Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

HUBUNGAN KADAR HEMATOKRIT DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD AKUT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI BLU/RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO Muabuay, Mita E. D.; Wantania, Frans E.; Rotty, Linda W. A.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2633

Abstract

Abstract: Acute myocardial infarction (AMI) occurs due to a decrease of myocardial blood flow following a coronary arterial occlusion caused by an atherosclerotic plaque. This study aimed to determine the correlation between the hematocrit level and the occurence of AMI among patients with congestive heart failure (CHF). This was an observational analytic study with a cross sectional design. The population was both CHF patients with old myocardial infarction in the Cardiology Clinic and all AMI patients with CHF histories in the Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) of Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital, Manado, from November through December 2012. Samples were selected by using a purposive sampling method. Data were statistically analyzed by using a chi-square test. The results showed that the total samples were 41 patients. The chi-square test showed that there was a correlation between the hematocrit level and the occurence of AMI among CHF patients with a P-value of 0.008. Conclusion: Hematocrit levels were significantly correlated with the occurence of AMI among CHF patients in Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital, Manado Keywords: CHF, AMI, hematocrit     Abstrak: Infark miokard akut (IMA) terjadi oleh karena penurunan aliran darah miokard akibat oklusi arteri koroner oleh plak aterosklerotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar hematokrit dengan kejadian infark miokard akut (IMA) pada pasien gagal jantung kongestif (CHF). Penelitian ini bersifat analitik observational dengan cross-sectional design. Populasi penelitian ialah semua pasien CHF di Poliklinik Jantung dan semua pasien IMA dengan riwayat CHF di Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) BLU/RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou, Manado, periode November-Desember 2012. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi yaitu pasien CHF et causa old  myocardial infarction (OMI) dan pasien IMA dengan riwayat CHF, sedangkan kriteria eksklusi yaitu pasien IMA dengan penyakit infeksi dan pasien CHF dengan keganasan hematopoietik. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian memperlihatkan jumlah sampel sebanyak 41 pasien. Uji chi-square terhadap hubungan hematokrit dan infark miokard akut pada pasien gagal jantung menunjukkan nilai P = 0.008. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kadar hematokrit dan infark miokard akut pada pasien gagal jantung kongestif di BLU/RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. Kata kunci: CHF, IMA, Hematokrit
Gambaran Indeks Eritrosit Rerata pada Laki-laki Dewasa dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Saraswati, Talitha D.; Rotty, Linda W. A.; Pandelaki, Karel
e-CliniC Vol 7, No 2 (2019): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.7.2.2019.26832

Abstract

Abstract: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease indicated by high level of blood sugar resulting from a defect in insulin secretion, insulin activity, or both. The prevalence of DM in Indonesia is 1.9%, making it the 7th leading cause of deaths worldwide. In diabetic patients it is common to find any disorder in several systems, inter alia disorder of erythrocytes. An important indicator in portraying the erythrocytes state is the average erythrocyte indices (MCV, MCH, and MCHC). This study was aimed to provide an overview of the average erythrocyte indices in young adult males with type 2 DM (T2DM) at the Endocrine Polyclinic of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. This was a descriptive and retrospective study using medical records of diabetic patients at the Endocrine Policlinic from September 2018 to September 2019. The results obtained a total of 1.432 medical records consisting of 550 males and 882 females. However, only 22 samples met the inclusion criteria, with a majority of samples were 40 to 45 years old (50%). Generally, the erythrocyte indices were still in normal range. Albeit, a few samples showed a decrease in hemoglobin level, MCV, and MCH. In conclusion, there was no significant change in the erythrocyte indices among adult males with type 2 diabetes mellitus at the Endocrine Polyclinic of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital.Keywords: average erythrocyte indices, type 2 diabetes mellitus Abstrak: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah akibat defek sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Prevalensi DM di Indonesia sebesar 1,9% menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia. Pada pasien DM seringkali ditemukan gangguan pada berbagai sistem, salah satunya pada eritrosit. Indikator penting yang dapat mencerminkan keadaan eritrosit ialah indeks eritrosit rerata (MCV, MCH, dan MCHC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran indeks eritrosit rerata pada pasien laki-laki dewasa penyandang DM tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medik pasien di Poli Endokrin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode September 2018 hingga September 2019. Hasil penelitian mendapatkan 1.432 rekam medis, terdiri dari 550 laki-laki dan 882 perempuan, namun hanya 22 data yang memenuhi kriteria penelitian, dengan mayoritas berusia 40-45 tahun (50%). Secara umum nilai indeks eritrosit rerata masih dalam rentang normal, namun terdapat beberapa sampel dengan penurunan kadar hemoglobin, MCV, dan MCH. Simpulan penelitian ini ialah tidak terdapat gambaran bermakna pada indeks eritosit pasien laki-laki dewasa dengan DM tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP Prof. Dr. R. D. KandouKata kunci: indeks eritrosit rerata, diabetes melitus tipe 2
Gambaran kadar trombosit dan hematokrit pada pasien diabetes tipe 2 dengan kaki diabetik di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Ruscianto, Daniel; Rotty, Linda W. A.; Pandelaki, Karel
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10937

Abstract

Abstract: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia due to impaired insulin activity, or both. Uncontrolled DM will lead to chronic complication, such as microangiopathy, macroangiopathy. and neuropathy. Diabetic foot is one of the chronic complications. This complication is associated with abnormality of thrombocyte and hematocrit levels that influence the blood flow. This study aimed to find out the profile of thrombocyte and hematocrit levels in patients with type 2 DM with diabetic foot at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. There were 25 patients type 2 DM with diabetic foot as samples consisted of:10 males (40%) and 15 females (60%). The mean of hematocrit level in males was 35.20% and in females was 28.40%. The mean of thrombocyte level was 391.4 x 103/mm3.Keywords: diabetic foot, thrombocyte, hematocritAbstrak: Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduannya. Hiperglikemi pada DM yang tidak terkontrol menyebabkan komplikasi kronis, seperti mikroangiopati,makroangiopati dan neuropati. Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronis. komplikasi ini berkaitan dengan kelainan kadar trombosit dan hematokrit yang mempengaruhi peredaran darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar trombosit dan hematokrit pada pasien diabetes tipe 2 dengan kaki diabetik di BLU RSUP Prof. R. D. Kandou Manado. Terdapat 25 pasien dengan DM tipe 2 yang memiliki komplikasi kaki diabetes yang menjadi sampel penelitian ini. Berdasarkan distribusi jenis kelamin perempuan sebanyak 15 pasien (60%) dan pada pasien laki-laki sebanyak 10 pasien (40%). Rata-rata kadar hematokrit pasien laki-laki adalah 35.20% dan perempuan adalah 28.40%. Rata rata kadar trombosit pasien adalah 391,4 x 103/mm3.Kata kunci: kaki diabetes, trombosit, hematokrit
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN FUNGSI KOGNITIF, KUALITAS TIDUR DAN LAMA RAWAT INAP PASIEN LANJUT USIA DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Palawe, Prastika C.; Rotty, Linda W. A.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.10944

Abstract

Abstract: One of the benchmarks to evaluate nations’ development is its life expectancy. Indonesian life expectancy is increasing along with its standards of living and health care. However, it results an increasing number of elderly patients with their multipathology characteristics. This study aimed to obtain the correlation between hemoglobin level (X) with cognitive function (Y1), sleeping quality (Y2) and length of stay (Y3) among elderly patients in Department of Internal Disease Geriatric Division at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado period January 2013 to December 2014. This study was conducted on 180 elderly patients (according to the database). This study used secondary data obtained from the medical records. The correlation test Spearman Rank showed that the relationship between hemoglobin level and cognitive function had an r value = 0.004 and a p value sig = 0.957. The correlation between hemoglobin level and sleeping quality had an r value = -0.023 and a p value sig = 0.754. The correlation between hemoglobin and length of stay had an r value = -0.177 and a p value sig = 0.018. Conclusion: There was no correlation between hemoglobin level and cognitive function as well as sleeping quality. There was a very weak negative correlation between hemoglobin level and length of stay of elderly patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. Keywords: hemoglobin level, cognitive function, sleeping quality, length of stay  Abstrak: Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari harapan hidup penduduknya. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan dengan konsekuensi meningkatnya jumlah pasien lanjut usia dengan karakteristik multipatologi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh analisis hubungan kadar hemoglobin (X) dengan fungsi kognitif (Y1), kualitas tidur (Y2) dan lama rawat inap (Y3) pasien lanjut usia di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Divisi Geriatri RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado periode Januari 2013 sampai Desember 2014. Penelitian ini dilakukan pada 180 pasien lanjut usia (berdasarkan database). Pengambilan data sekunder (retrospektif) diperoleh dari catatan medik. Uji korelasi Spearman Rank untuk analisis hubungan kadar hemoglobin dan fungsi kognitif mendapatkan nilai r = 0,004 dan nilai p sig = 0,957. Hubungan kadar hemoglobin dan kualitas tidur mendapatkan nilai r = -0,023 dan nilai p sig = 0,754. Hubungan kadar hemoglobin dengan lama rawat inap mendapatkan nilai r = - 0,177 dan nilai p value sig = 0,018. Simpulan: Pada pasien lanjut usia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tidak terdapat hubungan antara kadar hemoglobin dengan fungsi kognitif dan kualitas tidur. Terdapat hubungan negatif yang sangat lemah antara kadar hemoglobin dengan lama rawat inap pasien. Kata kunci: kadar hemoglobin, fungsi kognitif, kualitas tidur, lama rawat inap.
GAMBARAN STATUS BESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS Patambo, Kurniawan K.; Rotty, Linda W. A.; Palar, Stella
e-CliniC Vol 2, No 2 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.2.2.2014.5049

Abstract

Abstract: Chronic Kidney Disease (CKD) is a process of patofisiologis with multiple etiology, resulting in decline kidney function that is progressive and generally ending with kidney failure. The incidence of the patients with CKD in developing countries, is estimated to be around 40-60 cases per 1 million citiziens per year. The World Health Organization (WHO) estimated that there will be an increase in patients with kidney disease in Indonesia as much as 41.4% between 1995-2025. In Indonesia, from data in some parts of Nephrology, estimated incidence of CKD range 100-150 per 1 million citiziens. This research aims to know the description of iron status in Chronic Kidney Disease who undergoing Hemodialysis in Intalation of Hemodialysis was BLU Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital. Method: This study uses descriptive retrospective method based on primary data from research period November 2013 - December 2013 in the Installation of Hemodialysis was BLU. Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. Research variables used are age, sex, the results of the laboratory test, the cause of CKD, undergoing long-term of Hemodialysis. Result: The results are from 57 total patient who included in research criterion there 41 (72%) men  and 16 (28%) woman, based on the age group, group of age 41-64 38 (67%), the distribution of laboratory results based on hemoglobin levels in men at levels of 8-8.9 g/ dL, 15 (37%), as well as the women in the highest levels of hemoglobin levels of 8-8.9 g/ dL 5 (32%), based on hematocrit levels in men - most men in levels of 24-26.9% 14 (34%), and women most at levels of 21-23.9% 5 (32%), based on the highest value of serum iron value of 59-158 ug/ dL 33 (58%), based TIBC value most in the value <250 ug / dL 52 (91%), based on the highest value of transferrin saturation values​​ >50% 27 (48%), based on the most cause of CKD due Nefrosclerosis Hypertension 56 (98%). Conclusion: On this research most on sex men and age group 20-64. Keywords: Chronic Kidney Disease, Iron serum, TIBC, Transferrin saturation.     Abstrak: Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Insidens penderita PGK di  negara-negara berkembang, diperkirakansekitar 40 - 60 kasus perjuta penduduk per tahun. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan terjadi peningkatan pasien dengan penyakit ginjal di Indonesia sebesar 41,4% antara tahun 1995-2025. Di Indonesia, dari data di beberapa bagian nefrologi, diperkirakan insidens PGK berkisar 100-150 per 1  juta penduduk.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status besi pada Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis di Instalasi Tindakan Hemodialisis BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Metode: Penelitian ini menggunakan metode retrospektif deskriptif berdasarkan data primer pada periode November 2013 – Desember 2013 di Instalasi Tindakan Hemodialisis BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou dengan variabel penelitian yang digunakan yaitu umur, jenis kelamin, hasil laboratorium, penyebab PGK, lama menjalani Hemodialisis. Hasil: Hasil dari peneltian ini adalah dari 57 pasien yang memenuhi kriteria inklusi berdasarkan jenis kelamin, laki – laki 41 (72%) dan perempuan 16 (28%), berdasarkan kelompok umur terbanyak pada usia 41-64 tahun 38 (67%), distribusi hasil laboratorium berdasarkan kadar hemoglobin, laki – laki terbanyak pada kadar 8-8,9 g/dL 15 (37%), sama halnya pada perempuan 5 (32%), berdasarkan kadar hematokrit pada laki – laki terbanyak pada kadar 24-26,9% 14 (34%), dan perempuan pada kadar 21 – 23,9% 5 (32%), berdasarkan nilai serum iron terbanyak nilai 59-158 ug/dL 33 (58%), berdasarkan nilai TIBC terbanyak nilai <250 ug/dL 52 (91%), berdasarkan nilai saturasi transferin ter-banyak nilai >50% 27 (48%), berdasarkan penyebab PGK terbanyak akibat Hipertensi nefrosklerosis 56 (98%). Simpulan:pada penelitian ini terbanyak pada jenis kelamin laki – laki dan kelompok umur 20 – 64 tahun. Kata kunci: Penyakit ginjal kronik, Serum iron, TIBC, Saturasi transferin.
Hubungan anemia dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisis reguler Senduk, Cindy R.; Palar, Stella; Rotty, Linda W. A.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10941

Abstract

Abstract: The objective of this study is to determine the correlation between anemia and quality of life in chronic kidney disease patients undergoing regular hemodialysis. This was an observational analytical study with a cross-sectional design. Samples were obtained by using consecutive sampling. Patients’ quality of life was assessed with short-form 36 questionnaires (SF-36) while their Hb levels data were taken from the medical records. There were 60 samples, with a majority age range of 50-59 years old (33.33%) adn the dominant gender was males (68,3%). There were 13 non-anemia patients (22%), 27 mild anemia patients (45.0%), 15 moderate anemia patients (25.0%) and 5 severe anemia patients (8%). The highest quality of life score obtained was 90.70 with an average score 61.99. The Spearman correlation test showed a correlation between anemia and life quality (p=0.000). Conclusion: There was a significant correlation between anemia and quality of life in chronic kidney disease patients undergoing regular hemodialysis.Keywords: chronic kidney disease, hemodialysis, anemia, quality of life Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan anemia dengan kualitas hidup pasien PGK yang sedang menjalani hemodialisis reguler. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan rancangan studi potong silang (cross sectional study). Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu consecutive sampling. Data kualitas hidup pasien diukur dengan pertanyaan dalam kuesioner Short Form (SF-36) sedangkan kadar Hb diambil dari rekam medik. Hasil dari penelitian ini didapatkan sampel 60 orang, usia terbanyak 50-59 tahun (33,3%), jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (68,3%), tidak anemia 13 orang (22%), anemia ringan 27 orang (45,0%), 15 orang (25,0%) anemia sedang dan sisanya 5 orang (8%) anemia berat. Skor kualitas hidup tertinggi 90,70 dengan rata-rata 61,99. Uji korelasi spearman didapatkan hubungan antara anemia dengan kualitas hidup (p=0,000). Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dengan kualitas hidup pasien PGK yang sedang menjalani hemodialisis reguler.Kata kunci: penyakit ginjal kronik, hemodialisis, anemia, kualitas hidup
Terapi Pemberian Besi pada Penderita Anemia Defisiensi Besi Kapoh, Sabatika R; Rotty, Linda W. A.; Polii, Efata B. I.
e-CliniC Vol 9, No 2 (2021): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v9i2.32863

Abstract

Abstract: Iron deficiency anemia (IDA) is caused by deficiency of iron needed for hemoglobin synthesis. Based on WHO data 2011, of 100% cases of patients with severe anemia, there were 50% of pregnant women, 49% of non-pregnant women, and 42% of children suffered from iron deficiency. Other literatures mentioned about 2-5% of adult men and post menopause women were diagnosed as iron deficiency anemia in developed countries. This study was aimed to determine the relationship between iron therapy in patients and iron deficiency anemia. This was a literature review study, summarizing the results of studies that included iron therapy to iron deficiency anemia patients. The results showed a positive result of iron therapy among iron deficiency anemia patients. In conclusion, there is an increase in hemoglobin among iron deficiency anemia patients after being given iron therapy.Keywords: iron deficiency anemia, iron therapy  Abstrak: Anemia defisiensi besi (ADB) disebabkan oleh kekurangan zat besi yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin. Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011, dari 100% kasus penderita anemia berat yang dilaporkan, diperkirakan 50% wanita hamil, 49% wanita tidak hamil, dan 42% kasus anak penderita anemia didapatkan berkaitan dengan kekurangan zat besi. Data lain menyebutkan sekitar 2-5% pria dewasa dan wanita pasca menopause mengalami ADB di negara maju. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian besi pada pasien anemia defisiensi besi. Jenis penelitian ialah literature review. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil positif pemberian terapi besi pada pasien anemia defisiensi besi. Simpulan penelitian ini ialah terdapat peningkatan hemoglobin pada pasien anemia defisiensi besi setelah diberikan terapi besi.Kata kunci: anemia defisiensi besi, terapi besi
Hubungan Performa Fisik dengan Prognosis Pasien Gagal Jantung Palilati, Nurfadhilah H.; Wantania, Frans E. N.; Rotty, Linda W. A.
e-CliniC Vol 9, No 1 (2021): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v9i1.32116

Abstract

Abstract: Heart failure is a serious health problem and a leading cause of death, illness, and poor quality of life. Although the diagnosis and treatment of this disease has significant progress, the prognosis is still poor. The physical performance of patients with heart failure, for example, measured by a 6-minute walking test can be used to assess the functional capacity and assess the prognosis of the patient. This study was aimed to determine the relationship between physical performance and prognosis of patients with heart failure. This was a literature review study using literatures obtained from three databases, namely Pubmed, Science Direct, and Google Scholar. The keywords used in searching the literatures were "physical performance OR 6 minutes walking test AND heart failure prognosis" and their variations and translations. After the selection, 10 literatures were reviewed. The results showed that any decreases in distance of the 6-minute walking test and in walking speed would increase the risk of rehospitalization and mortality as reported in nine literatures. In conclusion, there was a significant relationship between physical performance and prognosis of patients with heart failure.Keywords: physical performance, prognosis of heart failure Abstrak: Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang serius dan penyebab utama kematian, kesakitan, serta kualitas hidup yang buruk. Meskipun diagnosis dan pengobatan penyakit ini telah mengalami banyak kemajuan namun prognosisnya masih buruk. Performa fisik pasien gagal jantung contohnya diukur dengan tes jalan 6 menit dapat digunakan untuk menilai kapasitas fungsional dan menilai prognosis dari pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan performa fisik dengan prognosis pasien gagal jantung. Jenis penelitian ialah literature review menggunakan  literatur yang diperoleh dari tiga database yaitu Pubmed, Science Direct. dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel yaitu “physical performance OR 6 minutes walking test AND heart failure prognosis” dan berbagai variasi serta terjemahan. Hasil seleksi, mendapatkan 10 literature yang dikaji. Hasil penelitian mendapatkan bahwa setiap penurunan jarak yang ditempuh dalam uji jalan 6 menit dan penurunan waktu kecepatan berjalan dapat meningkatkan risiko rehospitalisasi dan kematian yang dilaporkan pada 9 literatur. Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan bermakna antara performa fisik dengan prognosis pada pasien gagal jantung.Kata kunci: performa fisik, prognosis gagal jantung 
Hubungan Lingkar Pinggang, Homeostasis Model Assessment of Insulin Resistance, dan Prostaglandin-I2 dengan Test Agregasi Trombosit pada Subyek Obesitas Sentral Renata, Lucrezia; Pandelaki, Karel; Rotty, Linda W. A.
Medical Scope Journal Vol 2, No 2 (2021): Medical Scope Journal
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/msj.2.2.2021.32597

Abstract

Abstract: Overweight and obese are global health problems and tend to increase in Indonesia. Central obesity is associated with inflammation, insulin resistance, and increased reactive oxidative stress. Insulin resistance can cause a decrease in prostaglandin I2 (PGI2) and nitric oxide (NO) levels, and an increase in platelet aggregation. Its effect in platelet aggregation may increase thrombus formation in blood vessels. This study was aimed to determine the relationship between waist circumference (WC) with HOMA-IR, PGI2 and platelet aggregation test (PAT) in central obese subjects. This was an observational and analytical correlational study with a cross-sectional design conducted at Prof. dr. R. D. Kandou Hospital, Manado. Samples were 33 central obese subjects, 19 were male and 14 were female. Insulin resistance was measured by using HOMA- IR, urine PGI2, and PAT. The Spearmann and Pearson correlation test showed a positive correlation between WC and HOMA-IR (r=0.366, p=0.036). There was a negative correlation but not significant between WC and PGI2 (r=-0.169, p=0.347); between WC and PAT (r=0.094, p=0.603); between HOMA-IR and PGI2 (r=-0.218, p=0.223); and between HOMA-IR and PAT (r=0.080, p=0.658). In conclusion, in central obese people, there  is a relationship between WC and HOMA-IR, but there is no relationship between WC, PGI2, and PAT.Keywords: central obesity, HOMA-IR, prostaglandin-I2, platelet aggregation test Abstrak: Berat badan berlebih atau obesitas merupakan masalah kesehatan global dan terus meningkat di Indonesia. Pada obesitas sentral terjadi inflamasi, resistensi insulin, dan mening-katnya reaktif oksidatif stress. Resistensi insulin mampu menyebabkan penurunan kadar prostaglandin I2 (PGI2) dan nitrik oksida (NO). Penurunan kadar PGI2 dapat menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang selanjutnya meningkatkan kemungkinan terjadinya trombus dalam pembuluh darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lingkar pinggang dengan HOMA-IR, PGI2, dan test agregasi trombosit (TAT) pada subyek obes sentral. Jenis penelitian ialah observasional analitik bentuk korelasional dengan desain potong lintang. Penelitian dilakukan di RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. Total sampel 33  subyek dengan obesitas sentral, 19 laki-laki dan 14 perempuan. Pengukuran resistensi insulin menggunakan HOMA-IR, PGI2 urin, dan TAT. Uji korelasi Spearmann dan Pearson. mendapatkan korelasi positif antara LP dengan HOMA-IR (r=0,366; p=0,036). Terdapat korelasi negatif tidak bermakna pada hubungan antara LP dengan PGI2 (r=-0,169; p=0,347); hubungan antara LP dengan TAT (r=0,094; p=0,603); hubungan antara HOMA-IR dengan PGI2 (r=-0,218;p=0,223); dan hubungan antara HOMA-IR dengan TAT (r=0,080; p=0,658). Simpulan penelitian ini ialah pada subyek obes sentral terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan HOMA-IR, tetapi tidak terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan PGI2 dan TAT.  Kata kunci: obesitas sentral, HOMA-IR, prostaglandin-I2, tes agregasi trombosit
Kanker Paru: Laporan Kasus Joseph, Junita; Rotty, Linda W. A.
Medical Scope Journal Vol 2, No 1 (2020): Medical Scope Journal
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/msj.2.1.2020.31108

Abstract

Abstract: In general, lung cancer is all kinds of malignancy of the lung. It consists of malignancy derived from the lung itself (primary) and from out of the lung (metastasis). Clinically, primary lung cancers are malignant tumors derived from bronchial epithelium (bronchial carcinoma). Lung cancer is the main cause of death due to malignancy worldwide. We reported a male of 55-year-old male diagnosed as lung cancer. Diagnosis was based on anamnesis, physical examination, and supporting investigations. Anamnesis included smoking for 10 years ±15 cigarettes/day and complaints of shortness of breath, coughing, chest pain radiating to the back, and significant weight loss. Physical examination revealed enlargement of the right supraclavicular gland and decreased breath sounds in the right lung at the fifth intercostal space. Thorax photo, thorax CT-scan, and histopathological examination confirmed the diagnosis of lung cancer (adeno-carcinoma). Chemotherapy was administered with a combination of gemcitabine-cisplatin regimens for 12 cycles. The prognosis of this patient was poor because the disease had reached stage 4. However, the patient felt some clinical improvement after one month of chemotherapy.Keywords: lung cancer Abstrak: Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) maupun keganasan dari luar paru (metastasis). Dalam pengertian klinis yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus). Kanker paru merupakan penyebab utama kematian akibat keganasan di dunia Kami melaporkan sebuah kasus kanker paru pada seorang laki-laki berusia 55 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang meliputi adanya riwayat merokok (sigaret) selama 10 tahun sebanyak ±15 batang rokok/hari, dengan sesak nafas, batuk, nyeri dada menjalar sampai ke punggung, dan penurunan berat badan yang nyata. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran kelenjar supraklavikular kanan dan suara nafas menurun pada paru kanan setinggi sela iga V. Pada pemeriksaan penunjang foto toraks, thorax CT-scan, dan histopatologik didapatkan hasil yang menyokong diagnosis kanker paru (adenokarsinoma). Pada pasien ini, telah diberikan penata-laksanaan kemoterapi dengan kombinasi regimen gemcitabine-cisplatin selama 12 siklus. Progno-sis pasien ini buruk karena sudah sampai pada stadium 4, namun dengan kemoterapi yang dijalani sampai saat ini selama 1 bulan, pasien merasakan adanya perbaikan secara klinis.Kata kunci: kanker paru