Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGARUH BUAH OKRA (Abelmoschus Esculantus)TERHADAP INSULIN C-PEPTIDA TIKUS PUTIH WISTAR (Rattus norvegicus) DIABETES YANG DIINDUKSI DENGAN STREPTOZOTOCIN Asep Kuswandi; Unang Arifin Hidayat
Pharmacoscript Vol. 4 No. 1 (2021): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v4i1.647

Abstract

Kejadian diabetes mellitus diakibatkan oleh beberapa faktor risiko baik itu yang bisa dikendalikan maupun yang tidak bisa dikendalikan. Usaha pengendalian bisa dilakukan baik secara farmakologi atau nonfarmakologi. Tatalaksana pengobatan diabetes mellitus tipe 2 dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi sel beta pankreas dalam mengsekresikan insulin serta meningkatkan sensitivitas reseptor insulin pada sel. Sedangkan untuk tatalaksana nonfarmakologi umumnya dilakukan dengan mengkonsumsi bahan yang dapat menekan faktor pencetus kejadian tersebut. Okra (Abelmoschus esculentus) merupakan tanaman yang secara empiris telah terbukti dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit diabetes mellitus, namun pembuktian secara ilmiah dari efektivitas tanaman ini masih sangat kurang. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait pengaruh ekstrak buah okra terhadap kadar insulin c-peptida dan kadar gula darah pada tikus diabetes mellitus yang diinduksi dengan streptozotosin intraperitoneal dalam rentang waktu 25 hari. Kadar c-peptida diukur pada hari ke 25 dengan metode Electro Chemiluminesencent Immune Assay (ECLIA). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunujukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna pada kadar insulin c-peptida pada semua kelompok uji (0,01 ng/ml). Hasil yang mengesankan diperoleh bahwa okra kering memiliki efek lebih kuat dibandingkan metformin (p = 0,002), okra cair (p = 0,754), dan blangko (p = 0.01) dalam menurunkan kadar gula darah. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa ekstrak okra baik kering (serbuk) atau cair dapat menurunkan kadar gula darah pada tikus DM yang diinduksi dengan streptozotosin.
Pelatihan Kader Posyandu di Wilayah Kelurahan Kersanegara Kecamatan Cibeureum Tasikmalaya Ai Cahyati; Sofia Februanti; Unang Arifin Hidayat
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2019): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (849.311 KB) | DOI: 10.35568/abdimas.v2i1.303

Abstract

Purpose of this community service activity is to improve the empowerment of the community in transferring information and skills from officers to the community and among fellow citizens and to bring basic health services especially related to the reduction of maternal mortality rate (MMR), infant mortality rate (IMR) and under-five mortality rate and to achieve the goals of Healthy Cities. The target to be achieved is that cadres can increase their knowledge and skills in carrying out posyandu activities independently. The method used is to provide cadre training with the number of hours of training for 3 days @ 5 hours of training (45 minutes per hour of training). The participants were posyandu cadres in the area of ??Kersanagara Village, Cibeureum District, Tasikmalaya City, as many as 22 people. Cadres are given a pretest at the beginning of the meeting and post-test at the end of the meeting as an evaluation of the activities carried out. Facilities and infrastructure to be used LCD, laptop, mic, TOA, posyandu cadre training modules & materials, posyandu props, sphygmomanometer, stethoscope, weighing scales, dacin scales, metlines. The results of cadre refresher activities were an increase in knowledge after training with an average pretest score of 68, post-test 80, so that the average increase in knowledge was 11 points. Cadres can also practice blood pressure measurement, weighing using dacin, system posyandu 5 table practices, counseling practices and recording reporting. The output of this community service activity is the production of modules and the publication of the results of community service activities. Facilities and infrastructure so that they can be equipped so that posyandu services can be optimized. Posyandu cadres further increase motivation to conduct counseling.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Scabies dengan Kejadian Penyakit Scabies pada Santri Manbaul Ulum Unang Arifin Hidayat; Asep AS Hidayat; Yanyan Bahtiar
Jurnal Keperawatan Galuh Vol 4, No 2 (2022): Juli
Publisher : Universitas Galuh Ciamis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jkg.v4i2.7817

Abstract

Penyakit Scabies merupakan penyakit kulit yang menular dimana penularan akan semakin cepat pada sekumpulan orang yang tinggal bersama, seperti pada santri di pondok pesantren. Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian Scabies pada santri di Pesantren Manbaul Ulum Jamanis Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian menggunakan analitik komperatif dengan cross sectional pada 68 sampel. Pengambilan sampel secara acak sederhana. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian adalah sebagain besar tingkat pengetahuan kategori kurang (61,8%) dan kejadian scabies lebih dari setengahnya (51,5%). Hasil uji Chi-square diperoleh nilai r=0,001 (r<0,05), berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit scabies pada santri. Pengetahuan santri tentang pencegahan, cara penularan, upaya pengobatan, serta menjaga kebersihan diri maupun lingkungan diharapkan mampu menekan bahkan meniadakan prevalensi scabies di pesantren. Simpulannya adalah pengetahuan santri tentang scabies berhubungan erat dengan kejadian scabies. Penulis menyarankan pada pengelola pesantren untuk memasukan materi kesehatan dengan kajian nilai-nilai islam terutama kebersihan diri dan lingkungan pada kurikulum pesantren.
THE RELATIONSHIP BETWEEN NURSE CARING BEHAVIOR AND ANXIETY LEVEL OF PATIENTS IN THE INTENSIVE CARE UNIT (ICU) : LITERATURE REVIEW YANTI CAHYATI; Budi Sanjaya; Ida Rosdiana; Dimas Prakasa; Yudi Triguna; Unang Arifin Hidayat
Jurnal Keperawatan Malang Vol 8 No 1 (2023): Jurnal Keperawatan Malang (JKM)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat STIKes Panti Waluya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36916/jkm.v8i1.207

Abstract

Background: Anxiety often occurs in families who accompany patients during treatment in the ICU. This is because someone treated in the ICU is in a sudden, unplanned state. This causes stressors for patients and their families. Nurse intervention can reduce patient and family stressors by providing good health services and focusing on patient-caring behavior. Purpose: This research from the literature review aims to explain the relationship between the caring behavior of nurses and the level of anxiety of patients and families in the Intensive Care Unit Room. Method: The method used is a literature review. The procedure for searching and selecting articles was based on Preferred Reporting Items for Systematic Reviews & Meta-Analyses (PRISMA), so four articles were obtained for analysis in the database used in this study, namely Google Scholar, which was limited to publication in the last five years from 2018 to 2023, full-text articles in English. English and Indonesian. Results: The review results of the four articles stated that the analysis of the Univariate and Bivariate statistical tests explained a correlation between respondents' perceptions of nurse caring and the level of anxiety in patients and families with a P value <0.05. Discussion: Nurses providing nursing care are able to provide care with affection, understanding, problem-solving, giving support, giving appreciation, giving attention, and communication which can provide a sense of security and comfort for patients and their families. The existence of sufficient caring behavior from nurses will minimize the incidence of anxiety. Conclusion: There is a relationship between caring behavior and decreased family anxiety in patients treated in the ICU
DEMONSTRASI AKTIVITAS FISIK JALAN KAKI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI DIABETES MELITUS Juantika, Noni; Badriah, Siti; Riyana, Asep; Hidayat, Unang Arifin
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 20, No 2 (2024)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/jkki.v20i2.12647

Abstract

Diabetes Mellitus is a chronic disease caused by the body's inability to produce the hormone insulin Currently Indonesia is in fifth position with the number of diabetics as many as 19.47 million out of 179.72 million population. The purpose of writing this scientific paper is to provide an overview of family nursing care by providing education through demonstrations of walking physical activity to improve family ability to care for family members who have Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus is a high blood glucose level caused by the inability of the pancreas to secrete insulin. Signs and symptoms of Diabetes Mellitus include polyuria, polyphagia and polydipsia. The research method of this scientific paper is to use a qualitative case study design method, namely analyzing the application of walking physical activity by the family to reduce blood sugar levels for 5 days with a frequency of 1 time a day for 30 minutes, data collection is carried out before and after education through demonstration of walking physical activity. The results showed an increase in family independence in caring for family members with Diabetes Mellitus, which is at level III independence with 6 criteria. The conclusion is that education through demonstration of walking physical activity is effective for improving the ability of families to care for family members with Diabetes Mellitus, but depends on family understanding which can affect the success of therapy. for further researchers, it is hoped that it can improve educationalmethods about the application of walking physical activity to families so that families are maximized in doing walking physical activity, so that maximum results are obtained.
Implementasi Kebijakan Tatalaksana COVI-19 dan Dampaknya terhadap Burnout Pelaksana di Tingkat Puskesmas Kartilah, Tetet; Februanti, Sofia; Hidayat, Unang Arifin
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tracking, tracing dan isolasi mandiri penderita covid-19 merupakan upaya tatalaksana terpilih dari seluruh negara didunia untuk pencegahan dan pemutusan rantai penularan. Implementasi kebijakan tatalaksana covid 19 di puskesmas perlu dievaluasi, untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan dampak kontraproduktifnya, karena kasus sejenis dapat terjadi kapan saja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak implementasi kebijakan tata laksana covid-19 meliputi tracking,tracing dan isolasi terhadap burnout tenaga kesehatan sesuai dengan pengalaman pelaksana. Metoda penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari 24 orang informan terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas, tenaga surveilans dan tenaga kesehatan, masyarakat penyintas covid 19 di lima puskesmas, serta 124 tenaga kesehatan yang ditentukan secara purposive. Data dikumpulkan melalui wawancara, diskusi kelompok terarah, observasi dan studi dokumentasi. Analisa data menggunakan teknik kualitatif melalui reduksi, dan interpretasi data, validasi data dengan triangulasi terhadap sumber data dan metode, serta menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan implementasi pelacakan kontak erat dan pemantauan isolasi mandiri serta vaksinasi tahun 2020 sampai Juni 2022 belum mencapai target. Pelaksana sudah memahami kebijakan sesuai fungsi pelaksana sehingga disadari sebagai tanggung jawab profesi. Kebijakan tatalaksana dikomunikasikan secara berjenjang dan bertahap sesuai kebijakan nasional yang berlaku secara struktural direktif. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dilakukan secara internal dan eksternal. Terbatasnya jumlah tenaga teknis pelaksana, dan belum terintegrasinya sistem informasi menyebabkan tingkat burnout mayoritas pelaksana kategori rendah sampai sedang, artinya tenaga kesehatan merasakan adanya tuntutan tugas yang tinggi dan mengganggu pikiran, dan waktu istirahat tetapi tidak mengganggu tugas, karena tata nilai budaya saling membantu dan ikhlas berkorban sebagai bentuk ibadah menjadi motivasi kuat pelaksana tugas.
THE RELATIONSHIP BETWEEN NURSE CARING BEHAVIOR AND ANXIETY LEVEL OF PATIENTS IN THE INTENSIVE CARE UNIT (ICU) : LITERATURE REVIEW CAHYATI, YANTI; Sanjaya, Budi; Rosdiana, Ida; Prakasa, Dimas; Triguna, Yudi; Hidayat, Unang Arifin
Jurnal Keperawatan Malang Vol 8 No 1 (2023): Jurnal Keperawatan Malang (JKM)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat STIKes Panti Waluya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36916/jkm.v8i1.207

Abstract

Background: Anxiety often occurs in families who accompany patients during treatment in the ICU. This is because someone treated in the ICU is in a sudden, unplanned state. This causes stressors for patients and their families. Nurse intervention can reduce patient and family stressors by providing good health services and focusing on patient-caring behavior. Purpose: This research can explain the relationship between nurses' caring behavior and the anxiety level of patients and their families in the Intensive Care Unit Method: The method used is a literature review. The procedure for searching and selecting articles was based on Preferred Reporting Items for Systematic Reviews & Meta-Analyses (PRISMA), so four articles were obtained for analysis in the database used in this study, namely Google Scholar, which was limited to publication in the last five years from 2018 to 2023, full-text articles in English. English and Indonesian. Results: The review results of the four articles stated that the analysis of the Univariate and Bivariate statistical tests explained a correlation between respondents' perceptions of nurse caring and the level of anxiety in patients and families with a P value <0.05. Discussion: Nurses providing nursing care are able to provide care with affection, understanding, problem-solving, giving support, giving appreciation, giving attention, and communication which can provide a sense of security and comfort for patients and their families. The existence of sufficient caring behavior from nurses will minimize the incidence of anxiety. Conclusion: There is a relationship between caring behavior and decreased family anxiety in patients treated in the ICU
SOSIALISASI GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PESANTREN MANBAUL ULUM KABUPATEN TASIKMALAYA Asep Riyana; Hidayat, Unang Arifin; A.S Hiadayat, Asep
Edukasi Masyarakat Sehat Sejahtera (EMaSS) : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2024): Januari
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/emass.v6i1.333

Abstract

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian. GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin. Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan saat ini juga, dan tidak membutuhkan biaya yang besar, tutur Menkes. GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mensosialisasikan program yang telah dibuat oleh pemerintah sehingga tercapai kebiasaan baik di masyarakat dengan kebiasaan gerakan hidup masyarakat sehat. Berdasarkan studi pendahuluan ke puskesmas Jamanis, ternyata program ini belum tersosialisasikan baik kepada petugas puskesmas Jamanis maupun ke masyarakat. Sehingga kami merasa perlu untuk mensosialisasikan GERMAS untuk membantu program pemerintah agar tercapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal khususnya di Pesantren Manbaul Ulum Kabupaten Tasikmalaya.
Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi di Klinik Psikiatri RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Kustiawan, Ridwan; Peni Cahyati; Iwan Somantri; Heri Djamiatul Maulana; Unang Arifin Hidayat
Media Informasi Vol. 20 No. 2 (2024): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v20i2.580

Abstract

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood)  Pengetahuan keluarga mengenai depresi merupakan awal usaha dalam memberi iklim yang kondusif bagi anggota keluarganya. Keluarga selain dapat meningkatkan dan mempertahankan kesehatan jiwa anggota keluarganya juga dapat menjadi sumber masalah bagi anggota keluarga yang mengalami ketidak stabilan mental sebagai akibat minimnya pengetahun mengenai persoalan depresi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang depresi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dengan anggota keluarga yang menderita depresi yang berkunjung ke Klinik Psikiatri RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya dengan jumlah kasus pada bulan November 2023 adalah 210 kunjungan, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yang berjumlah 31 orang. Hasil penelitian ini adalah pengertahuan keluarga tentang depresi dalam katagori cukup baik.
Improving adolescent knowledge on early marriage through school-based education Agustin, Dian Triana; Hidayat, Unang Arifin; Suptiani, Laila Putri
Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak Vol. 18 No. 2
Publisher : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29238/kia.v18i2.2747

Abstract

Early marriage remains a prevalent issue in Indonesia, particularly in rural areas such as Cibalong District, Tasikmalaya. Despite national efforts, the lack of structured, school-based reproductive health education contributes to persistent high rates of underage marriage. This study aims to evaluate the effectiveness of educational intervention on adolescents’ knowledge regarding early marriage. A pre-experimental study using a one-group pretest-posttest design was conducted from October to November 2024 at SMPN 1 Cibalong, Tasikmalaya, Indonesia. A total of 132 Grade IX students were selected using purposive sampling. The intervention consisted of a 60-minute school-based educational session focusing on the definition, causes, risks, impacts, and prevention of early marriage, delivered through multimedia presentations and group discussion. Knowledge was assessed using a validated 20-item questionnaire before and one week after the intervention. Data were analyzed using Wilcoxon signed-rank test with a significance level of p < 0.05. Prior to the intervention, 38.64% of students had low knowledge levels, 29.55% moderate, and 31.82% high. Post-intervention, 87.12% had high knowledge, 12.88% moderate, and none remained in the low category. Statistically significant improvements were observed across all six indicators of early marriage knowledge, including understanding, causes, risk, prevention, impact, and contributing factors (p = 0.000). The findings confirm that targeted, school-based reproductive health education effectively improves adolescents’ knowledge and awareness about early marriage. This low-cost, scalable approach can be integrated into school curricula and may serve as a preventive strategy against early marriage in high-risk areas.