Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Departemen Radioterapi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

SRS Multistaged sebagai Tatalaksana AVM Berukuran Besar Rhandyka Rafli; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo; Sri Mutya Sekarutami
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 4, No 1 (2013): Volume 4 No. 1 Januari 2013
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.267 KB) | DOI: 10.32532/jori.v4i1.13

Abstract

Seorang pria 38 tahun dengan keluhan sakit kepala dan perdarahan intrakranial. Pada DSA memperlihatkan AVM regio parietal kiri Spletzer martin IV dengan ukuran 16,9 cc. Pasien menjalani Stereotactic RadioSurgery Multistaged. SRS stage 1 dilakukan  pada bagian superior AVM dengan ukuran 10 cc dan diberikan dosis marginal 16 Gy. Evaluasi MRI 3 bulan setelah stage 1 memperlihatkan pengecilan nidus, dan  5 bulan setelah SRS staged 1 dilakukan SRS stage 2 pada seluruh nidus yang berukuran 10 cc dengan dosis marginal 14 Gy. Pasien mengalami satu kali kejang diantara SRS tanpa defisit neurologis.
Ketepatan Sensor Ultrasonik dalam Mendeteksi Pergerakan Dinding Dada pada Pasien dengan Keganasan Regio Thorakal dan Abdominal yang Menjalani Radioterapi Elia A Kuncoro; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 6, No 2 (2015): Volume 6 No.2 Juli 2015
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (886.179 KB) | DOI: 10.32532/jori.v6i2.36

Abstract

Radioterapi pada regio thorakal dan abdominal semakin menimbulkan peminatan seiring dengan berkembangnya teknik pencitraan, perencanaan penyinaran, dan imobilisasi.  Pergerakan tumor karena pernafasan menjadi tantangan yang harus diatasi dalam penyampaian dosis radiasi. Diperlukan mekanisme radioterapi adaptif untuk dapat melakukan penyelarasan terhadap pergerakan nafas. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional yang mengambil data pengukuran gerakan dinding dada menggunakan sensor ultrasonik secara real-time dan dibandingkan dengan pengukuran sesungguhnya yang diperoleh dari MotionView™. Setiap pengukuran dilakukan setiap 0,22 detik. Dilakukan pengukuran nilai korelasi antar dua set data pengukuran serta dihitung selisih kedua pengukuran untuk mendapatkan nilai estimasi dan simpangan deviasi dari nilai yang diperoleh. Sembilan orang sampel berhasil direkrut dalam penelitian ini, pada masing-masing sampel, data diambil sebanyak 3 kali. Diperoleh median selisih pengurukuran dari kedua instrumen  adalah 1,1 mm dengan simpangan deviasi 2,0 mm. Pada uji korelasi antar hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai yang diperoleh dari instrumen berbasiskan ultrasonik memiliki ko-relasi 0,97 (positif sangat kuat; p=0,000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen berbasiskan ultrasonik memiliki kemampuan untuk mengukur pergerakan dinding thorako-abdominal dengan kekuatan korelasi sangat kuat, dengan ketepatan resolusi sebesar 1,1 mm dengan simpangan deviasi ± 2,0 mm.
Stem Cell pada Kanker Nikrial Dewin; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 4, No 1 (2013): Volume 4 No. 1 Januari 2013
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.438 KB) | DOI: 10.32532/jori.v4i1.9

Abstract

Semenjak ditemukan sel yang bersifat pluripoten, stem cell menjadi fenomena baru yang menjanjikan dalam pengobatan berbagai penyakit, terutama penyakit yang membutuhkan kemampuan regeneratif seluler untuk membentuk jaringan atau organ baru. Kemampuan stem cell yang dapat membentuk jaringan bahkan organ utuh membuat para peneliti menempatkan harapan yang tinggi terhadap kesuksesan program ini. Seiring bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, terbukalah wawasan mengenai penggunaan pengetahuan stem cell untuk mengobati kanker. Apalagi setelah ditemukan bahwa didalam jaringan tumor ganas terdapat sel yang bekerja menyerupai stem cell. Dipercaya bahwa bila kita dapat memusnahkan stem cell tersebut maka angka kesembuhan dapat meningkat. Hal ini memberikan harapan yang tinggi terhadap pengobatan kanker yang lebih baik.
Cancer Profile in East Jakarta: A 5-year descriptive study Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo; Fathiya Juwita Hanum; Rizka Hanifah; Sri Mutya Sekarutami; Nadia Christina; Steven Octavianus; R. Koesmedi Priharto; - Widyastuti
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 9, No 2 (2018): VOLUME 9 NO. 2 JULI 2018
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.956 KB) | DOI: 10.32532/jori.v9i2.91

Abstract

Background: Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) 2012 estimated there were 8.2 million cancer deaths worldwide, 65% of them were in developing countries. In Indonesia, the cancer incidence is 134 per 100,000 population. The magnitude of the burden caused by cancer requires a valid data collection in each country in an effort to plan and evaluate cancer prevention programs in the future. Based on Indonesian Minister of health decree, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) was determined as Cancer Registry Control Center in DKI Jakarta Province. This study aims to report Cancer Profile in East Jakarta 2008-2012 based on RSCM Data.Methods: This research was a cross-sectional descriptive study. Patient data were extracted from DKI Jakarta Cancer Registry Control Center Located at RSCM. The primary site and histology of malignancies were identified and coded based on the International Classification of Diseases for Oncology.Results: There were 3748 cancer patients who live in East Jakarta, with male and female ratio of 1:1.9. Most of them were between 45-54 years old. The majority of patients came to health providers with advanced stage (stage 3 and 4). At both sexes the most frequent cancer were breast cancer, followed by cervical cancer, hematopoietic and reticuloendothelial system malignancy, nasopharyngeal cancer, and lung and bronchial cancer. The five most common cancers in men were nasopharyngeal cancer, hematopoietic and reticuloendothelial system malignancy, lung and bronchial cancer, liver and intrahepatic bile duct cancer, and lymph node cancer, respectively. While in women, the five most common cancers were breast cancer, cervical cancer, ovarian cancer, hematopoietic and reticuloendothelial system malignancy and thyroid gland cancer, respectively.Conclusion: Most of cancer patients are in productive age and the majority of them came at advanced stage. Furthermore, three of five most common cancer charge both genders (hematopoietic and reticuloendothelial system malignancy, nasopharyngeal cancer, and lung and bronchial cancer). 
Peranan Radioterapi terhadap Soft Tissue Sarcoma (STS) di Ekstremitas Sigit Wirawan; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 1 (2014): Volume 5 No.1 Januari 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (987.415 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i1.23

Abstract

Radioterapi adalah salah satu modalitas penting dalam penanganan Soft Tissue Sarcoma (STS). Radioterapi dapat digunakan baik sebelum maupun sesudah pembedahan dengan pertimbangan tertentu. Seiring berkembangnya teknik radioterapi, baik radiasi eksterna maupun brakiterapi, diharapkan radiasi dapat lebih berperan dalam meningkatkan konserva-si fungsi ekstemitas, local control serta kesintasan hidup pasien dengan STS.
Akurasi Geometri Pasien yang Menjalani Radioterapi Stereotaktik di Departemen Radioterapi RSCM Alfred Julius Petrarizky; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 6, No 1 (2015): Volume 6 No.1 Januari 2015
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.183 KB) | DOI: 10.32532/jori.v6i1.28

Abstract

Radioterapi stereotaktik adalah suatu bentuk terapi radiasi yang membutuhkan akurasi  tinggi. Selain imobilisasi yang baik, dibutuhkan verifikasi untuk memastikan akurasi dan untuk mengetahui kesalahan sistematik dan acak dalam pemberian radiasi. Margin Planning Target Volume (PTV) dibuat untuk memastikan target radiasi mendapatkan cakupan dosis radiasi yang diinginkan. Penelitian ini merupakan studi retrospektif yang menggunakan data verifikasi dengan X-ray Volumetric Imaging (XVI) dari 10 pasien yang menjalani radioterapi stereotaktik di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan fiksasi bite-block antara bulan Januari 2013 sampai dengan Oktober 2013. Hasil penelitian memberikan rekomendasi margin PTV yang dapat digunakan di Departemen Radioterapi RSCM. Terdapat margin PTV yang cukup besar untuk sumbu kraniokaudal. Diperlukan upaya tambahan untuk meningkatkan akurasi radiasi sehingga margin yang diberikan tidak terlalu besar.
Verifikasi Geometri Radioterapi Teknik 3DCRT/IMRT pada Kasus Kanker Kepala dan Leher di Departemen Radioterapi RSCM Faisal Adam; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 1 (2014): Volume 5 No.1 Januari 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.84 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i1.19

Abstract

Radioterapi pada kanker kepala dan leher menggunakan teknik Three-dimensional Conformal Radiotherapy (3DCRT) atau Intensity-modulated Radiotherapy (IMRT) membutuhkan akurasi tinggi dalam pelaksanaannya. Untuk meningkatkan akurasi, diperlukan pengetahuan mengenai angka kesalahan set-up berdasarkan hasil verifikasi. Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan data verifikasi Cone Beam Computed Tomography (CBCT) dari 9 pasien kanker kepala dan leher yang mendapatkan radioterapi dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi RSCM bulan Oktober-Desember 2013.  Hasil penelitian  menunjukkan pemberian margin sebesar 5 mm sudah cukup adekuat dalam pelaksanaan radioterapi kanker kepala dan leher dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departe-men Radioterapi RSCM.
Cancer Profile in North Jakarta and Kepulauan Seribu : A 5-year descriptive study Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo; Dion Firli Bramantyo; Steven Octavianus; Sri Mutya Sekarutami; Nadia Christina; R. Koesmedi Priharto; - Widyastuti
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 9, No 2 (2018): VOLUME 9 NO. 2 JULI 2018
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (608.963 KB) | DOI: 10.32532/jori.v9i2.92

Abstract

Background: Cancer is the leading causes of death with a comparable number of mortality rate to coronary heart disease and stroke. The burden of cancer will  continue to increase, especially in developing countries including Indonesia. This study reports the profile of cancer patients domiciled in the administrative area of North Jakarta and Kepulauan Seribu in 2008 – 2012.Materials and Methods: This was a descriptive study. Patients data were       collected from cancer registries all hospitals located in administrative area of North Jakarta and Kepulauan Seribu. This data was pooled and extracted from DKI Jakarta Cancer Registry Control Center at RSCM. The primary site and histology of malignancies were verified and coded based on the International Classification of Diseases for Oncology (ICD-O). Data were analyzed using descriptive statistics in SPSS 20.0Results: There are 2185 cases or around 14.8% of all cases of cancer patients verified in the database. Of those, 740 were male and 1445 female. The most prevalent age group was 45 - 54 years old, which was 29%. The highest distribution of cancer stage was in stage 3, which is 21.1%. The most common cancer in all sex groups were breast cancer, cervical cancer, nasopharyngeal cancer, hematopoietic system malignancy, and ovarian cancer. In men, the top five most cancers were nasopharyngeal cancer, lung cancer, hematopoietic system, lymphoma, and liver cancer. Whereas in women, most cancer sequences were breast cancer, cervical cancer,  ovarian cancer, thyroid cancer, and hematopoietic system.
Respon Radiasi dan Kesintasan Karsinoma Nasofaring Stadium Lanjut Lokal di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Periode Januari 2007-Desember 2011 Nastiti Rahajeng; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo; Zanil Musa
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 6, No 2 (2015): Volume 6 No.2 Juli 2015
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1000.022 KB) | DOI: 10.32532/jori.v6i2.33

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon radiasi, kesintasan hidup, dan faktor yang mungkin mempengaruhi dalam penanganan karsinoma nasofaring stadium lanjut  lokal. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif analitik terhadap 391 pasien karsinoma nasofaring stadium lanjut lokal yang berobat di Departemen Radioterapi RSCM periode Januari 2007-Desember 2011. Respon radiasi dianalisa menggunakan uji korelasi Spearman dan analisis kesintasan dihitung dengan kurva Kaplan Meier pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Didapatkan 70.6% pasien adalah laki laki, median usia 45 (9-86) tahun, sebagian besar stadium IVB (32,7%) dengan tipe histopatologis WHO III paling dominan (82,4%).  Kesintasan hidup 3 dan 5 tahun untuk masing-masing stadium IIB, III, IVA, IVB berturut-turut adalah 64,9%, 57,6%, 47,4%, 48,0% dan 64,9%, 43,2%, 34,3%, 26,6%. Sedangkan respon komplit untuk masing-masing stadium IIB, III, IVA, IVB ber-turut-turut 83,3%, 73,3%, 52,6%, 45,8%. Terdapat korelasi bermakna antara respon radiasi dengan stadium (r=0,242;p=0,038) dan antara respon radiasi dan kesintasan hidup (r=- 0,251;p=0,031.
Rasio Malondialdehyde Katalase Sebelum dan Sesudah Radiasi sebagai Prediktor Persentase Pengecilan Volume Tumor pada Pasien Kanker Serviks Stadium Lanjut Lokal Aida Lufti Huswatun; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo; Alida R Harahap; Joedo Prihartono
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 1 (2014): Volume 5 No.1 Januari 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (903.729 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i1.20

Abstract

Pada keganasan terjadi stres oksidatif, yang ditandai dengan peningkatan kadar serum malondialdehyde (MDA) dan aktivitas antioksidan enzim katalase yang rendah. Penelitian ini merupakan kohort prospektif pada 30 pasien kanker serviks lanjut lokal di Departemen Radioterapi RS CiptoMangunkusumo periode Juli sampai September 2013. Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas enzim katalase dilakukan sebelum dan sesudah radiasi fraksi ke 15, menggunakan spektrofotometri. Respons terapi berdasarkan kriteria WHO dengan membandingkan persentase ukuran volume tumor sebelum radiasi dan 4 minggu setelah radiasi komplit. Pada penelitian ini ditemukan peningkatan serum MDA (p<0,001) dan penurunan aktivitas enzim katalase (p<0,001) setelah fraksi ke 15. Ditemukan korelasi yang signifikan antara rasio MDA katalase sesudah fraksi ke 15 dengan presentase pengecilan tumor 4 minggu setalah radiasi komplit (r=0.689, p=0.001). Penelitian ini menunjukan terjadi stres oksidatif pada pasien kanker serviks lanjut lokal, yang ditandai dengan peningkatan kadar serum MDA dan penurunan aktivitas enzim katalase. Rasio MDA katalase sebelum dan sesudah radiasi fraksi ke 15 dapat menjadi prediktor persentase pengecilan tumor 4 minggu pasca radiasi komplit.