Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Is hypoalbuminemia a predictor marker of mortality? Siti Maemun; Nina Mariana; Surya Otto Wijaya; Dina Oktavia; Vivi Lisdawati; Rita Rogayah
Health Science Journal of Indonesia Vol 11 No 2 (2020)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsji.v11i2.3072

Abstract

Latar belakang : Hipoalbuminemia pada pasien rawat inap berkaitan dengan prognosis buruk pasien. Penelitian ini, mengidentifikasi bahwa hipoalbuminemia berat pada awal pasien masuk rawat inap sebagai prediktor andalan penanda laboratorium dalam mortalitas. Metode : Sebuah studi cross sectional pada pasien dewasa dengan hipoalbuminemia (kadar albumin < 3,5 g / dL) pada pasien rawat inap (usia > 18 tahun) pada periode Januari 2013 - Maret 2018. Kami mengevaluasi penanda prediktor kematian. Multivariat dengan regresi logistik diterapkan dalam penelitian ini. Hasil : Dari 747 hipoalbuminemia pada pasien rawat inap dengan rata-rata kadar albumin pada awal adalah 2,0 ± 0,6 g / dL. Sebagian besar pasien (83,4%) memiliki kadar albumin ≤ 2,5 g / dL (hipoalbuminemia berat), 16,6 persen memiliki > 2,5 g / dL (hipoalbuminemia ringan-sedang). Kondisi yang mendasari pasien adalah infeksi HIV / AIDS (26,9%) dan sepsis (26,6%). Proporsi multiple komorbiditas pada kelompok hipoalbuminemia berat adalah 55,1 persen Pada kelompok hipoalbuminemia berat terutama untuk kadar albumin 2,01 - 2,5 g / dL, angka mortalitas adalah 28,3 persen. Berdasarkan model regresi logistik akhir, faktor risiko kematian meliputi kadar albumin pada awal dan lama rawat pasien. Mortalitas lebih tinggi pada pasien dengan hipoalbuminemia berat (rasio odds yang disesuaikan 2,91, 95% CI 1,88-4,50) dibandingkan pasien dengan hipoalbuminemia ringan-sedang. Kesimpulan: Hipoalbuminemia berat pada awal pasien rawat inap sebagai prediktor penanda kematian di rumah sakit. Kata kunci: hipoalbuminemia, pasien rawat inap, mortalitas Abstract Background: Hypoalbuminemia in hospitalized patients has been associated with poor prognosis. In this study, we attempted to identify that severe hypoalbuminemia at baseline in hospitalized patients is a reliable predictor of laboratory marker for mortality. Methods: A cross sectional study on adults of hypoalbuminemia (albumin level < 3.5 g/dL) in hospitalized patients (aged > 18 years old) in period January 2013 - March 2018. We evaluated the predictor marker of mortality. Multivariate with the logistic regression was applied in this study. Results: Of the 747 hypoalbuminemia in hospitalized patients with the mean albumin level at baseline was 2.0 ± 0.6 g/dL. Most patients (83.4 %) had less than or equal to 2.5 g/dL albumin level (severe hypoalbuminemia), 16.6 percent had over 2.5 g/dL (mild-moderate hypoalbuminemia). The underlying condition of patients was HIV/AIDS infection (26.9%) and sepsis (26.6 %). The proportion of multiple comorbidities in the severe hypoalbuminemia group was 55.1percent. In the severe hypoalbuminemia group especially for 2.01 – 2.5 g/dL albumin level, the mortality rate was 28.3 percent. Based on the final logistic regression model, known risk factors of mortality include albumin level at baseline and length of stay. Mortality was higher among patients with severe hypoalbuminemia (adjusted odds ratio 2.91, 95 % CI 1.88-4.50) than patients with mild-moderate hypoalbuminemia. Conclusion: Severe hypoalbuminemia at baseline in the hospitalized patients was a predictor laboratorymarker of hospital mortality. Keywords: hypoalbuminemia, hospitalized patients, mortality
Inflammatory Markers upon Admission as Predictors of Outcome in COVID-19 Patients Budhi Antariksa; Erlina Burhan; Agus Dwi Susanto; Mohamad Fahmi Alatas; Feni Fitriani Taufik; Dewi Yennita Sari; Dicky Soehardiman; Andika Chandra Putra; Erlang Samoedro; Ibrahim Nur Insan Putra Darmawan; Hera Afidjati; Muhammad Alkaff; Rita Rogayah
Jurnal Respirologi Indonesia Vol 41, No 4 (2021)
Publisher : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)/The Indonesian Society of Respirology (ISR)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36497/jri.v41i4.185

Abstract

Background: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) may cause dysregulation of the immune system, leading to hyperinflammation. Inflammatory markers can be used to predict in-hospital mortality in COVID-19 patients. This research was aimed to investigate the association between the levels of various inflammatory markers and mortality in COVID-19 patients.Methods: This study was conducted at Persahabatan National Respiratory Referral Hospital, Indonesia. Blood tests were performed upon admission, measuring the C-reactive protein, PCT, leukocyte, differential counts, and platelet count. The outcome measured was the mortality of hospitalized COVID-19 patients. Statistical analysis methods included the Mann–Whitney U test, receiver operating characteristic (ROC) analysis, and area under the curve (AUC) test.Results: Total 110 patients were included, and the laboratory values were analyzed to compare survivors and non-survivors. The non-survivor group had significantly higher leukocyte count, lower lymphocyte count, higher CRP and PCT levels, higher neutrophil-to-lymphocyte ratio (NLR), higher platelet-to-lymphocyte ratio (PLR), and lower lymphocyte-to-CRP ratio. As predictors of mortality, AUC analysis revealed that PCT, CRP, NLR, and PLR had AUCs of 0.867, 0.82, 0.791, and 0.746, respectively.Conclusions: Routine and affordable inflammatory markers tested on admission may be useful as predictors of in-hospital mortality in COVID-19 patients requiring hospitalization.
Profil Kadar CD4 dan Lokasi Infiltrat Paru Pada Pasien Tuberkulosis dengan HIV di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Periode Januari 2004 - Maret 2017 Adria Rusli; Vivi Lisdawati; Christine Ernita Banggai; Raden Dwi Sumiadji Putrantoro; Oldriane Agoestien; Suliati Suliati; Temmasonge Radi Pakki; Putriana Indah Lestari; Rita Rogayah
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 4, No 2 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.722 KB) | DOI: 10.32667/ijid.v4i2.51

Abstract

Latar belakang: Diagnosis secara dini dan akurat sangat penting bagi perawatan dan pengendalian tuberkulosis (TB) pada orang dengan HIV. Keterlambatan diagnosis menyebabkan perkembangan penyakit tuberkulosis makin progresif. Studi ini bertujuan memperoleh gambaran lokasi infiltrat paru pada pasien tuberkulosis dengan HIV berdasarkan kadar CD4. Gambaran data klinis ini dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi penyempurnaan standar prosedur operasional identifikasi dini keparahan infeksi TB pada pasien HIV di rumah sakit. Metode: Studi menggunakan disain potong lintang dengan analisis deskriptif data sekunder pasien ko-infeksi TB-HIV di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, periode Januari 2004-Maret 2017. Hasil: Sejumlah 318 sampel pasien TB dengan HIV menunjukkan terdapat 92,14% pasien TB-HIV memiliki kadar CD4<200 sel/µL. Berdasarkan lokasi anatomi infeksi dan kadar CD4 didapatkan juga bahwa 172 pasien (54,09%) merupakan pasien TB Paru dengan CD4<200 sel/µL, dan dari pasien tersebut bila dilihat hasil pemeriksaan radiologi toraks-nya sejumlah 159 pasien (92,44%) mengalami infiltrat paru pada lokasi selain apeks.  Kesimpulan: Pada pasien TB paru dengan HIV yang mempunyai CD4 < 200, lokasi infiltrat parunya lebih dominan di bagian selain apeks. Hasil ini dapat dijadikan bahan studi lanjut untuk membantu identifikasi dini pasien ko-infeksi TB-HIV dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan CD4 dan rontgen thoraks
Profil Kadar CD4 dan Lokasi Infiltrat Paru Pada Pasien Tuberkulosis dengan HIV di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Periode Januari 2004 - Maret 2017 Adria Rusli; Vivi Lisdawati; Christine Ernita Banggai; Raden Dwi Sumiadji Putrantoro; Oldriane Agoestien; Suliati Suliati; Temmasonge Radi Pakki; Putriana Indah Lestari; Rita Rogayah
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 4 No. 2 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v4i2.51

Abstract

Latar belakang: Diagnosis secara dini dan akurat sangat penting bagi perawatan dan pengendalian tuberkulosis (TB) pada orang dengan HIV. Keterlambatan diagnosis menyebabkan perkembangan penyakit tuberkulosis makin progresif. Studi ini bertujuan memperoleh gambaran lokasi infiltrat paru pada pasien tuberkulosis dengan HIV berdasarkan kadar CD4. Gambaran data klinis ini dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi penyempurnaan standar prosedur operasional identifikasi dini keparahan infeksi TB pada pasien HIV di rumah sakit. Metode: Studi menggunakan disain potong lintang dengan analisis deskriptif data sekunder pasien ko-infeksi TB-HIV di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, periode Januari 2004-Maret 2017. Hasil: Sejumlah 318 sampel pasien TB dengan HIV menunjukkan terdapat 92,14% pasien TB-HIV memiliki kadar CD4<200 sel/µL. Berdasarkan lokasi anatomi infeksi dan kadar CD4 didapatkan juga bahwa 172 pasien (54,09%) merupakan pasien TB Paru dengan CD4<200 sel/µL, dan dari pasien tersebut bila dilihat hasil pemeriksaan radiologi toraks-nya sejumlah 159 pasien (92,44%) mengalami infiltrat paru pada lokasi selain apeks.  Kesimpulan: Pada pasien TB paru dengan HIV yang mempunyai CD4 < 200, lokasi infiltrat parunya lebih dominan di bagian selain apeks. Hasil ini dapat dijadikan bahan studi lanjut untuk membantu identifikasi dini pasien ko-infeksi TB-HIV dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan CD4 dan rontgen thoraks
Mobilisasi Tenaga Medis Dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 Widjanantie, Siti Chandra; Kartikawati, Falah; Rahardjo, Tri Apriliawan Bendarto; Susanto, Agus Dwi; Burhan, Erlina; Hasibuan, Thariq Emyl Taufik; Rogayah, Rita; Rasmin, Menaldi
Majalah Kedokteran Indonesia Vol 70 No 8 (2020): Journal of The Indonesian Medical Association - Majalah Kedokteran Indonesia, Vo
Publisher : PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA (PB IDI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47830/jinma-vol.70.8-2020-267

Abstract

Seiring masuknya covid-19 ke tanah air yang kemudian menjadi bencana wabah sehingga infeksi meluas secara cepat dengan fatalitas yang terbatas, cukup membuat kewalahan pelayanan kesehatan. Terbitnya Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 18/KKI/KEP/III/2020 tentang Kewenangan Dokter Penanggung Jawab Penanganan Pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pada Masa Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia mengijinkan mobilisasi seluruh tenaga medis dan spesialis baik paru dan non paru di saat pandemi covid guna mencukupi layanan covid, menjadikan dasar bagi RSUP. Persahabatan yang ditunjuk sebagai rumah sakit khusus covid untuk menerapkan hal tersebut.