. The results of the ANOVA analysis stated that the treatment had no significant effect (P>0.05) on the consumption and digestibility of calcium and phosphorus. The conclusion of this research is the supplementation of tamarind leaf flour as much as 2.5%; 5%; and 7.5% in basal ration had no significant effect on consumption, digestibility, calcium and phosphorus.  
Pengaruh Tepung Limbah Rumput Laut Merah (Eucheuma cottonii) Terfermentasi Terhadap Konsumsi Protein dan Energi Ternak Babi Landrace Fase Starter: Effect of Use of Fermented Red Seaweed Waste Flour (Eucheuma cottonii) on Protein and Energy Stability in Landrace Pig Livestock at Starter Phase Gemima Akulas; Sabarta Sembiring; Tagu Dodu; Ni Nengah Suryani
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 4 No. 2 (2022): Juni
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57089/jplk.v4i2.1084

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menguji dampak pemakaian tepung limbah rumput laut merah (Eucheuma cottonii) terfermentasi terhadap  konsumsi dan  kecernaan protein pada ternak babi  Landrace  fase starter.  Materi yang digunakan adalah 12 ekor ternak babi Landrace   berumur 1-2 bulan dengan berat badan awal 6,5 kg - 26 kg, rata-rata 20,11 kg dan koefisien variasi 41,56%.  Penelitaian ini  menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari empat perlakuan dengan 3 ulangan.  Perlakuan yang diuji adalah R0 : 100% pakan dasar tanpa tepung limbah rumput laut terfermentasi, R1 : pakan dasar + 5% tepung limbah rumput laut terfermentasi (TRLLF), R2 : pakan dasar + 10% tepung limbah rumput laut terfermentasi (TRLLF), R3 : ransum basal + 15%  tepung limbah rumput laut (TRLLF). Variabel yang diteliti adalah konsumsi dan kecernaan protein dan energi.   Hasil penelitian    menunjukkan bahwa penggunaan rumput laut merah dalam  ransum basal  berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi protein, energi dan kecernaan energi. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan tepung limbah rumput laut merah (eucheuma cottonii) dari taraf 5-15% berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi protein dan kecernaan energi namun mempunyai pengaruh yang cukup besar pada taraf 10% dalam meningkatkan kecernaan protein pada ternak babi landrace fase starter. Kata kunci: Babi, limbah rumput laut, protein, energi, konsumsi, kecernaan   The aim of the study was to examine the impact of using fermented red seaweed (Eucheuma cottonii) waste flour on consumption and protein digestibility in starter phase landrace pigs. The material used was 12 pigs aged 1-2 months with an initial body weight of 6.5 kg-26 kg, an average of 20.11 kg and a coefficient of variation of 41.56%. This study used a randomized block design (RAK) which consisted of four treatments with 3 replications. The treatments tested were R0: 100% basic feed without fermented seaweed meal, R1: basic feed + 5% remaining fermented seaweed meal (TRLLF), R2: basic feed + 10% fermented seaweed waste meal (TRLLF), R3: basal ration + 15% fermented seaweed waste flour (TRLLF). The variables studied were protein and energy intake and digestibility. The results of analysis of variance (ANOVA) showed that the use of red seaweed flour in the basal ration had a significant (P<0.05) effect on protein digestibility at 10% use. The conclusion of this study that the use of red seaweed waste flour (eucheuma cottonii) from a level of 5-15% had no significant effect on protein consumption and energy digestibility but had a significant effect at a level of 10% it would increase protein digestibility in landrace pigs in the starter phase phase. .  
Pengaruh Campuran Daun Kelor dan Daun Katuk dalam Ransum Terhadap Konsumsi, Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ternak Babi Starter: EffectOf Moringa oleifera And Sauropus androgynus L. merr Leaf Flour Mixture In The Diets On Consumption, Digestibility Of Dry Matter, Organic Matter In Starter Pigs Prisca Anjani Nifu; Sabarta Sembiring; I Made S. Aryanta
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 4 (2023): Desember
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Purpose of this study, examine the effect of a mixture flour Moringa and Sauropus androgynus L. merr in the ration on consumption and digestibility of dry matter and organic matter in starter phase of landrace pigs. The study used 12 pigs, aged 1-2 months with body weight between 5-15.6 kg (CV = 11.57%). The research method used experiment completely randomized design (RAL) consisting of 4 treatments and 3 replications. The treatment: Ro = 100% basal ration without a mixture of TDKe and TDKa; R1 = 95% basal ration + 5% mixture of TDKe and TDKa; R2 = 90% basal ration + 10% mixture of TDKe and TDKa; R3 = 85% basal ration + 15% mixture of TDKe and TDKa. Comparison of  TDKe 80% and 20% TDKa treatment rations. Statistics tests showed that the use of mixture TDKe and TDKa in animal feed no effect (P>0.05) on consumption, dry matter digestibility and organic matter in pigs research. Conclusion, the use of mixture Moringa leaves and sauropus leaves at a level of 5-15% in the ration gave relatively the same results for consumption dry matter and organic matter and digestibility starter pigs. Tujuan penelitian  ini, untuk melihat pengaruh campuran tepung daun kelor (Moringa oleifera) dan daun katuk (Sauropus androgynus L. merr)  dalam ransum terhadap konsumsi, kecernaan bahan kering dan bahan organik   ternak babi Landrace fase starter. Penelitian menggunakan 12 ekor ternak babi  umur 1-2 bulan dengan  berat badan antara 5-15,6 kg (CV = 11,57%).  Metoda penelitian yang  digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap  (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuannya: R0 = 100% ransum basal   tanpa campuran TDKe dan TDKa; R1 = 95% ransum basal + 5% campuran TDKe dan TDKa ; R2 = 90% ransum basal + 10% campuran TDKe dan TDKa; R3 = 85% ransum basal + 15% campuran TDKe dan TDKa. Perbandingan ransum perlakuan TDKe 80% dan TDKa 20%. Data uji statistik memperlihatkan bahwa penggunaan  campuran TDKe dan  TDKa pada makanan ternak tidak ada pengaruh (P>0,05) pada konsumsi, kecernaan bahan kering dan  bahan organik ternak babi penelitian. Simpulan,  penggunaan  campuran  daun kelor dan daun katuk level 5 - 15% pada ransum menberikan hasil yang relative sama pada konsumsi, kecernaan bahan kering dan bahan organik ternak babi starter.