Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Analisis Indeks Koneksi Pasar dan Distribusi Margin Pada Lembaga-Lembaga Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur Indonesia Yakob Robert Noach; Matheos Filipus Lalus
AGRIMOR Vol 5 No 1 (2020): AGRIMOR - Januari 2020
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/ag.v5i1.939

Abstract

The activities of institutions involved in cattle marketing in Kupang-District East Nusa Tenggara include: purchasing, transportation, sorting, standardization and assessment, and so on. This research was conducted by survey method. The results of this study: IMC between the price of cattle at the farmer level and midlemen of 1.0040; between farmers and inter island traders 1,0048; between midlemen and inter-island traders 1.0714. Means that in the short term the price of beef cattle in the market has not been perfectly integrated. The farmers’ share is fair enough, while the whole cattle market in this region is imperectly integrated. The average of farmers’ share in the study area is 75.95%. Marketing margin is 62.17%; profit margin is 66.71%. The biggest profit margin received by midlemen is 60.70%, inter-island traders is 29.30%. There was disparity in distribution of marketing margins between midlemen and inter-island traders, where for midlemen 88.57% and for inter-island traders 48.33%.
PEMANFAATAN PRODUK UREA LEPAS LAMBAT BERBASIS TEPUNG PUTAK DALAM RANSUM SAPI BALI DI KELOMPOK PETERNAK DESA BAUMATA UTARA, KABUPATEN KUPANG Emma Dyelim Wie Lawa; Edwin Jermias Jermias Lodowik Lazarus; Matheos Filipus Lalus
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 5 No 1 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/logista.5.1.212-218.2021

Abstract

Permasalahan mitra kelompok tani ternak di desa Baumata Utara adalah rendahnya pengetahuan akan penyediaan pakan sapi yang bermutu dan dapat memenuhi kebutuhannya. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang pembuatan produk pemasakan urea dengan tepung putak dan penggunaannya dalam pakan konsentrat sebagai suplemen ransum ternak sapi. Metode kegiatan adalah, 1) penyuluhan tentang teknologi pemasakan urea dengan tepung putak dan pemanfaatannya dalam ransum sapi; 2) praktek, pembuatan produk pemasakan urea dengan tepung putak, praktek pencampuran produk tersebut dalam pakan konsentrat dan penerapan pemberiannya sebagai pakan suplemen pada ternak sapi dan 3) evaluasi kegiatan secara umum bersama mitra untuk mendapatkan input dan feedback bagi kegiatan di waktu mendatang. Hasil kegiatan menunjukkan 1) peternak mitra sangat antusias menerima inovasi baru di bidang penyediaan pakan bagi ternak sapi; 2) Hasil diskusi dan evaluasi verbal maupun praktek menunjukkan mitra paham dan dapat mengaplikasikannya; 3) Adanya harapan untuk keberlanjutan kegiatan sejenis di waktu mendatang. Disimpulkan bahwa kegiatan ini sangat diapresiasi oleh peternak mitra karena teknologi pemasakan urea-tepung putak dan penggunaannya dalam ransum konsentrat bagi ternak sapi yang diinformasikan ini memberi wawasan bagi peningkatan sistem pemeliharaan ternak sapi dalam pemenuhan kebutuhan gizinya. Adanya keterbukaan mitra dalam menerima inovasi baru ini. Kata kunci: Inovasi, Suplemen, Urea Lepas Lambat, Tepung Putak, Sapi Bali ABSTRACT The problem with the partners of the livestock farmer groups in Baumata Utara village is the lack of knowledge about the supply of quality cattle feed that can meet their needs. The purpose of this activity is to provide counseling and training on the manufacture of urea cooking products with putak flour and its use in concentrate feed as a supplement for cattle rations. The methods of activity are, 1) counseling on the technology for cooking urea with putak flour and its use in cow rations; 2) practice, manufacture of urea cooking products with putak flour, practice mixing these products in concentrate feed and applying it as supplementary feed for cattle and 3) general evaluation of activities with partners to get input and feedback for future activities. The results of the activity show 1) partner breeders are very enthusiastic about receiving new innovations in the field of providing feed for cattle; 2) The results of the discussion and evaluation of verbal and practice show that partners understand and can apply it; 3) There is hope for the sustainability of similar activities in the future. It is concluded that this activity is highly appreciated by partner breeders because the technology for cooking urea-putak flour and its use in concentrate rations for cattle provides insight into improving the system for raising cattle in meeting its nutritional needs. There is openness partners in accepting this new innovation Keywords: Innovation, Supplements, Slow Release Urea, Putak Flour, Bali Cattle
KERAGAAN USAHATANI LAHAN KERING PADA PETANI MISKIN DI WILAYAH TIMOR BARAT NUSA TENGGARA TIMUR (DRY LAND PERFORMANCE OF POOR FARMERS IN WEST TIMOR REGION, EAST NUSA TENGGARA) Johanes G. Sogen; Matheos F. Lalus
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 1 No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v1i1.711

Abstract

A survey was focused on the model of dry land farming performance of poor farmer was conducted at West Timor region for three months. The objectives of the study was: (1) to identify and compare: (a) flow system of goods, money and services in or out of a farming; (b) level of cash and non cash income; (c) the capability of farming in contributing repayment of capital and family labor; and (d) the capability repayment of farm debt and capital ratio of smallholders; (2) to identify and analyze factors influencing on the cash income; (3) to study the combination of group of farm contributing optimum income for poor farmer; and 4) to identify and analyze strength and weaknesses of strategy used by poor farmers in overcome their low income. Multiple stages sampling was established. Two selected districts, four sub-districts and 8 villages were purposively sampled. Whilst 186 poor farmers were randomly selected. Data were analyzed using input-output analyzes, comparative analyzes, linear programming and univariat. Results of analysis showed that total income obtained was Rp.5,961,061.40 which coming from paddy, corn, cassava and sweet potatoes, peanuts, vegetables and livestock. 46,39% of total income was cash income. Livestock was the greatest contributor compared to others (37,90% of total income). From total cash income obtained, the livestock contributing approximately 41,60%, implied that livestock was being the source cash income for poor farmer in rural area. In farming production, the farmer had invested the capital of Rp.9,708,066.61. The operator’s farm income was Rp.1.901.093,41/annual while operator’s farm labor earnings and family farm labor earnings were Rp.9.061.315,07 and Rp.11.956.315,07, respectively. Return on investment (ROI) was 160%. Meant that capital productivity was good enough where the capital had capability to give profit for poor farmer. Thus, farming was a profitable effort. Family income as cumulative of income from on farm, off farm and non farm was Rp.13.253.671.07 annually where only 20.86% out of this was cash income. In addition, the significant factors influencing on the cash income farming was land tenured, number of animal raised and family labor. Result of linear programming indicated that the best combination of farming activities giving optimum income was paddy, corn, cassava and sweet potatoes, peanuts, cattle, pig, goats, and chickens and also non farm activity. In summary, farming is at present to be an economically feasible and profitable enterprise. Through applying the optimum combination of each enterprise the poor farmer will obtain maximum income. ABSTRAK Sebuah survei difokuskan pada model kinerja pertanian lahan kering petani miskin dilakukan di wilayah Timor Barat selama tiga bulan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengidentifikasi dan membandingkan: (a) sistem arus barang, uang dan jasa dalam atau keluar dari pertanian; (b) tingkat kas dan pendapatan non cash; (c) kemampuan pertanian dalam memberikan kontribusi pembayaran kembali modal dan tenaga kerja keluarga; dan (d) pelunasan kemampuan utang pertanian dan rasio modal petani; (2) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan tunai; (3) mempelajari kombinasi kelompok pertanian memberikan kontribusi pendapatan yang optimal bagi petani miskin; dan 4) mengidentifikasi dan menganalisis kekuatan dan kelemahan strategi yang digunakan oleh petani miskin dalam mengatasi pendapatan mereka rendah. Beberapa tahap pengambilan sampel dilakukan. Dua kabupaten terpilih, empat kecamatan dan 8 desa dilakukan secara purposive sampel. Sementara 186 petani miskin dipilih secara acak. Data dianalisis dengan menggunakan analisis input-output, analisis komparatif, pemrograman linear dan univariat. Hasil analisis menunjukkan bahwa total pendapatan yang diperoleh adalah Rp.5,961,061.40 yang berasal dari padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar, kacang tanah, sayuran dan ternak. 46,39% dari total pendapatan adalah pendapatan tunai. Ternak adalah penyumbang terbesar dibandingkan dengan orang lain (37,90% dari total pendapatan). Dari total pendapatan kas yang diperoleh, ternak memberikan kontribusi sekitar 41,60%, tersirat bahwa ternak menjadi sumber pendapatan tunai bagi petani miskin di daerah pedesaan. Dalam pertanian produksi, petani telah menginvestasikan ibukota Rp.9,708,066.61. Pendapatan usahatani operator adalah Rp.1.901.093,41 / tahunan, sementara pendapatan buruh tani operator dan pendapatan buruh tani keluarga masing-masing adalah Rp.9.061.315,07 dan Rp.11.956.315,07. Pengembalian investasi (ROI) adalah 160%. Berarti bahwa produktivitas modal itu cukup baik di mana modal memiliki kemampuan untuk memberikan keuntungan bagi petani miskin. Dengan demikian, pertanian adalah usaha yang menguntungkan. Pendapatan keluarga sebagai kumulatif pendapatan dari on farm, off farm dan non farm adalah Rp.13.253.671.07 per tahun di mana hanya 20,86% dari ini adalah pendapatan tunai. Selain itu, faktor-faktor yang signifikan berpengaruh terhadap pertanian pendapatan tunai adalah tanah tetap, jumlah hewan dibesarkan dan keluarga tenaga kerja. Hasil pemrograman linear menunjukkan bahwa kombinasi terbaik dari kegiatan pertanian memberikan pendapatan yang optimal adalah padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar, kacang tanah, ternak, babi, kambing, dan ayam serta kegiatan non pertanian. Singkatnya, pertanian pada saat ini menjadi suatu perusahaan layak secara ekonomis dan menguntungkan. Melalui menerapkan kombinasi optimum dari masing-masing perusahaan petani miskin akan memperoleh pendapatan yang maksimal.
PEMBERIAN MAKANAN KRIP (CREEP FEED) YANG MENGANDUNG GULA LONTAR DAN “LARD” PADA ANAK BABI UMUR 3-8 MINGGU (FEEDING CREEP FEED CONTAINED PALM SUGAR AND LARD FOR PIGLETS AGED 3-8 WEEKS) Ni N. Suryani; Matheos F. Lalus; I Made S. Aryanta
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 1 No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v1i1.712

Abstract

An experiment was carried out in Baumata vilage. The sub district of Taebenu, Kupang City. The purpose of this experiment was to evaluate effect of the used creep feed contained palm sugar and lard of the young pigs ages 3-8 weeks on performance, haematologic and economics. This experiment used 20 piglets aged 2 weeks with averaged initial body weight of 2,31 kg (KV=13,5%). The feedstuffs consisted of yellow corn, peanut, small green pea, fish meal, salt, pigmix, by product coconut oil. The experiment used a completely randomized design of 5 treatments and 4 replicates. The five treatmens were: (1) R0 (without creep feed); (2) R1 (0% palm sugar and 7,5% lard); (3) R2 (2,5% palm sugar and 5% lard); (4) R3 (5% palm sugar and 2,5% lard); and (5) R4 (7,5% palm sugar and 0% lard). The result of the experiment showed that the used creep feed were significant different affected (P<0,01) on body weight gain and income over feed cost, but no significant different on feed consumption, feed efficiency, blood Hb and blood glucose. R2 treatment (2,5% palm sugar and 5% lard) showed income over feed cost higher because body weight gain were higher. ABSTRAK Sebuah penelitian telah dilakukan di Desa Baumata, Kecamatan Taebenu, Kota Kupang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek penggunaan pakan krip yang mengandung gula aren dan lemak babi dari babi muda usia 3-8 minggu pada performan, hematologi dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan 20 anak babi berusia 2 minggu dengan rata-rata berat badan awal 2,31 kg (KV = 13,5%). Para pakan terdiri dari jagung kuning, kacang tanah, kacang hijau, tepung ikan, garam, pigmix, dan minyak kelapa. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Ke-5 perlakuan adalah: (1) R0 (tanpa pakan krip); (2) R1 (0% gula aren dan 7,5% lemak babi); (3) R2 (2,5% gula aren dan 5% lemak babi); (4) R3 (5% gula aren dan 2,5% lemak babi); dan (5) R4 (7,5% gula aren dan 0% lemak babi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pakan krip memberikan pengaruh nyata (P <0,01) terhadap bobot badan dan pendapatan atas biaya pakan, namun tidak berbeda nyata pada konsumsi pakan, efisiensi pakan, Hb darah dan glukosa darah. Perlakuan R2 (2,5% gula aren dan 5% lemak babi) menunjukkan pendapatan atas biaya pakan tinggi karena kenaikan berat badan yang tinggi.
DISTRIBUSI MARGIN PADA LEMBAGA-LEMBAGA YANG TERLIBAT DALAM PEMASARAN TERNAK SAPI DI DARATAN TIMOR NUSA TENGGARA TIMUR Matheos F. Lalus; Maria R. Deno Ratu
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 3 No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v3i1.778

Abstract

Marketing institutions that involve in cattle marketing in WTL-ENT has some activities, such as: buying, transportation, sortation, standardization and grading, etc.The research was conducted by applying survey method. The results show that: IMC between the cattle price on farmers’ level and middlemen was 1.0040; between the farmers and the outer-island traders was1.0048; between the middlemen and the outer-island traders was 1.0714. It means, in short-term, the cattle price in those three markets has not been integrated perfectly. However, farmer’s sharehas already fair,although the cattle marketing at each market level has not been integrated perfectly.Average of farmer’s share in research site was75.95%, marketing margin was 62.17%; and profit margin was 66.71%. The highest profit margin was 60.70%attained by the middlemen, followed by the outer-island traders at 29.30%. Margin distribution has not been balanced yet, since the middlemen gained88.57% and the outer-island traders gained48.33%. ABSTRAK Lembaga perantara yang terlibat dalam pemasaran ternak sapi di DTB-NTT dengan berbagai kegiatan antara lain: pembelian, pengangkutan, sortasi, standarisasi dan grading, dan sebagainya. Penelitian ini dilakukan dengan metode survai. Hasil penelitian ini : IMC antara harga ternak sapi potong di tingkat peternak dan pedagang perantara 1.0040; antara peternak dan pedagang antara pulau 1.0048; antara pedagang perantara dan pedagang antar pulau 1.0714. Berarti dalam jangka pendek harga ternak sapi potong di ketiga pasar belum teritegrasi secara sempurna. Farmer’s share sudah berlangsung cukup adil, meskipun pada berbagai tingkatan pasar ternak sapi di wilayah ini belum terintegrasi secara sempurna. Rata-rata farmer’s share di wilayah penelitian 75,95%. Margin pemasaran 62,17%; profit margin 66.71%. Profit margin terbesar diterima pedagang perantara 60.70%, pedagang antar pulau 29.30%. Distribusi margin pemasaran masih timpang, yakni pedagang perantara 88.57% dan pedagang antar pulau 48.33%.
ANALISIS DISTRIBUSI MARGIN DI ANTARA LEMBAGA-LEMBAGA PEMASARAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR (Anaysis of margin distribution between marketing beef cattle institutions in Kupang District East Nusa Tenggara) Matheos Filipus Lalus; Maria Krova; Maria R. Deno Ratu; Obed H. Nono
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 6 No 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v6i2.2119

Abstract

The activities of the institutions involved in beef cattle marketing in Kupang District-ENT include: purchasing, transportation, sorting, standardization and grading, and so on. In carrying out these activities, traders sacrifice costs, labor and time. Therefore, marketing margins will be created as return for these sacrifices. This research was conducted by survey method. Data analysis was running by analysis of farmer's share and marketing margins. The results of the study: farmer's share has been fairly. The average farmer share was 59.01%. Marketing margin was 62.17%; profit margin was 66.71%. The largest profit margin is received by midlemen traders was 60.70%, inter-island traders was 29.30%. There disparity in distribution of marketing margins, where was 88.57% for midlemen and only 48.33% for inter-island traders. ABSTRAK Kegiatan lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran ternak sapi potong di Kabupaten Kupang-NTT antara lain: pembelian, pengangkutan, sortasi, standarisasi dan grading, dan sebagainya. Dalam melakukan berbagai kegiatan tersebut, para pedagang mengorbankan biaya, tenaga dan waktu. Oleh karena itu akan tercipta margin pemasaran sebagai balas jasa terhadap segala pengorbanan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode survai. Analisis data dilakukan dengan farmer’s share dan margin pemasaran. Hasil penelitian: farmer’s share sudah cukup adil. Rata-rata farmer’s share 59,01%. Margin pemasaran 62,17%; profit margin 66.71%. Profit margin terbesar diterima pedagang perantara 60.70%, pedagang antar pulau 29.30%. Terjadi distribusi margin pemasaran yan timpang, yakni 88,57% diterima pedagang perantara dan 48,33% yang diterima pedagang antar pulau.
Analisis Usaha Ternak Babi Peranakan Landrace Fase Starter Yang Diberi Tepung Limbah Kubis (Brassica oleraceae) Terfermentasi Dalam Ransum Basal: Business Analysis Of Landrace Starter Pig Fed Fermented Cabbage Waste Flour (Brassica oleraceae) In Basal Ration Heny Suek; Sabarta Sembiring; Matheos Filipus Lalus; Ulrikus Romsen Lole
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 4 (2023): Desember
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A study on starter phase landrace crossbreed pigs fed with fermented cabbage waste flour (Brassica oleraceae) in basal rations was to determine the income obtained, changes in costs, changes in profits and business feasibility of using this technology.The material used was 12 landrace crossbreed pigs aged 8 weeks with a body weight of 9-15kg (CV=15.33%). The study used a randomized block design (RBD) which consisted of 4 treatments and 3 replications. The four treatments were: R0: 100% basal ration, R1: 5% fermented cabbage waste flour + 95% basal ration, R2: 10% fermented cabbage waste flour + 90% basal ration, R3: 15% fermented cabbage waste flour + 85 % basal ration.The parameters analyzed are revenue, cost and profit gross margin and business feasibility.The data analysis method used is analysis of variance, partial budgetanalysis and business feasibility.analysis i.e. analysis of break-even point, payback period and revenues – costs ratio.The results showed that the treatment had no significant effect (P>0.05) on revenues. The biggest incremental profit was IDR 304,771 at 5% level. The break-even point was obtained from the sale of 8 pigs with a price break-even point of IDR1,310,977 and R/C of 1.54. In summary, the use of fermented cabbage waste flour in the basal ration is financially feasible. Suatu penelitian pada ternak babi peranakan landrace fase starter yang diberi tepung limbah kubis (Brassica oleraceae) terfermentasi dalam ransum basal adalah untuk mengetahui penerimaan yang diperoleh, perubahan biaya, perubahan keuntungan serta kelayakanusaha dari penggunaan teknologi  tersebut. Materi yang digunakan adalah 12 ekor ternak babi peranakan landrace yang berumur 8 minggu dengan bobot badan 9-15kg (KV=15,33%). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan 3 ulangan. Empat perlakuan tersebut adalah: R0: ransum basal 100%, R1: 5% tepung limbah kubis terfermentasi + 95% ransum basal, R2: 10% tepung limbah kubisterfermentasi + 90% ransum basal, R3: 15% tepung limbah kubis terfermentasi + 85% ransum basal. Parameter yang dianalisis adalah penerimaan, marjin kotor biaya dan keuntungan serta kelayakan usaha. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis varians, analisis anggaran parsial dan analisis kelayakan usaha melalui perhitungan titik impas, waktu pengembalian modal dan ratio penerimaan dan biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap penerimaan. Keuntungan tambahan terbesar adalah Rp304.771 pada level 5%. Titik impas diperoleh pada penjualan ternak babi sebanyak 8 ekor dengan titik impas harga sebesar Rp1.310.977 dan rasio pendapatan dan biaya sebesar 1,54. Secara ringkas, pemanfaatan tepung limbah kubis terfermentasi dalam ransum basal dikatakan layak secara finansial.