Intarniati Nur Rohmah
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Penentuan Jenis Kelamin berdasarkan Sidik Hypothenar Widya Iswara, Raja Al Fath; Rohmah, Intarniati Nur; Santosa, Santosa; Relawati, Ratna
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 7 No. 1 (2020): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.755 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v7i1.419

Abstract

Background : Hypothenar regio in palmar is an area that is often contact with surfaces while doing the activity which can establish print or pattern of protruding line (ridge) that can be used in identification process. One of the important identification to sex determination. The aims of this study is to sex determination based on hypothenar print. Methods : The study was a cross sectional study. Subjects were 300 students underwent clinical clerkship in Forensic and Medicolegal Dr. Kariadi Semarang hospital during October-December 2017, age 21-26 years, male (n = 150) and female (n = 150). Hypothenar print measured by calculating the average number of ridge hypothenar palm on the side of the top, middle and bottom in each area measuring 5 mm x 5 mm. A Mann-Whitney test was performed to analyze the the difference between left and right hypothenar ridge. Spearman correlation test was conducted to measure the association of hypothenar prints and sex. Results : In male, the average number of hypothenar ridge on the right palm was 10 (7-12)/25 mm2, while the left palm 10 (7-13)/25 mm2. In female, the average number of hypothenar ridge on the right palm was 12 (8-16)/25 mm2, while the left hand was 12 (8-16)/25 mm2. The was a significant difference between the right hand hypothenar ridge (p = 0.008) and the left hand hypothenar ridge (p = 0.017) between male and female. There was a significant correlation between hypothenar prints and sex (p = 0.000). Conclusion : Hypothenar prints can be use in sex determiation where female have more hypothenar ridge count and density than male.
Kematian Mendadak Akibat Kardiomiopati Hipertrofi Pada Dewasa Muda Iswara, Raja Al Fath Widya; Sadad, Arif Rahman; Rohmah, Intarniati Nur; Bhima, Sigid Kirana Lintang
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 7 No. 2 (2020): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.502 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v7i2.522

Abstract

Latar Belakang : Kematian mendadak merupakan kasus yang paling sering terjadi dan dapat ditemukan dalam berbagai macam kondisi. Penyebab kematian mendadak terbanyak adalah sistem kardiovaskular dan salah satu kelainan yang jarang terjadi adalah kardiomiopati hipertrofi. Kardiomiopati hipertrofi merupakan kelainan jantung yang ditandai dengan hipertrofi miokardial akibat mutasi sarkomer dengan angka kejadian 1 dari 500 orang dewasa. Temuan utama pada kardiomiopati hipertrofi antara lain adanya hipertofi ventrikel dan atau septum interventrikel, kerusakan miosit dan peningkatan fibrosis miokardium. Terdapat variasi manifestasi klinis pada Kardiomiopati hipertrofi, dari asimptomatik hingga mengakibatkan kematian mendadak akibat gagal jantung. Tujuan laporan kasus ini adalah mengetahui diagnosis kematian akibat kardiomiopati hipertrofi pada dewasa muda. Kasus : Seorang laki-laki usia 18 tahun ditemukan meninggal di kamar kostannya dibawa ke kamar jenazah RSUP dr. Kariadi Semarang untuk diotopsi. Pemeriksaan luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Pemeriksaan dalam didapatkan adanya jendalan darah dalam ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, penebalan pada katub jantung, pengerasan pada otot jantung dan penggantung katub serta tanda asfiksia. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan kardiomiopati hipertrofi. Pembahasan : Patogenesis kardiomiopati hipertrofi dapat menyebabkan asfiksia yaitu terjadinya mutasi intrasarkomer yang meningkatkan peningkatan sensitivitas dan produksi Calsium yang mengakibatkan peningkatan kontraksi miokardium sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu juga terjadi peningkatan sintesis kolagen yang mengakibatkan terjadinya fibrosis miokard yang menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Terjadinya hipertrofi ventrikel kiri jangka panjang akan menyebabkan kondisi gagal jantung yang dapat mengakibatkan asfiksia. Simpulan : Kematian mendadak akibat kardiomiopati hipertrofi merupakan hal yang jarang. Oleh karena itu dibutuhkan otopsi yang teliti dan pemeriksaan histopatologi untuk mendiagnosis dengan pasti. Kata Kunci : Kematian mendadak, kardiomiopati hipertrofi, dewasa muda, sarkomer Background : Sudden death is the most common case and can be found in a variety of conditions. The most common cause of death is the cardiovascular system and a rare one disorders is hypertrophic cardiomyopathy. Hypertrophy cardiomyopathy is a heart disorder characterized by myocardial hypertrophy due to sarcomere mutations with an incidence of 1 in 500 adults. The main findings in hypertrophic cardiomyopathy include the presence of ventricular hypertrophy and / or interventricular septum, myocyte damage and increased myocardial fibrosis. There are variations in clinical manifestations in hypertrophic cardiomyopathy, from asymptomatic to sudden death due to heart failure. The purpose of this case report is to know the diagnosis of sudden death due to hypertrophic cardiomyopathy in young adults Case : A 18-year-old man was found dead in his boarding room. On the external examination there were no signs of violence. On the internal examination in the presence of blood in the ventricles, left ventricular hypertrophy, thickening of the entire heart valve, hardening of the heart muscle and hanging valves and signs of asphyxia. Histopathological examination showed hypertrophic cardiomyopathy. Discussion : The pathogenesis of hypertrophic cardiomyopathy can cause asphyxia is the occurrence of intrasarcomere mutations that increase the sensitivity and production of calcium which results in increased contraction of the myocardium causing left ventricular hypertrophy. In addition there is also an increase in collagen synthesis which results in the occurrence of myocardial fibrosis which causes left ventricular hypertrophy. The occurrence of long-term left ventricular hypertrophy will cause a condition of heart failure which can lead to asphyxia. Conclusion : Sudden death due to hypertrophic cardiomyopathy is rare one. Therefore a careful autopsy is needed and histopathological examination is needed to get definitive diagnose. Keywords : Sudden death, hypertrophic cardiomyopathy, young adults, sarcomere
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelanjutan Kasus Penganiayaan ke Persidangan Berdasarkan Visum Et Repertum di RSUP Dr. Kariadi Semarang Mahardika, I Made Raditya; Rohmah, Intarniati Nur; Utomo, RP Uva; Suharto, Gatot; Anggreliana, Wian Pisia
Jurnal Forensik dan Medikolegal Indonesia Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Forensik dan Medikolegal Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jfmi.2025.6.1.13340

Abstract

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2020 hanya sebanyak 52,43% korban kekerasan yang melapor kepada polisi. Akibat kejahatan yang tidak dilaporkan dapat menimbulkan banyak dampak baik bagi korban maupun masyarakat secara keseluruhan. Visum et Repertum (VeR) sebagai alat bukti yang sah di persidangan jika korban ingin melanjutkan kasus ke persidangan. observasional analitik ini dilakukan menggunakan sampel surat VER korban hidup yang mengalami penganiayaan di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2018-2022 yang sudah ada surat permintaan visum dari kepolisian. Data diolah menggunakan uji koefisien kontingensi dan uji multivariat untuk mengetahui korelasi antarvariabel. Pada faktor usia, jenis kelamin, jenis luka, jumlah luka, lokasi luka, ukuran luka dan hubungan pelaku dengan korban menunjukan hasil yang tidak signifikan. Kualifikasi luka (p<0,001; r=0,557) dan tindakan medis (p<0,001; r=0,440) berhubungan dengan kelanjutan kasus penganiayaan ke persidangan berdasarkan Visum et Repertum. Kualifikasi luka yang berat (p<0,001; OR=222,0). Faktor kualifikasi luka dan tindakan medis merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan kasus penganiayaan ke persidangan. Kualifikasi luka yang berat merupakan faktor yang paling berhubungan dengan dengan kelanjutan kasus penganiayaan ke persidangan berdasarkan Visum et Repertum.