Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Upaya Optimalisasi Lahan Bawah Tegakan pada Zona Tradisional melalui Sosialisasi Budidaya Nilam kepada Pengaram di Taman Hutan Raya K.G.P.A.A. Mangkunagoro I Yus Andhini Bhekti Pertiwi; Malihatun Nufus; Rezky Lasekti Wicaksono; Rissa Rahmadwiati; Ana Agustina; Ike Nurjuita Nayasilana
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 7 No Special-1 (2022): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v7iSpecial-1.2548

Abstract

The socialization of patchouli cultivation was conducted at Forest Park (Tahura) K.G.P.A.A. Mangkunagoro I, located at Mount Lawu, in Berjo Village, Ngargoyoso District Karanganyar Regency. Tahura K.G.P.A.A. Mangkunagoro I was divided into several zones. The most critical zone for the local community is the traditional zone. So far, the traditional zone was used by the community/forest farmers (pengaram) to plant grass (Pennisetum purpureum) under the main stand. The grass was planted mainly for animal feed or sale. During the dry season, the main problem was that the grass did not grow well. Thus, forest farmers do not have additional income from the traditional zone. For this reason, it was necessary to enrich understorey species that mainly have high economic and ecological values. One of the potential plants to be developed understands at traditional zone was patchouli (Pogostemon cablin Benth.). Patchouli is an essential oil-producing plant. It is easy to cultivate and has high economic value. The purpose of this community service was to provide knowledge to forest farmers about patchouli plants. The activities carried out in this program were providing counseling to forest farmers about the theory related to patchouli cultivation and its benefits, business opportunities, oil processing, and mentioned costs and income from patchouli cultivation. The result shows that the knowledge about patchouli cultivation was new for the forest farmers. Forest farmers and Tahura K.G.P.A.A. Mangkunagoro I staff showed interest in cultivating patchouli under forest stands in traditional zones.
ORGANIC RICE BUSINESS MODEL ANALYSIS USING CANVAS BUSINESS MODEL APPROACH: ANALISIS MODEL BISNIS BERAS ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL BISNIS KANVAS Edi Paryanto; Rizki Puspita Dewanti; Hardian Ningsih; Rysca Indreswari; Ana Agustina
Indonesian Journal of Economy, Business, Entrepreneurship and Finance Vol. 1 No. 3 (2021): Indonesian Journal of Economy, Business, Entrepreneuship and Finance
Publisher : Yayasan Education and Social Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53067/ijebef.v1i3.38

Abstract

The population of Indonesia is very large, which is 270.2 million people and the level of public awareness in consuming organic rice is getting higher, so it can be said to be a pretty good business prospect. This is an attraction to conduct a deeper and broader study of the organic rice business model that can be developed. The organic rice business at this time has not been widely seen by most farmers, this is due to the lack of knowledge of farmers in managing organic rice businesses and still lack of support from supporting institutions in developing this organic rice business. Therefore, there needs to be a special study of the organic rice business model which hopes to be a reference to the knowledge, replication and development of organic rice businesses of farmers in the future. The problems that will be examined are as follows: 1) How the existing organic rice business model, 2) How the capacity of the organic rice business in generating existing profits, 3) How the new organic rice business model is based on the results of the company's SWOT review at this time. Therefore the specific purpose of the research to be implemented is 1) Identifying existing organic rice business models using canvas business model approaches, 2) Identifying organic rice business capacity in generating profits using potter value chain approach, 3) Creating a new organic rice business model using canvas business model approach. This research approach used is qualitative descriptive research with case study methods. The research site was conducted at the Appoli Boyolali cooperative. The types of data needed are primary data and skunder with data collection techniques are document studies, in-depth interviews, questionnaires, and observations. Data sources come from documents, objects, events and sources / informants. Resource /informant selection technique by purposive sampling and snowball sampling. The data analysis technique in this study uses descriptive analysis techniques, namely by describing the nine elements of the Business Model Canvas, evaluation using SWOTs analysis as well as Porter value chain analysis. Based on the research that has been carried out obtained the following conclusions 1) the organic rice business model that now exists is quite good but still needs to be refined again. Some of the disadvantages are customer segments that have not been clearly defined, value propositions that have not been adequately branded, how to build relationships that have not been holistic, key activities that are not complete, governments that have not been intensively involved, and revenue streams that have not varied. 2) Business capacity measured based on porter value chain also shows that business capacity in generating margin still needs to be increased again. Both the main and supporting activities still need to be improved even though they cannot be done in a short period of time, 3). The new organic rice business model needs to be developed by APPOLI cooperatives by adding and correcting activities in the old business model with several strategies with reference to the utilization of the power they have to achieve existing opportunities.
Kajian Kualitas Minyak Serai Wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt.) pada CV AB dan PT. XYZ Jawa Barat Ana Agustina; Maryam Jamilah
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.947 KB) | DOI: 10.37637/ab.v4i1.681

Abstract

Minyak atsiri dapat dijumpai di berbagai jenis tanaman yang tersebar di seluruh dunia. Indonesia setidaknya memiliki 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri komersial. Minyak atsiri memiliki berbagai manfaat, yaitu sebagai bahan baku kosmetik, obat-obatan, parfum, lilin, dan flavor. Salah satu atsiri yang diproduksi di Indonesia adalah citronella oil, citronella oil termasuk salah satu jenis atsiri yang populer digunakan sebagai anti-nyamuk, anti-jamur, dan anti-oksidan. Meskipun di Indonesia sudah berkembang luas petani yang berkebun serai wangi dan mengolahnya hingga menghasilkan minyak, akan tetapi masih banyak di antara mereka yang memproduksi citronella oil yang belum memenuhi standar. Oleh sebab itu, perlu adanya kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas citronella oil yang dihasilkan oleh usaha perseorangan agar dapat memenuhi standar industri. Untuk mengetahui kandungan citronella oil, dilakukan pengujian GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citronella oil yang dihasilkan memiliki kadar sitronellal yang lebih rendah dibandingkan industri besar, yaitu 11.37%. Sedangkan standar minimal untuk sitronelal adalah 35%, hal ini diduga berkaitan dengan umur panen, kualitas tempat tumbuh, kualitas mesin, dan pretreatment.
Model Pengembangan Agribisnis Pertanian Terpadu dengan Pendekatan Klaster Pertanian Terpadu di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia Rysca Indreswari; Arip Wijianto; Mercy Bientri Yunindanova; Dwi Apriyanto; Ana Agustina; Raden Kunto Adi
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.584 KB) | DOI: 10.37637/ab.v5i1.834

Abstract

Salah satu konsep pengembangan UMKM Agribisnis adalah melalui pendekatan klaster. Akibat rendahnya akses terhadap informasi, teknologi, produksi, pemasaran, manajemen, dan permodalan, sehingga perlu adanya strategi dan upaya komprehensif dalam membangun dan memperkuat pengembangan UMKM. Pada penelitian ini akan dilakukan pemodelan terhadap pengembangan agribisnis pertanian terpadu dengan pendekatan klaster di Kabupaten Sukoharjo. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah melalui survey dan Focus Group Discussion (FGD). Kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan SWOT untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terjadi. Adapun sub klaster yang diamati adalah sub klaster peternakan, makanan olahan, jamur, dan pertanian organik. Dari hasil yang diperoleh sejauh ini keempat sub klaster mengalami permasalahan yang sama yaitu kurang terorganisir dengan baik, sehingga informasi terkait pengembangan usaha yang diperoleh pun menjadi kurang optimal. Meskipun pada dasarnya pemerintah setempat melalui Bappeda dan dinas terkait lainnya sudah cukup terlibat dalam meningkatkan pengembangan usaha UMKM ini.
Budidaya Lebah Klanceng sebagai Ekonomi Alternatif Masyarakat Sekitar KHDTK Gunung Bromo UNS Dwi Priyo Ariyanto; Ana Agustina; Widiyanto Widiyanto
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 5, No 1 (2021): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v5i1.45231

Abstract

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mempunyai hak pengelolaan atas Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Gunung Bromo UNS yang terletak di Kabupaten Karanganyar. Salah satu permasalahan dalam pengelolaan adalah masyarakat sekitar KHDTK Gunung Bromo UNS yang mata pencahariannya masih bergantung pada Hutan Gunung Bromo. Sebagian masyarakat di sekitar KHDTK Gunung Bromo UNS memanfaatkan beberapa lahan untuk kegiatan pertanian yang sangat dimungkinkan kerusakan lingkungan hutan akan terjadi. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dapat melalui usaha budidaya lebah madu klanceng. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dilaksanakan di KHDTK Gunung Bromo UNS dengan melibatkan Karang Taruna Kelurahan Gedong dan Karang Taruna Kelurahan Delingan, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan produktivitas masyarakat yang diikuti dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan melalui produksi lebah madu klanceng. Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan kelas dan praktik budidaya lebah klanceng. Kegiatan pengabdian yang telah dilaksanakan mendapatkan respon positif dari pihak masyarakat, hal ini ditunjukkan melalui antusias para peserta pelatihan budidaya lebah Klanceng. Bersama Pengelola KHDTK Gunung Bromo UNS, tim pengabdian telah membentuk Kelompok Tani Pengelola Lebah Klanceng. Meskipun saat ini belum ada peningkatan pendapatan yang dirasakan oleh masyarakat, akan tetapi kesesuaian lokasi dan teknik budidaya yang relatif mudah untuk dilakukan menjadi faktor pendukung dalam berkembangnya budidaya lebah klanceng di KHDTK Gunung Bromo UNS.
SIFAT FISIS KAYU MEDANG SEREH BERDASARKAN POSISI BATANG DAN BAGIAN KAYU TERAS DAN QUBAL: Physical Properties of Citronella Wood Based on the Position of the Trunk and the Heartwood and Sapwood Riana Anggraini; Rahma Nur Komariah; Ana Agustina
Jurnal Silva Tropika Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Silva Tropika
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jsilvtrop.v6i1.23472

Abstract

ABSTRACT Research on the introduction of medang wood is still limited, so it encourages to carry out research on types of medang wood such as the type of lemongrass medang wood which is a type of commercial wood from Jambi Province. One of the properties of wood that can be a reference in identifying lemongrass medang wood is the physical properties of wood based on the position of the trunk (base, middle and tip). This activity of identifying lemongrass medang wood will make it easier to identify the type of lemongrass medang wood with other types of medang wood. In addition, it will simplify the process of work and the purpose of using this type of wood. In connection with the above, this study was conducted which aimed to determine the physical properties of lemongrass medang wood in the position of the trunk (base, middle and end) and the heartwood and qubal. The physical properties of wood for fresh moisture content in heartwood at the base have the highest value of 84.43%, but have the lowest density and specific gravity values of 0.62 g / cm3 and 0.55. Based on the position of the wood in the trunk, the wood at the base has the lowest volume development and depreciation values of 9.75% and 10.50%. Timber at the end position has the highest development and depreciation values of 11.81% and 11.94%. The position of the wood on the trunk has an influence on fresh moisture content and volume development but does not affect the type of wood.   Keywords: heartwood, medang wood, physical properties, position of the trunk, sapwood   ABSTRAK Penelitian mengenai pengenalan kayu medang masih terbatas, sehingga mendorong untuk melaksanakan penelitian mengenai jenis kayu medang seperti jenis kayu medang sereh yang merupakan jenis kayu komersial dari Provinsi Jambi. Salah satu sifat kayu yang dapat menjadi acuan dalam mengidentifikasi kayu medang sereh ini adalah sifat fisis kayu berdasarkan posisi batang (pangkal, tengah dan ujung). Kegiatan identifikasi kayu medang sereh ini, maka akan mempermudah dalam pengenalan jenis kayu medang sereh dengan jenis kayu medang lainnya. Selain itu, akan mempermudah proses pengerjaan dan tujuan penggunaan jenis kayu tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui sifat fisis kayu medang sereh pada posisi batang (pangkal, tengah dan ujung) dan bagian kayu teras dan qubalnya. Sifat fisis kayu untuk kadar air segar pada kayu teras di bagian pangkal memiliki nilai tertinggi yaitu 84,43%, akan tetapi memiliki nilai kerapatan dan berat jenis terendah yaitu 0,62 g/cm3 dan 0,55. Berdasarkan posisi kayu dalam batang, kayu pada bagian pangkal memiliki nilai pengembangan dan penyusutan volume terendah yaitu 9,75% dan 10,50%. Kayu pada posisi ujung memiliki nilai pengembangan dan penyusutan tertinggi yaitu 11,81% dan 11,94%. Posisi kayu pada batang memiliki pengaruh terhadap kadar air segar dan pengembangan volume akan tetapi tidak berpengaruh terhadap tipe kayu.   Katakunci: kayu medang, posisi batang, qubal, teras
INISIASI DESA MANDIRI BERBASIS URBAN FARMING UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN DI ERA PANDEMI COVID-19 Rysca Indreswari; Mercy Bientri Yunindanova; Ana Agustina; Dwi Apriyanto; Edi Paryanto; Rizki Puspita Dewanti; Hardian Ningsih
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3 (2022): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract The Covid-19 pandemic that has emerged since the end of 2019 has threatened the issue of household food security. For this reason, food security must begin to be increased at the household level, both in rural and urban areas. Urban Farming is a concept of cultivating food crops carried out in urban areas. So far, urban farming has become a trend for food fulfillment in urban areas for plant and environmentalists due to technology that allows cultivation on limited land and with an aesthetic touch. With the Covid-19 pandemic, urban farming must be organized more seriously to achieve food security. For this reason, the authors with the Women Farmers Group (KWT) Ireng Manis from Temu Ireng hamlet, Tegal Gede village, Karanganyar regency will initiate an independent village based on urban farming to realize food security. The method used in this activity is Participatory Rural Appraisal (PRA). Participatory Rural Appraisal is an approach method in the process of empowering and increasing community participation, which emphasizes community involvement in the overall program of activities. There are four stages planned in this program, including: 1). socialization of urban farming concepts and provision of cultivation techniques for members of KWT Ireng Manis, 2). Arrangement of cultivation area with functional aesthetic concept, 3). Launching and promotion through social media, You Tube, print and online mass media, 4). Copyright registration and dissemination/publication of program results. The benefit of this program is the realization of an independent village based on urban farming to achieve food security. Abstrak Pandemi Covid-19 yang muncul sejak akhir tahun 2019 telah mengancam isu ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Untuk itu, kemandirian pangan harus mulai ditingkatkan kembali di level rumah tangga baik di pedesaan maupun perkotaan. Urban Farming merupakan suatu konsep budidaya tanaman pangan yang dilakukan di perkotaan. Selama ini urban farming menjadi tren pemenuhan pangan di perkotaan untuk para pencinta tanaman dan lingkungan dikarenakan teknologi yang memungkinkan budidaya di lahan terbatas dan dengan sentuhan estetik. Dengan pandemic Covid-19, urban farming harus diorganisir dengan lebih serius untuk mewujudkan ketahanan pangan. Untuk itu tim pengusul bersama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Ireng Manis Dukuh Temu Ireng, Kelurahan Tegal Gede, Kabupaten Karanganyar akan melakukan inisiasi desa mandiri berbasis Urban Farming untuk Mewujudkan ketahanan pangan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA). Participatory Rural Appraisal merupakan suatu metode pendekatan dalam proses pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, yang tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan program kegiatan. Terdapat empat tahapan yang direncanakan dalam program ini, meliputi: 1). sosialisasi konsep urban farming dan pembekalan teknik budidaya bagi anggota KWT Ireng Manis, 2). Penataan areal budidaya dengan konsep estetik fungsional, 3). Launching dan promosi melalui sosial media, You Tube, media massa cetak dan online, 4). Pendaftaran hak cipta dan diseminasi/ publikasi hasil program. Manfaat dari program ini adalah terwujudnya desa mandiri berbasis urban farming untuk mewujudkan ketahanan pangan.
ECOPRINT UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PENDAPATAN KWT PAGUYUBAN PETANI AL-BAROKAH DI KABUPATEN SEMARANG Yus Andhini Bhekti Pertiwi; Ana Agustina; Rissa Rahmadwiati; Supriyadi Supriyadi; Malihatun Nufus; Rezky Lasekti Wicaksono
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 3 (2023): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i3.14757

Abstract

Abstrak: Saat ini sandang bukan hanya sebagai kebutuhan primer, tetapi juga sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Ecoprint merupakan salah satu metode untuk mewarnai atau membuat motif pada kain yang saat ini digemari masyarakat. Produk ecoprint dapat menjadi salah satu sumber pendapatan yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi serta layak dikembangkan. Mitra kegiatan ini yaitu KWT Paguyuban Petani Al-Barokah, dengan jumlah peserta pelatihan 28 orang. Tujuan dari pelatihan ecoprint adalah para anggota akan berperan aktif dalam menjaga lingkungan dan bermuara pada peningkatan kreativitas dan pendapatan. Pelatihan dilakukan di Sekretariat Paguyuban Petani Al-Barokah Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Metode pelatihan yang digunakan adalah ceramah dan praktik. Sumber bahan baku ecoprint diperoleh dari lingkungan sekitar berupa daun dan bunga dari beragam tumbuhan yang dapat mengeluarkan pigmen warna/mengandung pewarna alam seperti jati, jarak, dll. Peserta tampak antusias dengan kegiatan ini dan merasa senang dan tertarik untuk memperdalam keterampilan ecoprint di masa mendatang. Peserta memperoleh pengetahuan dasar tentang ecoprint dan dapat menghasilkan produk kain dengan motif khas ecoprint.Abstract: Nowadays, clothing is not only a primary need, but has also become part of the lifestyle. Ecoprint is a method for coloring or making motifs on fabrics that are currently popular in public. Ecoprint process was environmentally friendly and the product has a high value, thus it has potency to be income source. Farmer’s women’s group Al-Barokah Farmers Association was the partner in this community services, in total there were 28 women who involve in this activity. The goal of the ecoprint training was that the members shows an active role in protecting the environment and lead to increased their creativity and income. The training was conducted at Secretariat of the Al-Barokah Farmers Association in Ketapang Village, Susukan District, Semarang Regency. The training method that used was lecture and practice. The source of ecoprint raw materials was obtained from the surrounding environment in the form of leaves and flowers of perennial plants which can secrete color pigments/contain natural dyes such as teak, jatropha, etc. Participants seemed enthusiastic about this activity and interested in deepening their ecoprint skills near future. Participants acquired ecoprint basic knowledge and able to produce ecoprint fabric.
PENDAMPINGAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI PENYADARTAHUAN STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) PRODUKSI DAN PENYEMPURNAAN KEMASAN PADA PRODUK OLAHAN MINUMAN JAHE INSTAN PADA KELOMPOK WANITA TANI D’SEKAR Yus Andhini Bhekti Pertiwi; Ana Agustina; Rissa Rahmadwiati; Rezky Lasekti Wicaksono; Dwi Apriyanto; Suroto Suroto
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 7 No 1 (2023)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/logista.7.1.128-136.2023

Abstract

Jahe merupakan jenis rimpang paling banyak dibudidayakan oleh petani hutan rakyat Desa Gempolan, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar. Pada umumnya, jahe di tanam di bawah tegakan tanaman keras melalui sistem agroforestri. Selama ini hasil panen berupa jahe segar dijual langsung ke pasar. Namun, seringkali harga jual di pasar fluktuatif sehingga petani enggan menjual pada saat tersebut. Apabila kondisi tersebut berkepanjangan, maka jahe yang disimpan akan busuk. Oleh karena itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) D’Sekar mengolah jahe menjadi produk minuman jahe instan agar dapat meningkatkan harga jual sekaligus memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga. Akan tetapi, hingga saat ini produk minuman jahe instan yang dibuat oleh KWT D’Sekar masih sangat sederhana dan belum menggunakan Standard Operasional Procedure (SOP) produksi, sehingga dalam mengontrol kualitas produksi tiap batch sulit dilakukan. Selain itu, kemasan yang digunakan masih sangat sederhana dan belum memiliki izin edar Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan meliputi penyuluhan, penawaran perbaikan kemasan produk minuman jahe instan, dan pendampingan dalam pengurusan PIRT. Melalui pengabdian kepada masyarakat, diharapkan akan meningkatkan produksi, daya jual dan pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan anggota KWT D’Sekar. Kata kunci: kewirausahaaan, SOP produksi, jahe instan, kemasan, kelompok wanita tani ABSTRACT Ginger was the most widely cultivated rhizome by private forest farmers in Gempolan Village. Kerjo District, Karanganyar Regency. Ginger was planted under forest stands though agroforesty. The harvested ginger was sold directly to the market. However, the ginger selling price was fluctuates, thus the farmers were reluctant to sell at that time. If this condition was prolonged, the stored ginger will rot. Therefore, the Woman Farmers Group (WFG) D’Sekar processes ginger into instant gingger drink product in order to increase the selling price while providing additional income for their family. However, instant gingger drink product that made by WFG D’Sekar was simple and not use production Standard Operating Procedure (SOP) yet. Therefore, controling the production quality of each batch was difficult. In addition, the packaging used was very simple and not yet have food distribution permit, Home Industry Food Production (HIFP). Though community service, it was expected to be able increase on instant gingger drink production, marketability, and lead into increasing family walfare of WFG D’Sekar members. Keywords: entrepreneurship, SOP of production, instant ginger, packaging, women farmers group
ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) WISATAWAN DALAM UPAYA PENGELOLAAN WISATA PENDAKIAN GUNUNG PUNDAK, TAMAN HUTAN RAYA RADEN SOERJO Nabela, Risma Nur Laili Salma; Rinjani, Richella Ramadhani Alam; Agustina, Ana; Supriyadi, Supriyadi; Fatma, Hilda Nuzulul
Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah Vol 18, No 1 (2024): Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah
Publisher : Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47256/kji.v18i1.362

Abstract

AbstractAnalysis of tourists' willingness to pay in efforts to manage Mount Pundak climbing tourism was carried out to find out how much or maximum tourists paid for natural tourism climbing Mount Pundak. Mount Pundak is one of the areas managed by the Raden Soerjo Grand Forest Park so it is still part of a conservation area. This research aims to identify the socio-economic characteristics of tourists on Mount Pundak climbing tours, to determine tourists' willingness to pay the entry ticket price for Mount Pundak climbing tours and what factors influence the willingness to pay of tourists on Mount Pundak climbing tours. The influencing factors were analyzed using multiple linear regression analysis with the SPSS program and using the Contingent Valuation Method (CVM) analysis technique. The research results show that the majority of male tourists are students with an income level of < IDR 1,000,000. Based on the results of the analysis of the calculation of the average Willingness to Pay value, the results obtained were IDR 15,920 per individual per visit and the factor that influenced the Willingness to Pay value was attractiveness.Keywords: Contingent Valuation Method; Mount Pundak; Tahura Raden Soerjo; Willingness to PayAbstrakAnalisis kesediaan membayar (Willingness to Pay) wisatawan dalam upaya pengelolaan wisata pendakian Gunung Pundak dilakukan untuk mengetahui seberapa besar atau maksimum yang wisatawan bayarkan untuk wisata alam pendakian Gunung Pundak. Gunung Pundak merupakan salah satu kawasan yang dikelola oleh Taman Hutan Raya Raden Soerjo sehingga masih menjadi bagian kawasan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi wisatawan wisata pendakian Gunung Pundak, untuk mengetahui kesediaan membayar wisatawan terhadap harga tiket masuk wisata pendakian Gunung Pundak dan faktor apa saja yang mempengaruhi kesediaan membayar wisatawan wisata pendakian Gunung Pundak. Faktor-faktor yang mempengaruhi dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan program SPSS dan menggunakan teknik analisis Contingent Valuation Method (CVM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan berjenis kelamin laki-laki berstatus pelajar dengan tingkat pendapatan < Rp 1.000.000. Berdasarkan hasil analisis perhitungan nilai rata-rata Willingness to Pay diperoleh hasil sebesar Rp 15.920 per individu per kunjungan dan faktor yang mempengaruhi nilai Willingness to Pay adalah daya tarik.Kata Kunci: Contingent Valuation Method; Gunung Pundak; Tahura Raden Soerjo; Willingness to Pay