Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENYAKIT LAYU Ralstonia solanacearum PADA KACANG TANAH DAN STRATEGI PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN Rahayu, Mudji
Buletin Palawija No 24 (2012)
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bacterial wilt caused by Ralstonia solanacearumis an important disease constraint of groundnut(Arachis hypogaea L.) in tropical and subtropical allover the world. It causing yield losses of 15–35%,and may reach over 65% in groundnut susceptiblevarieties. In Indonesia, the disease have been foundin some areas in North and West Sumatra, Lampung,West Java, Central Java, East Java, Bali, North andSouth Sulawesi. The wilt symptoms can be observedthree weeks after sowing. Infection of plants resultsin rapid wilting of stems and foliage, while leavesretain their green color.There is no desirable method for chemical controlof groundnut wilt, although some bactericidesthat effective against R. solanacearum have beenidentified and available commercially. Other controlstrategy by non-chemically include resistant varieties,healthy seeds, healthy cultivation, biologicalcontrol, and botanical control have been reduced thedisease. Other disease control strategies which ereenvironment-friendly are resistant variety, and theuse of bio control agents. Resistance variety is oneof the most effective means of controlling groundnutwilt and effective to control bacterial wilt in endemicarea and this method could be adopted byfarmer easily. Biocontrol agents i.e. antagonisticbacteria Psudomonas fluorescens (Pf) isolated fromlegumes rhizosphere showed inhibited effect againstbacterial wilt R. solanacearum. The plants extractof some plants such as lemon grass and nut sedgeroots, also showed suppressive effect against bacterialwilt of groundnut.
PENYAKIT ”LELES” PADA TANAMAN UBIKAYU BIOEKOLOGI DAN CARA PENGENDALIANNYA Rahayu, Mudji; Saleh, Nasir
Buletin Palawija No 26 (2013)
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit “leles” pada tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) di Indonesia, identik dengan penyakit busuk akar/umbi (root rot disease) yang merupakan penyakit sangat penting dan merugikan di negara produsen ubikayu di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Kehilangan hasil akibat penyakit tersebut sangat tinggi mencapai 80–100% pada varietas rentan. Di Lampung, penyakit “leles” pada varietas UJ-3 serangannya mencapai 74,6%. Gejala penyakit pada tanaman muda berupa layu, daun menguning dan gugur, dan akhirnya tanaman mati, sedangkan gejala pada tanaman tua berupa busuk akar/umbi serta busuk pangkal batang. Penyakit tersebut biasanya berkembang pada lahan dengan kelembaban tinggi atau pada musim hujan. Hasil identifikasi patogen menunjukkan bahwa beberapa jamur patogenis yaitu Botryodiplodia sp., Fusarium spp. Colletotrichum sp., Sclerotium rolfsii, Cladosporium sp. dan Aspergillus spp. berasosiasi dengan penyakit tersebut. Cara pengendalian yang sangat potensial diterapkan terhadap penyakit “leles” adalah dengan menanam varietas tahan penyakit (seperti UJ-5, Malang-4, Adira-4, Litbang UK-2), pemilihan lokasi bebas penyakit, pengelolaan tanaman melalui pemupukan berimbang, pengelolaan lahan dengan baik termasuk menghindari tanam di daerah rawan banjir ataupun tergenang, perbaikan drainase, sanitasi lahan, eradikasi tanaman sakit, rotasi tanaman, serta tidak menunda waktu panen. Selain itu untuk mencegah penyakit terbawabibit (stek), maka stek perlu dikelola dengan baik misalnya dengan pencelupan dalam air hangat ataupun menggunakan fungisida benomil.
PROSES PENGOLAHAN PASCA PANEN BUAH MARKISA BERNUTRISI TINGGI Rahayu, Mudji; Qomaruddin, '
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat Vol 1 No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1421.362 KB) | DOI: 10.37303/peduli.v1i2.38

Abstract

The purpose of Science, technology, dam art for Society are to (1) build skilled and professional Buring society in planting passion fruit; (2) to produce high quality, high quality juice, syrup and dodol passion fruit; (3) building entrepreneur spirit and improving economy of Buring society through passion cultivation, and (4) creation of Micro small and Medium Enterprises in Buring Area. To achieve these objectives, there will be activities such as: (1) counseling of planters, fertilizers, and maintenance of passion fruit trees; (2) training of juice making, syrup and passion fruit dodol; and (3) socialization and training on how to market products produced from passion fruit either directly with consumers or online. The results achieved are; (1) Many farmer groups in RW.02 and Rw.08 Buring village planted passion fruit, (2) producing juice, syrup, and passion fruit dodol, (3) society of Buring understand the marketing of passion fruit and processed products from passion fruit
PENGOLAHAN LAITANBA (KEDELAI TANPA LIMBAH) PENGABDIAN PADA MASYARAKAT DI DESA JABUNG, KABUPATEN MALANG Kustyarini, K.,; Utami, Wiwik; Rahayu, Mudji; Kristiawan, Indria; limgiani
Abdiku : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4 No 1 (2021): Jurnal Abdiku
Publisher : Penerbit LPPM- STKIP PGRI Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31597/ja.v4i1.641

Abstract

Desa Jabung merupakan salah satu desa di Kecamatan Pakis yang banyak menghasilkan ketela pohon, jagung, dan kedelai. Beberapa usaha industri rumah tangga sudah dikerjakan oleh masyarakat adalah kripik singkong, peyek kacang, dan sejenisnya. Ada satu peluang yang belum dikembangkan yaitu pengolahan kedelai menjadi tahu dan turunannya. Pada umumnya masyarakat Jabung tidak minat mengolah kedelai menjadi tahu, karena kesulitan membuang limbahnya. Pada titik inilah diperlukan solusi untuk menangani limbah tahu. Kebermaknaan kehadiran pengabdi di desa Jabung sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang mengalami kendala pembuangan limbah tahu. Awalnya masyarakat desa Jabung selalu menjual hasil panen kedelai kepada tengkulak, dengan harga murah, tetapi setelah memperoleh penjelasan, penyuluhan, dan wawasan tentang pengolahan kedelai menjadi tahu dan turunannya dengan alat teknologi terapan bernama Tasudo, maka minatnya mulai tumbuh. Masyarakat mulai diajak berpikir kreatif, produktif, dan komunikatif membangun pasar yang lebih luas. Kesemangatan masyarakat semakin terlihat meningkat ketika berbicara tentang lapangan kerja, hasil keuntungan, dan keterlibatan anggota masyarakat dalam pembuatan tahu beserta turunannya. Hasil: olahan kedelai menjadi bermacam-macam makanan dan minuman dengan tanpa limbah, serta sumber daya manusia di desa Jabung menjadi sebuah jaringan bisnis yang dinamis untuk peningkatan perekonomian masyarakat.