Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KONSUMSI ZAT BESI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI Megawati, Meti; Kuswandi, Asep
Media Informasi Vol 14, No 1 (2018): BULETIN MEDIA INFORMASI
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.415 KB)

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh konsumsi zat besi terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri di MA Athoriyah Kecamatan Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya tahun 2017. Penelitian menggunakan quasi eksperimen (pra-eksperimen) one-group pre-post test design. Populasi adalah seluruh remaja putri di MA Athoriyah Cikatomas kelas XII. Sampel didapatkan 50 orang, diambil dengan teknik total sampling.  Data diuji menggunakan analisis uji T-dependen, serta regresi linier ganda. Hasil penelitian dari 50 orang responden sebelum diberikan tablet Fe, terjadi anemia sebanyak 26 orang (52%), dan setelahnya 15 orang (35%). Hasil uji statistik didapatkan p=0,000, dapat disimpulkan ada perbedaan yang signikan antara kadar Hb sebelum dan sesudah pemberian tablet Fe. Hasil analisis bivariat didapatkan variabel pola makan (p=0,837), pola menstruasi (p=0,569), status gizi (p=0,358), dan pengetahuan (p=0,166). Diharapkan bagi bidang promosi kesehatan dan gizi pada Puskesmas Wilayah Binaan Kecamatan Cikatomas berkoordinasi menindaklanjuti kegiatan pemberian tablet Fe di Sekolah-sekolah.
Pengaruh Relaksasi Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Sebuah Rumah Sakit di Tasikmalaya Asep Kuswandi; Ratna Sitorus; Dewi Gayatri
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 12 No 2 (2008): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v12i2.208

Abstract

AbstrakTeknik relaksasi dapat menurunkan kadar gula darah pasien melalui penurunan stres. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kadar gula darah pasien diabetes mellitus sebelum dan sesudah relaksasi di salah satu rumah sakit di Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen menggunakan kontrol. Sampel berjumlah 100 responden, terdiri dari masing-masing 50 responden pada kelompok intervensi kontrol. Perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah latihan relaksasi dengan diuji dengan paired-sample T test. Hasil menunjukkan terjadi penurunan kadar gula darah Rerata sebesar 53,6 mg/dL sesudah relaksasi, dengan nilai p = 0,000. Angka penurunan tertinggi terjadi pada hari ketujuh relaksasi dan angka terendah terjadi pada hari ketiga. Penelitian ini menyimpulkan relaksasi dapat menurunkan kadar gula darah pasien diabetes mellitus. AbstractRelaxation is a basic nursing intervention of to decrease the blood glucose level of diabetes mellitus patients. The aim of this study was to compare blood glucose level before and after relaxation on the experiment and control group of type 2 diabetes mellitus patients at a hospital in Tasikmalaya, West Java. This quasi experiment study with control group involved 100 participants, divided equally into the experiment and control group. Fifty participants were trained the relaxation technique whilst the control group didn’t. The difference of blood glucose level before and after relaxation was examined by the pairedsample T test. The blood level serum were significantly decreased about 53,6 mg/dL after relaxation with p value 0,000. The decreasing rate reached its highest on seventh day after relaxation whereas the lowest was on the third day after relaxation. In conclusion, relaxation can decrease the blood glucose level of the diabetic mellitus type 2 patients.
Efektivitas Kompres Iodine Terhadap Zona Hambat Staphylococcus Aureus Pada Ulkus Diabetikum Asep Kuswandi; Kusmiyati Kusmiyati; Holikin Holikin
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 16 No 3 (2013): November
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v16i3.323

Abstract

AbstrakUlkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronis diabetes melitus dan menjadi penyebab amputasi kaki. Infeksi pada ulkus tersebut umumnya disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Salah satu teknik pencegahan amputasi kaki diabetes adalah perawatan ulkus. Berbagai jenis bahan kompres ulkus diabetikum yang telah dikenal selama ini adalah:kompres madu, gula, Iodine, dan NaCl 0,9%. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas bahan kompres ulkus terhadap daya hambat Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen in vitro menggunakan satu faktor perlakuan yaitu zona hambat bahan kompres terhadap Staphylococcus aureus pada ulkus diabetikum. Enam jenis bahan yang diuji adalah aquadest, gula, Iodine 10%, campuran gula dan Iodine 10 %, madu, dan NaCl 0,9 %. Eksperimen dilakukan sebanyak 10 kali untuk mengetahui rerata luas daya hambatnya selama 24 jam. Sampel diambil dari ulkus diabetikum. Staphylococcus aureus diisolasi dari ulkus tersebut untuk eksperimen dengan berbagai bahan kompres ulkus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona hambat madu rata-rata sebesar 0,4 mm, gula 3,0 mm, aquadest 0,0 mm, NaCl 0,9% 0,0 mm, Iodine 10% 8,3 mm dan campuran gula-Iodine 6,0 mm. Zona hambat terluas dihasilkan dari uji menggunakkan Iodine 10% (8,3 mm). Sementara campuran gula Iodine 10% menghasilkan zona hambat seluas 6 mm dan gula menghasilkan 3 mm. Penelitian ini merekomendasikan jika ditemukan Staphylococcus aureus maka dilakukan kompres Iodine 10% dengan kasa steril. Penelitian selanjutnya dengan metode in vivo perlu dilakukan untuk mengetahui efektifitas cairan Iodine pada ulkus diabetikum.Kata Kunci: kompres ulkus, staphylococcus aureus, ulkus diabetikum, zona hambatAbstractEffectivity of Iodine Compress to Blocking Zone of Staphylococcus aureus in Diabetes Ulcers. Diabetic foot ulcers is one of diabetes chronic complications that might lead to leg amputations. Staphylococcus aureus is known as the cause of infection in diabetic foot ulcers. One of techniques to prevent diabetic foot amputations is wound care. Various materials are known to be used to compress diabetic foot ulcers. These include of using honey, sugar, 10% of Iodine and 0.9% of NaCl. This study aimed ttify to identify the effectiveness of various wound care materials to block Staphylococcus aureus. This is an in vitro experiment study to investigate the effetiveness of six wound care materials used to wounds compress: distilled water, sugar, 10% of Iodine, a mixture of sugar and Iodine, honey and 0.9% of NaCl. Experiments were carried out in 10 times to determine the average size of block area in 24 hours. Staphylococcus aureus were isolated and soiled with various wound compressss materialls. The results showed that honey produced 0.4 mm of a blocking zone, 3.0 mm for glucose, 0.0 mm for distilled water, 0.0 mm for 0.9% of NaCl, 8.3 mm for 10% of Iodine, and 6.0 mm for mixed-Iodine Sugar. Ten percents of Iodine produced the widest zone to block Staphylicoccus aureus. This study recommends of apllying a 10% of Iodine compress if there is a positive culture of Staphylococcus aureus. A further in vivo study is a necessity to investigate the effectiveness of Iodine to diabetes foot ulcers.Keywords: blocking zone, diabetic foot ulcers, Staphylococcus aureus, wound compress
IbM PEMBUATAN BERAS KENCUR INSTAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN EKONOMI KELUARGA DI KELURAHAN KAHURIPAN KECAMATAN TAWANG KOTA TASIKMALAYA Lingga Ikaditya; Asep Kuswandi; Adi Wibowo
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 1, No 1 (2018): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.121 KB) | DOI: 10.31764/jces.v1i1.157

Abstract

Abstrak: Obat tradisional yang sering disebut dengan jamu umumnya khasiat manfaatnya berdasarkan terapi empiris yang merupakan warisan nenek moyang. Pemanfaatan obat tradisional sebagai upaya peningkatan kesehatan masih rendah dan lebih banyak dikonsumsi oleh orang tua dan kondisi ekonomi menengah ke bawah. Aspek yang menyebabkan kurangnya konsumsi jamu adalah proses pengolahan membutuhkan proses lama. Salah satu tanaman yang sudah dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah kencur. Pengolahan kencur secara tradisional sebagai terapi herbal yaitu beras kencur. Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan warga dan meningkatkan kemandirian warga secara ekonomi dengan pengolahan beras kencur instan yang memiliki nilai jual tinggi sehingga pemanfaatannya dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan menawarkan produk sehat, aman dan praktis. Metode yang digunakan yaitu melalui transfer ilmu melaui penyuluhan serta demonstrasi. Khalayak sasaran dari Program Pengabdian Masyarakat berbasis Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini adalah Masyarakat Kelurahan Kahuripan, yang merupakan masyarakat tidak produktif secara ekonomis. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian masyarakat adalah peningkatan pengetahuan kader dalam pemanfaatan produk herbal dan pengolahannya sehingga dapat dihasilkan produk beras kencur instan yang memiliki nilai jual, Kata Kunci: IbM, Kelurahan Kahuripan, Beras Kencur Instan  Abstract: Traditional medicine is often called Jamu has efficacy based on empirical therapy from the ancestral heritage. The use of traditional medicine to maintain or improve health condition are still low and just consumed by the elderly and low economic. The lack of consumption of Jamu caused by its production that requires a long process. One of the plants that have been used as medicinal plants is Kencur (Kaemferia galanga L.). Kencur traditionally used as a herbal therapies such as Beras Kencur. Therefore, this study aims to improve the health status of citizens and increase the citizens economically with the application of science and technology in the field of pharmacy through knowledge transfer to produce Beras Kencur instant into refined products that more valuable so that utilization can reach the whole community by offering healthy products, safe and simple. The method used is to provide guidance to the group through the transfer of knowledge through counseling and demonstration. The target of science and technology based Community Service Program for the Community (IbM) is Kahuripan Urban Village Society, which is not economically productive society. Results obtained from this activity is the increase of knowledge and skill of the group in the use of Jamu and how to process it, so they can produce Beras Kencur instant that more valuable.Keywords: IbM, Kelurahan Kahuripan, Beras Kencur Instan
PENGARUH BUAH OKRA (Abelmoschus Esculantus)TERHADAP INSULIN C-PEPTIDA TIKUS PUTIH WISTAR (Rattus norvegicus) DIABETES YANG DIINDUKSI DENGAN STREPTOZOTOCIN Asep Kuswandi; Unang Arifin Hidayat
Pharmacoscript Vol. 4 No. 1 (2021): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v4i1.647

Abstract

Kejadian diabetes mellitus diakibatkan oleh beberapa faktor risiko baik itu yang bisa dikendalikan maupun yang tidak bisa dikendalikan. Usaha pengendalian bisa dilakukan baik secara farmakologi atau nonfarmakologi. Tatalaksana pengobatan diabetes mellitus tipe 2 dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi sel beta pankreas dalam mengsekresikan insulin serta meningkatkan sensitivitas reseptor insulin pada sel. Sedangkan untuk tatalaksana nonfarmakologi umumnya dilakukan dengan mengkonsumsi bahan yang dapat menekan faktor pencetus kejadian tersebut. Okra (Abelmoschus esculentus) merupakan tanaman yang secara empiris telah terbukti dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit diabetes mellitus, namun pembuktian secara ilmiah dari efektivitas tanaman ini masih sangat kurang. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait pengaruh ekstrak buah okra terhadap kadar insulin c-peptida dan kadar gula darah pada tikus diabetes mellitus yang diinduksi dengan streptozotosin intraperitoneal dalam rentang waktu 25 hari. Kadar c-peptida diukur pada hari ke 25 dengan metode Electro Chemiluminesencent Immune Assay (ECLIA). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunujukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna pada kadar insulin c-peptida pada semua kelompok uji (0,01 ng/ml). Hasil yang mengesankan diperoleh bahwa okra kering memiliki efek lebih kuat dibandingkan metformin (p = 0,002), okra cair (p = 0,754), dan blangko (p = 0.01) dalam menurunkan kadar gula darah. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa ekstrak okra baik kering (serbuk) atau cair dapat menurunkan kadar gula darah pada tikus DM yang diinduksi dengan streptozotosin.
KONSUMSI ZAT BESI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI Meti Megawati; Asep Kuswandi
Media Informasi Vol 14, No 1 (2018): BULETIN MEDIA INFORMASI
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.415 KB) | DOI: 10.37160/bmi.v14i1.167

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh konsumsi zat besi terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri di MA Athoriyah Kecamatan Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya tahun 2017. Penelitian menggunakan quasi eksperimen (pra-eksperimen) one-group pre-post test design. Populasi adalah seluruh remaja putri di MA Athoriyah Cikatomas kelas XII. Sampel didapatkan 50 orang, diambil dengan teknik total sampling.  Data diuji menggunakan analisis uji T-dependen, serta regresi linier ganda. Hasil penelitian dari 50 orang responden sebelum diberikan tablet Fe, terjadi anemia sebanyak 26 orang (52%), dan setelahnya 15 orang (35%). Hasil uji statistik didapatkan p=0,000, dapat disimpulkan ada perbedaan yang signikan antara kadar Hb sebelum dan sesudah pemberian tablet Fe. Hasil analisis bivariat didapatkan variabel pola makan (p=0,837), pola menstruasi (p=0,569), status gizi (p=0,358), dan pengetahuan (p=0,166). Diharapkan bagi bidang promosi kesehatan dan gizi pada Puskesmas Wilayah Binaan Kecamatan Cikatomas berkoordinasi menindaklanjuti kegiatan pemberian tablet Fe di Sekolah-sekolah.
Karakteristik Histopatologi dan Stadium Klinis Kanker Nasofaring Asep Kuswandi; Nisa Habibah Kuswandi; Muslim Kasim; Tan’im Tan’im; Mardheni Wulandari
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 9 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Keperawatan Sandi Karsa (Merger) Politeknik Sandi Karsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35816/jiskh.v11i1.259

Abstract

Background: Nasopharyngeal Cancer is an endemic disease in Southeast Asian and China. The incidence of nasopharyngeal cancer will raise at 30 years old and will reach its peak in 46 – 55 years old. The incidence of nasopharyngeal cancer is 2 – 3 fold higher in man. Nasopharyngeal cancer patients are usually diagnosed at a late stage so they have a bad prognosis. Based on the problem above the author want to study the Characteristic of Histopathology and Clinical Stage of Nasopharyngeal Cancer in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Period 2016 – 2019. Aims: This study wants to know about the Characteristic of Histopathology and Clinical Stage of Nasopharyngeal Cancer, the frequency distribution of Nasopharyngeal Cancer based on gender and age in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahu 2016-2019. Methods: This study used a retrospective descriptive study with 63 patients in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Period 2016 – 2019.Result: Based on the obtained data, the number of nasopharyngeal cancer cases in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Period 2016 – 2019 increased annually. The total samples that were used in this study were 63 samples. The highest distribution of nasopharyngeal cancer which is sorted by age is the group of 46 – 55 years old with 28.6%. The highest distribution of nasopharyngeal cancer which is sorted by sex is the man with 65%. The highest distribution of nasopharyngeal cancer which is sorted by Histopathology classification is Nonkeratinizing Cell Carcinoma – Undifferentiated subtype with 71.4%. The highest distribution of nasopharyngeal cancer which is sorted by the clinical stage is Stage III with 63.3%. Conclusion: This study reveals the Characteristic of Histopathology and Clinical Stage of Nasopharyngeal Cancer, the frequency distribution of Nasopharyngeal Cancer based on gender and age in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahu 2016-2019.
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Penanganan Diare Pada Balita Di RW 04 Desa Galaherang Kecamatan Maleber Kabupaten Kuningan Musfiratu 'Azma; Asep Kuswandi; Imat Rochimat; Dini Mariani
Media Informasi Vol. 20 No. 1 (2024): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v20i1.452

Abstract

Latar Belakang : Penyakit diare adalah penyakit dimana feses menjadi lebih encer dengan frekuensi 3 kali sehari disertai dengan atau tanpa darah atau lendir. Penyakit diare sering dijumpai pada balita yang awalnya tampak sehat. Kasus diare di Kuningan pada tahun 2022 mencapai 5146 kasus dan kasus diare di Desa Galaherang tahun 2022 mencapai 158 kasus. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare pada balita di RW 04 Desa Galaherang Kecamatan Maleber Kabupaten Kuningan. Metode : Penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data penelitian dilakukan secara cross sectional berdasarkan hasil survey dan wawancara menggunakan kuisioner kepada ibu yang memiliki balita di RW 04 Desa Galaherang Kecamatan Maleber Kabupaten Kuningan. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling sejumlah 74 ibu. Hasil : Ibu yang memiliki balita yang pernah mengalami diare dengan mayoritas tingkat pengetahuan baik sebanyak 40 orang (54,1%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu balita tentang penanganan diare pada balita di RW 04 Desa Galaherang Kecamatan Maleber Kabupaten Kuningan dalam kategori baik yaitu sebanyak 40 orang (54,1%).
Biomolecular Mechanism of Herbal Medicine on Muscle Atrophy in Type 2 Diabetes Mellitus Rats: Systematic Review Kuswandi, Asep; Ikram, NKK; Muchtaridi, Muchtaridi
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 11, No 1 (2024)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijpst.v11i1.50895

Abstract

Musculoskeletal atrophy causes an increase in advanced glycation end products, a proinflammatory phenotype, and oxidative stress, which can lead to micro- and macrovascular complications.This can cause loss of skeletal muscle mass, strength, and function, potentially leading to sarcopenia. Herbal medicines have been proven to be able to treat various diseases in humans, herbal medicines have the potential to increase skeletal muscle mass. There are various genes that have been induced by herbal medicines to prevent muscle atrophy in chronic diseases. It is necessary to explain the molecular mechanisms of the role of herbal medicines in preventing muscle atrophy due to chronic diseases. This study explores the biomolecular mechanisms of each herbal medicine based on the pathways of inflammation, protein synthesis, apoptosis, autophagy, and glucose uptake in T2DM mice. The research results show that herbal medicine can potentially activate 81 gene expressions that can prevent muscle atrophy in T2DM mouse models. Keywords: biomolecular, herbal medicine, musculoskeletal atrophy, type 2 diabetes 
Karakteristik Histopatologi dan Stadium Klinis Kanker Nasofaring Asep Kuswandi; Nisa Habibah Kuswandi; Muslim Kasim; Tan’im Tan’im; Mardheni Wulandari
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 9 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Keperawatan Sandi Karsa (Merger) Politeknik Sandi Karsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35816/jiskh.v11i1.259

Abstract

Background: Nasopharyngeal Cancer is an endemic disease in Southeast Asian and China. The incidence of nasopharyngeal cancer will raise at 30 years old and will reach its peak in 46 – 55 years old. The incidence of nasopharyngeal cancer is 2 – 3 fold higher in man. Nasopharyngeal cancer patients are usually diagnosed at a late stage so they have a bad prognosis. Based on the problem above the author want to study the Characteristic of Histopathology and Clinical Stage of Nasopharyngeal Cancer in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Period 2016 – 2019. Aims: This study wants to know about the Characteristic of Histopathology and Clinical Stage of Nasopharyngeal Cancer, the frequency distribution of Nasopharyngeal Cancer based on gender and age in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahu 2016-2019. Methods: This study used a retrospective descriptive study with 63 patients in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Period 2016 – 2019.Result: Based on the obtained data, the number of nasopharyngeal cancer cases in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Period 2016 – 2019 increased annually. The total samples that were used in this study were 63 samples. The highest distribution of nasopharyngeal cancer which is sorted by age is the group of 46 – 55 years old with 28.6%. The highest distribution of nasopharyngeal cancer which is sorted by sex is the man with 65%. The highest distribution of nasopharyngeal cancer which is sorted by Histopathology classification is Nonkeratinizing Cell Carcinoma – Undifferentiated subtype with 71.4%. The highest distribution of nasopharyngeal cancer which is sorted by the clinical stage is Stage III with 63.3%. Conclusion: This study reveals the Characteristic of Histopathology and Clinical Stage of Nasopharyngeal Cancer, the frequency distribution of Nasopharyngeal Cancer based on gender and age in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahu 2016-2019.