Kris Budiono
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KARAKTERISTIK PANTAI PULAU LAUT-SEKATUNG (SALAH SATU PULAU TERLUAR NKRI) Kris Budiono; Godwin Latuputty
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 11, No 2 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1945.789 KB) | DOI: 10.32693/jgk.11.2.2013.233

Abstract

Pulau Laut-Sekatung adalah salah satu pulau terluar Negara Republik Indonesia yang berbatasan dengan perairan Malaysia Timur. Pulau ini terletak di laut Cina Selatan sebagai bagian dari Kepulauan Natuna dan secara administratif termasuk Provinsi Kepulauan Riau. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan tipologi kawasan pantai berdasarkan metoda geologi dan geofisika kelautan seperti pemetaan geologi kawasan pantai, pengambilan contoh sedimen, serta data-data penunjang seperti pengamatan pasang surut, pengukuran arus dan batimetri. Berdasarkan metoda-metoda tersebut, kawasan pantai Pulau Laut dapat dibedakan 3 jenis yaitu, pantai berpasir, pantai berbatuan dan pantai berbakau. Pantai tipe I adalah pantai berpasir menempati bagian selatan dan timur daerah penelitian, merupakan pasir hasil metasedimen dan terumbu karang. Pantai tipe II adalah pantai berbakau, menempati bagian tenggara daerah penelitian dan merupakan endapan rawa dengan morfologi pedarataran. Pantai tipe III merupakan pantai berbatuan menempati bagian timur dan utara daerah penelitian, merupakan singkapan batuan metasedimen dan batuan beku berumur Kapur yang berasal dari Formasi Bunguran. Tipe pasang surut di perairan Pulau Laut-Sekatung adalah harian tunggal (diurnal tide). Morfologi dasar laut perairan pantai sebelah barat dan timur berbeda, dimana sebelah barat dari garis pantai morfologinya curam sedangkan sebelah timur morfologinya landai. Perubahan garis pantai dicirikan oleh erosi pantai dibagian barat dan akrasi dibagian timur. Kata kunci: Pulau Laut-Sekatung, pulau terluar, karakteristik pantai The Sekatung-Laut Island is one of the outer island of the Republic Indonesia which bordered with the East of Malaysia waters. This island is located in the South China Sea as part of Natuna island and administratively within the Province of Riau islands. The purpose of this study is to know the characteristic and typology of coastal area. To support this purpose, the geology and geophysical survey method such as coastal mapping, sediment sampling, tide, current and bathymetry measurement have been done. Based on these method, the coastal area of Sekatung-Sea island can be distinguished in to 3 type. Coastal type I is a sand coast which is located in the south and east of the island where sand material is derived from meta-sediment rock and coral reef. Coastal type II is a mangrove coast which is located in the south east of study area. This coast is characterized by swamp deposits, mangrove plantation and plain area. Coastal type III is a rocky coast. This coast is characterized by the steep cliff of Cretaceous meta-sediment and volcanic rock of Bungaran Formation. Tide characteristic of study area is diurnal tide and the maximum current velocity is about 1.6 meter/second and is dominated by north direction. The morphology of water coast at west coast is very steep and in the eastern part is very flat. The coast line change is characterized by the erosion in the eastern part and akrasi to sable coast in the western part. Key words: Laut-Sekatung island, outer island, coastal characteristic
KARAKTERISTIK DAN DISTRIBUSI LUMPUR SIDOARJO SEPANJANG SUNGAI, ESTUARI DAN PERAIRAN PORONG Undang Hernawan; Kris Budiono
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 11, No 2 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1714.603 KB) | DOI: 10.32693/jgk.11.2.2013.234

Abstract

Semburan lumpur Sidoarjo (Lusi) di daerah Porong menambah fungsi Sungai Porong menjadi sarana untuk mengalirkan lumpur ke arah laut, karena kemampuan tanggul – tanggul penghalang di sekitar lokasi semburan sangat terbatas. Kondisi ini berdampak pula terhadap terbawanya lumpur lapindo ke perairan Porong. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui sebaran sedimen di sungai, muara dan perairan sekitar Porong terutama yang bersumber dari luapan lumpur Sidoarjo. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel sedimen hasil sampling yang diambil di lokasi sungai – muara sungai Porong dan 30 sampel sedimen permukaan dasar laut di perairan sekitar muara sungai Porong. Distribusi umum sebaran sedimen di perairan Porong menunjukkan sedimen lumpur ditemukan di pinggir sungai dan sedimen pasir ditemukan di bagian tengah sungai. Distribusi umum sedimen dasar perairan di sekitar muara Porong berupa pasir, lempung dan lempung lanau pasiran. Hasil analisis mikroskopik dan SEM menunjukkan bahwa sedimen yang berasal dari luapan lumpur Sidoarjo ditemukan di sepanjang aliran Sungai Porong sampai muara, namun belum ditemukan di perairan luar sekitar muara Porong. Sedimen Lusi yang sampai ke muara Porong berukuran butir sampai 2,5 mikron. Deskripsi megaskopis menunjukkan sedimen Lusi pasir - kerikil umumnya berbentuk pipih (halus– agak halus). Hasil SEM menunjukkan bahwa sedimen yang berasal dari lumpur Sidoarjo umumnya seragam dan didominasi berupa smectite. Berbeda dengan sedimen sungai, hasil SEM yang diperoleh dari sampel laut yang menunjukkan sedimennya beragam, berupa montmorilonite, kaolinite dan illite. Kata Kunci : Sedimen, Porong, lumpur Sidoarjo The Sidoarjo mudflow in the Porong area increases the functions of Porong River as media to drain the muds towards the sea, because the ability of embankments in the area as a barrier is very limited. This condition intends to determine the presence and distribution of sediment in rivers, estuaries and waters originating from the Lusi mudflow. The materials used in this study are the sediment sampling results as many as 30 samples taken from the river and off the river mouth and 30 samples of sea surface sediments in the surrounding waters. General distribution of sediments in the Porong River shows the form of mud sediments are generally found in the riverside and sandy sediment found in the middle of the river, while the distribution of sediments in waters Porong form of sand, clay and sandy silt clay. The results of microscopic and SEM analysis showed that the sediments derived from the Lusi mudflow found along Porong River till estuaries, but they have not reach surrounding water of Porong estuary. The Lusi sediment that reached the estuary Porong sized to 2.5 micron. General megascopic description show the shape of the Lusi sediment as sand-gravel is a flat-shaped (rounded - sub rounded). SEM results showed that the sediments derived from the Lusi is generally uniform and dominated by smectite. In contrast to stream sediments, the SEM results obtained from marine sediment samples show a variety of sediments, in the form of montmorillonite, caolinite and illite. Key words: Sediment, Porong, Sidoarjo, Mud Overflow (Lusi)
KAJIAN DINAMIKA PANTAI SELATAN BANYUWANGI BERDASARKAN HASIL PENAFSIRAN CITRA SATELIT LANDSAT TM Undang Hernawan; Kris Budiono
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 1 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.506 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.1.2008.148

Abstract

Hasil kajian citra satelit Landsat Thematic Mapper (TM) menunjukkan daerah pantai selatan Banyuwangi mempunyai empat karakteristik dinamika pantai, yaitu daerah akresi, terjadi di muara Sungai Gonggo, Sungai Baru, dan Sungai Pergaul yang terjadi karena tingginya aliran (run off) dari sungai. Daerah abrasi terjadi di Teluk Grajagan yang terjadi karena adanya arus menerus dari laut sehingga sedimen dari Segoro Anakan tidak bisa diendapkan di daerah teluk dan hanya di muka sungai. Daerah abrasi dan akresi terdapat di teluk Rajegwesi dan Pancamaya yang mempunyai daerah akresi di muara sungai dan daerah abrasi di bagian sisi teluknya. Daerah stabil, terdapat di daerah-daerah yang menjorok ke laut dan sepanjang pantai Alas Purwo. Daerah akresi maupun abrasi umumnya terjadi di daerah topografi rendah, landai dan berupa aluvium, sedangkan daerah stabil terdapat pada daerah dengan topografi bertebing dan batuan penyusun berupa batuan keras. Kata kunci : sedimen, dinamika pantai, Landsat TM, pantai selatan Banyuwangi The result of the assesment of Landsat TM imageries show that the coastal area of south Banyuwangi have four coastal dynamic characteristics those are: accretion, abrasion, accretion and abrasion, and stable areas. Accretion area, is located in the river estuary of Gonggo, Baru, and Pergaul rivers that occur by run off from river. Abrasion area, is located in Grajagan Bay caused by continuous current from the sea so that the sediment from Segoro Anakan cannot precipitate in the bay area but only in the river mouth. Abrasion and accretion areas are located in Rajegwesi and Pancamaya Bays where the accretion area is in a river estuary but the abrasion area is in the side shares of the bay. Stable area is located in the peninsula area and along the Alas Purwo coast. Generally the accretion or abrasion areas were occurred in low relief topography and occupied by alluvium, whereas the stable area is characterized by the high relief topography consisting of hard rock. Key words: sediment, coastal dynamic, Landsat TM, south coast of Banyuwangi.
INDIKASI MINERALISASI DAN KETERDAPATAN MINERAL BESI DI PANTAI TAMBELAN, KEPULAUAN RIAU BERDASARKAN PEMETAAN GEOLOGI PERMUKAAN Noor C.D. Aryanto; Kris Budiono
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 3 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.267 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.3.2008.162

Abstract

Berdasarkan pemetaan geologi, memperlihatkan adanya indikasi keterdapatan mineral besi di pulau ini, masing-masing di Pantai Gayam (luas 70,84 ha) dan daerah Sekuni (luas 204 ha). Secara umum keterjadian endapan besi di kedua daerah tersebut memperlihatkan proses hidrotermal yang sama, dimana intrusi granitik merupakan sumber panas terhadap batuan induk yang berupa batuan lelehan andesitik dan dasitik. Ada perbedaan mineralisasi yang ditemukan, yaitu munculnya gejala silifikasi di blok Gayam dan gejala limonitisasi di blok Sekuni. Kata kunci: Mineralisasi, keterdapatan mineral besi, Gayam dan Sekuni. Based on the geological mapping there was indication of iron-mineral occurrences at Gayam coast (70.84 ha) and Sekuni coast (204 ha). In general, the origin of iron deposit at these areas was a similar hydrothermal process is there granitic intrusion as a heat source to the host rock of andesitic and dacitic rocks. There is a difference process of mineralization between Gayam block and Sekuni block. The difference is silisification and limonitisation. Keywords: mineralisation, iron-mineral occurrence, Gayam and Sekuni.
KARAKTERISTIK ENDAPAN SEDIMEN PANTAI TERHADAP PENGARUH LIQUIFAKSI DI KAWASAN PESISIR PANGANDARAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT Kris Budiono; Purnomo Raharjo
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 3 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.168 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.3.2008.163

Abstract

Liquifaksi adalah salah satu bencana geologi yang berhubungan dengan kegempaan, dimana tekanan pori dalam tanah atau sedimen mengalami peningkatan akibat getaran, sehingga mengakibatkan aliran air ke arah permukaan tanah. Liquifaksi umumnya terjadi pada dataran rendah termasuk kawasan pesisir. Daerah penelitian yang terletak di sekitar pantai Pangandaran dan Parigi terdiri dari endapan lempung, lanau, pasir dan kerikil yang bersifat lepas dan jenuh air, secara regional sering dipengaruhi oleh kekuatan gempa antara 5,5 – 6 skala Richter dengan percepatan tanah antara 150 – 200 mgal. Kondisi seperti ini apabila terjadi gempa sangat memungkinkan untuk terjadi liquifaksi. Berdasarkan hasil perhitungan secara kuantitatif nisbah pori kritis, tidak semua lokasi penelitian akan mengalami liquifaksi pada percepatan permukaan 150 – 200 mgal. Berdasarkan nilai tumbukan SPT yang dipakai untuk analisis “simplified procedure”, daerah penelitian secara umum relatif kecil terhadap bahaya liquifaksi. Namun demikian berdasarkan korelasi antara sifat mekanik tanah dengan nilai SPT, pada kedalaman 0 – 8 m terdapat lapisan sedimen yang cukup rentan terhadap liquifaksi. Kata kunci: Liquifaksi,sedimen pantai,Pangandaran Liquefaction is one of many geological hazards related to an earthquake, where the void ratio pressure in soil or sediment will increase due to the vibration, that causing water flow up to the ground surface. Generally liquefaction is occurred in the low lying areas including coastal zone. The survey area located in the Pangandaran and Parigi coasts, is consisted of clay, silt, sand and gravel, of loose and saturated properties, generally is frequently influenced by 5,5 – 6 Richter scale of earthquake strength with the ground acceleration between 150 – 200 mgal. The liquefaction will be occurred in this condition if there is an earthquake. Based on the quantitatively calculation of critical void ratio, the liquefaction at ground acceleration of 150 – 200 mgal will not be occurred at all of the survey area. Based on the number of blows of SPT which is used for simplified procedure analysis, it shows that the study area is less influenced by the liquefaction. Nevertheless , based on the correlation between soil mechanic properties and SPT value, there is potential liquefiable sediments layer between the depth of 0 – 8 meters. Key words: liquefaction, coastal sediment, Pangandaran
ANALISIS GEOTEKNIK KELAUTAN PADA SISI KETAPANG (SELAT BALI) UNTUK PENGEMBANGAN PENGHUBUNG JAWA - BALI Ediar Usman; Franto Novico; Kris Budiono; Purnomo Raharjo
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 2, No 2 (2004)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.055 KB) | DOI: 10.32693/jgk.2.2.2004.113

Abstract

Daerah penelitian terletak di Perairan Ketapang, Selat Bali, ke arah timur dari pantai Banyuwangi. Di daerah ini akan dikembangkan jembatan penghubung Jawa dan Bali. Hasil penelitian geologi dan geofisika kelautan menunjukkan kondisi geologi dan geofisika yang komplek. Berdasarkan hasil pemboran inti dan nilai SPT memperlihatkan adanya sedimen tidak terkonsolidasi mencapai tebal 20 meter dari permukaan dasar laut yang tersusun dari fragmen terumbu koral dan cangkang foram. Analisis ini tanpa menggunakan metoda propertis keteknikan karena sedimen tak terkonsolidasi di dominasi oleh fragmen dan cangkang foram hampir 80%. Analisis nilai SPT menunjukkan kapasitas tiang pancang untuk diameter 50 cm mempunyai rata-rata 93.752 ton beban tekan dan 21.532 ton beban tarik. Untuk meningkatkan beban tersebut harus meningkatkan diameter tiang pancang lebih dari 50 cm dan kedalaman tiang pancang lebih dari 20 meter dari permukaan dasar laut. The area investigated is the Ketapang Waters of Bali Strait, easthward of the Banyuwangi Coast. This area will be developed a bredge between Java and Bali. Result of geological dan marine geophysical method shows the geologic and oseanograhic condition very complex. Based on coring data and Standard Penetration Test (SPT) value shows the unconsolidated sediments to reach 20 meters from seabed consist of coral fragments and foram shells. This analysis without engineering properties method because unconsolidated sediment is dominated by fragment and shell almost 80%. Analisys of Standard Penetration Test (SPT) value shows the bearingpile capacity of 50 cm of bearingpile diameters has avarage 93.752 ton of download and 21.532 ton of upload. For more then that value has to increasing the diameters more then 50 cm and ent bearingpile more then 20 meters thicknees in depth from seabed.
STUDI PENURUNAN SEDIMEN KUARTER DI PERAIRAN CIREBON, PROPINSI JAWA BARAT Kris Budiono; Purnomo Raharjo
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 1 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1373.902 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.1.2008.150

Abstract

Penelitian ini lebih difokuskan dalam mengaplikasikan data geologi teknik untuk menganalisis kemungkinan potensi penurunan sedimen Kuarter apabila didirikan suatu bangunan laut. Secara umum litologi daerah penelitian diperkirakan terdiri dari sedimen berumur Plistosen sampai Kuarter Data yang dipergunakan adalah data hasil pemboran teknik di laut dengan uji SPT dan hasil analisa laboratorium mekanika tanah. Berdasarkan pada perhitungan nilai SPT untuk setiap tiang pancang menunjukkan bahwa nilai daya dukung dijinkan (Qa) adalah 83,726 ton. Perkiraan nilai penurunan (St) adalah 0,992 cm atau 0,390 inci. Hasil perhitungan untuk dimensi dermaga yang direncanakan memperlihatkan bahwa beban total yang terjadi pada dermaga (q) adalah 2,18 ton/m2. Potensi penurunan lapisan tanah berdasarkan hasil uji laboratorium adalah 2,35 cm. Lamanya penurunan untuk terjadinya konsolidasi 10% adalah 94,81 hari (3,16 bulan), konsolidasi 20% adalah 367,41 hari (1,06 tahun), konsolidasi 50% adalah 2334,81 hari (6,39 tahun) dan konsolidasi 90% adalah 100503,7 hari (27,54 tahun). Berdasarkan kondisi tersebut di atas, menunjukan bahwa daerah penelitian memiliki potensi penurunan kecil dan dalam dalam waktu yang relatif lama. Kata kunci : geologi teknik, penurunan, bangunan laut, perairan Cirebon The aim of the study is mainly to apply the engineering geological data for analyzing the settlement potency of Quaternary sediments if the sea construction is built. In general, the litology in the study area consist of Plistocene to Recent sediments. The data used in this study are the offshore cores, namely, the SPT test and soil mechanic analyses. The SPT values of each pile shows that the allowable bearing capacity value is 83,726 ton. The estimation of settlement value ((St) is 0,992 cm or 0,390 inches. The total sediment loaded at the port (q) is 2,18 ton/m2, whereas based on the laboratory test analysis, it shows that the potential of soil settlement layer is 2,35 cm. The settlement period for 10% of consolidation is 94,81 days (3,16 months), 20% of consolidation is 367,41 days (1,06 years), 50% of consolidation is 2334,81 days (6.39 years), and 90% of consolidation is 100503,7 days (27.54 years). The above conditions indicate that the settlement in the study area is under going subsidence in small potential and in relatively long period. Key word : engineering geology, settlement, offshore structur, Cirebon waters