Pandu Riono
Departemen Biostatistika dan Ilmu Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Characteristics of Exclusive Breastfeeding Mothers in The Development Village of Company’s Corporate Social Responsibility (CSR) Fauziah, Nuraini; Marfuah, Dewi; Riono, Pandu
Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan Vol 3 No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Politeknik Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52234/jstk.v3i1.221

Abstract

Usaha yang diharapkan SDGs untuk menurunkan angka kematian bayi hingga 23 dan balita 32 per 1.000 kelahiran hidup, salah satunya dengan ASI eksklusif. Berhasilnya ibu dalam menyusui juga dipengaruhi oleh faktor karakteristik ibu. Pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, dan budaya menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi ibu menyusui. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu menyusui di wilayah desa binaan CSR perusahaan. Desain penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Data primer diambil dari 172 orang pada ibu yang memiliki bayi >6-24 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam wilayah desa binaan CSR perusaan memiliki 172 ibu menyusui eksklusif. Karakteristik ibu menyusui ditunjukkan dengan kelima belas variabel yang diteliti. Karakteristik terbanyak pada ibu menyusui eksklusif adalah umur ibu ?20 tahun, memiliki anak lebih dari 1, tahu agama, memiliki pengetahuan ASI, dan tidak terpapar susu formula. Penelitian dapat digunakan sebagai sumber referensi dasar penyusunan program kegiatan oleh CSR perusahaan. Diharapkan perusahaan senantiasa menciptakan program yang mendukung pemerintah serta senantiasa melakukan evaluasi dan pengukuran dari setiap intervensi program yang dilaksanakan.
Lifetime Musical Activities and Cognitive Function of the Elderly Nevriana, Alicia; Riono, Pandu; Rahardjo, Tri Budi W.; Kusumadjati, Adji
Kesmas Vol. 7, No. 7
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penurunan fungsi kognitif merupakan salah satu masalah umum pada lanjut usia yang mampu memengaruhi kualitas hidup mereka. Musik merupakan sebuah elemen yang dipercaya mampu berkontribusi terhadap kualitas hidup mereka. Meski demikian, hubungan antara aktivitas musikal yang dilakukan sepanjang hidup dan fungsi kognitif lansia belum diketahui secara pasti. Pada penelitian ini, hubungan antara aktivitas musikal sepanjang hidup dan fungsi kognitif dievaluasi. Lima puluh tiga lansia penghuni panti tresna werdha di Jakarta Timur dipilih dan diwawancarai terkait karakteristik dan aktivitas musikal sepanjang hidup mereka. Fungsi kognitif juga diukur menggunakan MMSE. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kemungkinan asosiasi antara aktivitas musikal sepanjang hidup dan fungsi kognitif lansia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa partisipan yang tidak aktif melakukan aktivitas musikal sepanjang hidupnya dua kali lebih berpeluang untuk mengalami gangguan fungsi kognitif dibandingkan dengan mereka yang aktif melakukan aktivitas musikal, setelah disesuaikan dengan karakteristiknya. Hasil korelasi ini mengisyaratkan pengaruh bermanfaat dari aktivitas musikal sepanjang hidup terhadap fungsi kognitif lansia. Decreasing cognitive function of the elderly is one of the most common problems that might affect their quality of life. Music is an element that is believed to be able to contribute to the quality of life of the elderly. However, whether musical activities that are done throughout the life span related to cognitive function is unclear. In this research, we evaluated the association between lifetime musical activities and cognitive function. Fifty three older adults from three nursing homes in East Jakarta were selected and interviewed regarding their characteristics and lifetime musical activities. Cognitive function was also measured using Mini Mental State Examinaion (MMSE). The results of this preliminary study revealed that a possibility of an association between lifetime musical activities and cognitive function of the elderly was indicated. The result also showed that the participants who were not actively involved in musical activities during their lifetime were twice more likely to develop cognitive function impairment than the elderly who were actively involved in musical activities, after being adjusted by the characteristics. These correlational results suggest the beneficial effect of musical activities throughout the life span on cognitive functioning for the elderly.
SARS-CoV-2 Antibody Seroprevalence in Jakarta, Indonesia Ariawan, Iwan; Jusril, Hafizah; N Farid, Muhammad; Riono, Pandu; Wahyuningsih, Wiji; Widyastuti, Widyastuti; Handayani, Dwi Oktavia T L; Wahyuningsih, Endang Sri; Daulay, Rebekka; Henderiawati, Retno; Malik, Safarina G; Noviyanti, Rintis; Trianty, Leily; Fadila, Nadia; Myint, Khin Saw Aye; Yudhaputri, Frilasita A.; Venkateswaran, Neeraja; Venkateswaran, Kodumudi; Udhayakumar, Venkatachalam; Hawley, William A.; Morgan, Juliette; Pronyk, Paul M
Kesmas Vol. 17, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The SARS-CoV-2 transmission dynamics in low- and middle-income countries remain poorly understood. This study aimed to estimate the SARS-CoV-2 antibodies seroprevalence in Jakarta, Indonesia, and to increase knowledge of SARS-CoV-2 transmission in urban settings. A population-based serosurvey among individuals aged one year or older was conducted in Jakarta. Employing a multistage sampling design, samples were stratified by district, slum, and non-slum residency, sex, and age group. Blood samples were tested for IgG against three different SARS-CoV-2 antigens. Seroprevalence was estimated after applying sample weights and adjusting for cluster characteristics. In March 2021, this study collected 4,919 respondents. The weighted estimate of seroprevalence was 44.5% (95% CI = 42.5-46.5). Seroprevalence was highest among adults aged 30-49 years, with higher seroprevalence in women and the overweight/obese group. Respondents residing in slum areas were 1.3-fold more likely to be seropositive than non-slum residents. It was estimated that4,717,000 of Jakarta's 10.6 million residents had prior SARS-CoV-2 infection. This suggests that approximately 10 infections were undiagnosed/underreported for every reported case. About one year after the first COVID-19 case was confirmed, close to half of Jakarta's residents have been infected by SARS-CoV-2.
Pengaruh Rejimen terhadap Ketidakpatuhan Berobat Tuberkulosis Fadila, Rizka Nur; Riono, Pandu
Kesmas Vol. 9, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beban tuberkulosis di Indonesia termasuk lima tertinggi di dunia. Temuan kasus dan pengobatan adalah pilar utama program penanggulangan tuberkulosis. Survei nasional menunjukkan peningkatan penggunaan rejimen tidak standar dari 16,8% (2010) menjadi 55,6% (2013). Peningkatan penggunaan rejimen tidak standar diduga berpengaruh terhadap ketidakpatuhan berobat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketidakpatuhan berobat pada orang dengan tuberkulosis yang menerima rejimen tidak standar dan rejimen standar. Penelitian menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar 2010. Analisis logistik multivariabel dilakukan pada sampel 971 orang dengan tuberkulosis yang selesai mendapatkan pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan ada kecenderungan orang dengan tuberkulosis yang menerima rejimen tidak standar memiliki ketidakpatuhan berobat lebih tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan odds untuk tidak menyelesaikan pengobatan lebih tinggi pada orang yang menerima rejimen tidak standar dibandingkan orang yang menerima rejimen standar, yaitu odds ratio terkontrol 2,4 (95% CI odds ratio: 1,7-3,5). Dalam upaya menjamin kepatuhan berobat tuberkulosis, mutu program pengobatan perlu ditingkatkan; di antaranya adalah ketersediaan rejimen standar, penyetaraan standar pengobatan antara fasilitas pelayanan kesehatan swasta dan publik, serta sistem pemantauan minum obat. Indonesia is one of five highest tuberculosis burden countries. Case finding and treatment are the main pillars of tuberculosis control program. National survey reported that the usage of nonstandarized regimen is increased from 16,8% (2010) to 55,6% (2013). Increase use of nonstandarized regimen is associated with poor adherence tuberculosis treatment. This study purposed to compare the poor adherence of tuberculosis treatment among people who received standarized regimen and people who received nonstandarized regimen. The study used secondary data of National Health Survey 2010. Analysis used multivariable logistic through 971 people who completed tuberculosis treatment. This study found that people who received nonstandarized regimen had higher poor adherence of tuberculosis treatment than people who received standarized regimen. The result also showed that the odds of not to complete the treatment was higher in people who received nonstandarized regimen than who received standarized regimen, adjusted OR was 2,4 (95% CI OR: 1,7-3,5). To assure the adherence to tuberculosis treatment is to strengthen tuberculosis treatment program; such as the availability of standarized regimen, the equality of standard tuberculosis treatment among public and private health services, and the system of observed treatment.