Anang Hari Kristanto
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KLONING cDNA HORMON PERTUMBUHAN DARI IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) Estu Nugroho; Alimuddin Alimuddin; Anang Hari Kristanto; Odang Carman; Novi Megawati; Komar Sumantadinata
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (965.684 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.2.2008.183-190

Abstract

Penelitian mengenai kloning cDNA pengkode hormon pertumbuhan ikan gurame telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh sekuens DNA komplemen hormon pertumbuhan sebagai langkah awal dalam rangka pengembangan teknologi rekayasa genetik ikan gurame. Empat buah kelenjar hifopisa ikan gurame digunakan sebagai bahan bakunya dan dilakukan proses ekstraksi RNA total dari kelenjar hipofisa, dilanjutkan dengan sintesis cDNA, amplifikasi PCR, purifikasi fragmen DNA dari gel, ligasi produk PCR dengan vektor kloning, transformasi dan inkubasi bakteri, seleksi koloni bakteri putih, isolasi plasmid, dan sekuensing. Hasil sekuensing menunjukkan bahwa panjang produk amplifikasi PCR adalah 843 bp yang menyandikan 204 asam amino residu dan mengandung sekuens-sekuens yang konserf untuk gen hormon pertumbuhan (GH). Analisis homologi menunjukkan kesamaan sekuens hasil isolasi antara 52,4%--97,6% dengan gen GH ikan lainnya, dengan persentase homologi tertinggi adalah dengan ikan sepat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekuens hasil isolasi merupakan sekuens gen GH. Dari hasil analisis sekuens terlihat bahwa gen GH ikan gurame secara evolusi adalah konserf.Research on cDNA cloning encoded the gouramy growth hormone was conducted. The aim of the research was to get complementary DNA, cDNA, sequences of growth hormone as an initial step to develop genetic engineering of gouramy fish. Four pituitary glands of the gouramy were taken and then processed with total RNA extraction, and continued with cDNA synthesis, PCR amplification, DNA fragment purification from the gel, PCR product legation with cloning vector, transformation and incubation of bacteria, white colony bacteria selection, plasmid isolation and sequencing analysis. Sequencing result showed that the amplified PCR product length had 834 bp, encoding 204 amino acid residue and contained conserve sequence for GH (growth hormone) gen. Homolog analysis showed sequence similarity of isolated result between 52.4%—97.6% with other GHs with the highest percentage resulted from the Trichogaster pectoralis. From the sequence analysis showed that GH gen of gouramy at an evolutionary manner was conserve.
PERANAN LEMAK PAKAN DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN EMBRIO, DERAJAT PENETASAN TELUR, DAN SINTASAN LARVA IKAN BAUNG (Mystus nemurus) Ningrum Suhenda; Reza Samsudin; Anang Hari Kristanto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.282 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.2.2009.201-211

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT), Bogor dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kadar lemak pakan yang berbeda terhadap perkembangan embrio, derajat pembuahan, penetasan telur, dan sintasan larva ikan baung. Pakan yang digunakan berupa pakan buatan yang mengandung lemak dengan kadar yang berbeda yaitu 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12% dengan sumber lemak yang dipergunakan adalah campuran minyak ikan dan minyak nabati dengan perbandingan 1:1. Bobot rata-rata induk ikan baung pada awal percobaan 420,89±72,10 g/ekor dan dipelihara di dalam kolam beton. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang diamati yaitu derajat penetasan, perkembangan embrio, dan sintasan larva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemak pakan merupakan faktor penting yang erat hubungannya dengan perkembangan embrio yang terlihat mulai dari pembuahan sampai dengan penetasan yaitu berkisar antara 25 jam 5 menit sampai 26 jam 37 menit. Stadia morula, blastula, dan gastrula terjadi relatif lebih cepat pada induk yang diberi pakan dengan kadar lemak 8%, akan tetapi induk yang diberi pakan dengan kadar lemak 6%, telur yang dihasilkan lebih cepat menetas. Perlakuan kadar lemak 6% dan 8% memperoleh derajat pembuahan di atas 98%, derajat penetasan telur di atas 95%, dan sintasan larva di atas 99%. Selanjutnya pakan ini cukup untuk mendukung terjadinya proses perkembangan embrio secara sempurna dan mendukung sintasan larva.Fish feed should contain sufficient amount of lipid and fatty acid because these elements play eminent roles in supporting reproduction and survival rate of larvae. Fatty acid in egg mass has an important role in fish breeding technology development because it influences the early development of embryogenesis and development of embryo. The research was conducted at the Research Institute for Freshwater Aquaculture, Bogor aimed to study the effect of different lipid levels in fish feed on embryo development, fertilizing rate, hatching rate, and survival rate of green catfish (Mystus nemurus) larvae. Pelleted feed containing 35% of protein and lipid levels of 4%, 6%, 8%, 10%, and 12% were given with daily ratio of 2% of body weight. Lipid sources were mixed with fish oil and vegetable oil with the ratio of 1:1. Broodstock with average body weight of 420.89±72.10 g/fish were cultured in concrete pond. Completely randomized design was used containing 5 treatments and 3 replications. The observed parameters were fertilization rate, hatching rate, egg diameter, yolk sac diameter, and embryo development. The results showed that lipid has an important effect and relationship with embryo development (it was started from fertilization to hatching time with range in between 25 hours 5 minutes and 26 hours 37 minutes). The morula, blastula, and gastrula stages lasted shorter in the eggs of broodstock that were fed with feed containing lipid level of 8% but the broodstock fed with feed containing 6% lipid level had faster hatched eggs. The feed with 6% and 8% lipid level produced fertilizing rate above 98%, hatching rate above 95% and the survival rate above 99%. 
PENENTUAN VARIASI GENETIK IKAN BATAK (Tor soro) DARI SUMATERA UTARA DAN JAWA BARAT DENGAN METODE ANALISIS RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) Sidi Asih; Estu Nugroho; Anang Hari Kristanto; Mulyasari Mulyasari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.532 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.1.2008.91-97

Abstract

Variasi genetik ikan batak yang dikoleksi dari daerah Asahan, Aek Sarul (Tarutung), Aek Sirambe, Bahorok (Sumatera Utara), dan Sumedang (Jawa Barat) telah diteliti menggunakan metode Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Primer yang digunakan untuk analisis adalah OPC-01 dan OPC-02. Dari 2 primer yang digunakan hanya OPC-01 yang menunjukkan hasil PCR yang memberikan Polimorfisme. Berdasarkan nilai rata-rata heterozigositas (0,08—0,1250) dan persentase lokus polimorfik (22%—33%) secara umum menunjukkan bahwa keragaman genetik ikan batak yang dianalisis tergolong rendah. Hasil analisis RAPD juga menunjukkan bahwa secara genetik tidak ada perbedaan yang nyata di antara kelima populasi ikan batak.The genetic variabilities of Tor soro collected from Asahan, Aek Sarula (Tarutung), Aek Sirambe, Bahorok (North Sumatra), and Sumedang (West Java) were examined by RAPD. Primers used for analysis were OPC-01 and OPC-02. From both of the primers, only OPC-01 showed polymorphism. Based on the heterozigosity (0.08—0.1250) and percentage of polimorphyc locus value (22%—33%), indicated that genetic variation of Tor soro of North Sumatra was low. The RAPD analisis showed that no significantly difference among five population.
KLONING PROMOTER b-AKTIN DARI IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) Estu Nugroho; Alimuddin Alimuddin; Anang Hari Kristanto; Odang Carman
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.573 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.1.2009.23-31

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi promoter b-aktin (ggBA) dari ikan gurami (Osphronemus gouramy). Sekuens promoter ggBA diisolasi menggunakan metode “degenerate” PCR. Sekuensing dilakukan menggunakan mesin ABI PRISM 3100-Avant. Analisis sekuens menggunakan program BLAST, GENETYX versi 7 dan TFBind. Panjang sekuens DNA hasil kloning adalah sekitar 2,2 kb. Analisis BLAST menunjukkan bahwa sekuens DNA hasil kloning memiliki kemiripan dengan sekuens gen b-aktin ikan yang ada di Bank Gen. Sekuens hasil kloning memiliki faktor transkripsi yang konserf untuk promoter b-aktin, yaitu: CCAAT, CC(A/T)6GG, dan boks TATA. Posisi faktor transkripsi tersebut juga mirip dengan yang dimiliki oleh promoter b-aktin dari ikan yang ada di Bank Gen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fragmen DNA hasil amplifikasi PCR tersebut merupakan sekuens promoter b-aktin ikan gurami.The research was aimed to isolate b-actin promoter of gouramy (ggBA). Sequence of ggBA promoter was isolated using “degenerate” PCR. Sequencing was conducted using ABI PRISM 3100-Avant machine. The sequencing analysis was done using BLAST, GENETYX ver 7 and TFBind programs. The sequencing length of DNA clone result was around 2.2 kb. BLAST analysis showed that sequences from cloned DNA had the resemblence to those of b-actin sequences in GenBank database. The cloned sequences had transcript factors which followed b-actin promoter namely CCAAT, CC(A/T)6GG and TATA box.
KARAKTERISASI REPRODUKSI DAN MORFOMETRIK IKAN BATAK DARI DUA LOKASI (SUMATERA UTARA DAN JAWA BARAT) Anang Hari Kristanto; Sidi Asih; Winarlin Winarlin
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.817 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.1.2007.59-65

Abstract

Karakterisasi morfometrik dan reproduksi induk ikan batak dan keturunannya yang dipelihara di kolam dan induk ikan batak yang dipelihara di keramba telah dilakukan. Karakterisasi morfometrik meliputi sirip perut, sirip dubur, sirip punggung, sirip ekor, sirip dada, sisik linea latelaris kiri, dan sisik linea lateris kanan. Karakterisasi reproduksi meliputi panjang dan bobot ikan pada saat matang gonad, diameter telur, jumlah telur per kg induk, indek ovosomatik, laju pembuahan, laju penetasan, waktu laten, lama penetasan, panjang larva setelah habis kuning telur dan jumlah larva per kg induk dari masing-masing populasi. Populasi ikan Tor soro dari Jawa Barat dan Sumatera Utara mempunyai karakteristik morfometrik yang sama. Induk ikan generasi pertama (F1) ikan batak yang berada di Cijeruk, Jawa Barat menghasilkan jumlah larva yang lebih besar (259 ± 58) ekor/kg induk dibandingkan induk tetuanya (190 ± 70) ekor/kg induk, sedangkan ikan dari Ambarita, Sumatera Utara belum dapat menghasilkan larva.Reproductive and morphometric characterization of Tor soro broodstocks and their descent reared in the pond and tor soro broodstock reared in the cage were conducted. The reproductive characterizations include the length and weight at the maturation stage, eggs diameter, number of eggs per kg body weight, index ovosomatic, fertilization rate, hatching rate, and number of larvae per kg body weight of broodstock. The morphometric characterizations include the total length, standard length, body hight, ration body hight/standard length, abdominal fin, anal fin, dorsal fin, tile fin, left lenea latelaris and right linea lateralis. Population of Tor soro from West Java and North Sumatra had the same morphometric characterization. The first generation of Tor soro in Cijeruk, West Java produced more larvae (259 ± 58) fish/kg than their parent (190 ± 70 ) fish/kg, while the fish from Ambarita, North Sumatra has not produced the larvae yet.
KARAKTERISTIK GENETIK ENAM POPULASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT Mulyasari Mulyasari; Dinar Tri Soelistyowati; Anang Hari Kristanto; Irin Iriana Kusmini
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.998 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.175-182

Abstract

Penelitian karakteristik genetik populasi ikan nilem, Osteochilus hasselti di Jawa Barat dilakukan untuk mendapatkan data base sebagai langkah awal dalam melaksanakan program pemuliaan guna mempertahankan dan meningkatkan produksi dari ikan nilem di Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi genetik ikan nilem menggunakan metode RAPD dan menelusuri keragaman intra dan inter-populasi ikan nilem, Osteochilus hasselti di sentra budidaya yang terdapat di daerah Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian, populasi Sumedang secara genetis memiliki keragaman paling tinggi dibandingkan dengan populasi lainnya serta alel spesifik yang tidak ditemukan pada populasi lain (1.100 bp). Sedangkan Sukabumi memiliki keragaman genetik dan jumlah alel yang paling rendah. Hubungan inter-populasi ikan nilem hijau di Jawa Barat tidak berbeda nyata di mana jarak genetik enam populasi ikan nilem tersebut berkisar antara 0,0153-0,1392.Research on genetic variation was done to conduct breeding program as the effort to maintain and increase the production of nilem carp fish at West Java. The aim of this study was to identify nilem carp genetically and to estimate the variation of the intra and inter population of nilem carp fish from West Java using RAPD methods. The result showed that Sumedang population had the highest genetic variation and had specific allele that cannot be found at other population (1,100 bp). But in contrast Sukabumi population had the lowest genetic variation and allele number. The inter- population relationship among fish from West Java were not significantly different. Genetic distance among population were between 0.0153-0.1392.
PERKEMBANGAN TELUR DAN SPERMA INDUK IKAN BELIDA, Notopterus chitala YANG DIPELIHARA DI KOLAM Anang Hari Kristanto; Nuryadi Nuryadi; Yosmaniar Yosmaniar; Sutrisno Sutrisno
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1214.944 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.1.2008.73-82

Abstract

Penelitian pengamatan telur dan sperma induk ikan belida (Notopterus chitala) yang dipelihara di kolam telah dilakukan dari bulan Agustus 2006—Maret 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan telur dan sperma induk ikan belida yang dipelihara di kolam. Induk ikan belida dipelihara di kolam dengan pola induk betina saja, induk jantan saja, induk betina dan induk jantan secara bersama. Pengukuran dilakukan terhadap suhu harian, curah hujan, dan konduktivitas selama pemeliharaan serta melihat pengaruhnya terhadap perkembangan telur dan jumlah sperma serta motilitasnya. Selama pengamatan tujuh bulan, peningkatan curah hujan menyebabkan perubahan suhu dan konduktivitas air kolam pemeliharaan dan mempengaruhi jumlah spermatozoa dan motilitasnya demikian juga terhadap perkembangan telurnya. Induk jantan yang dipelihara secara terpisah, setiap bulannya dijumpai induk matang, sedangkan yang dicampur, pada bulan Februari dan Maret tidak dijumpai sperma matang. Pada induk betina baik yang terpisah maupun dicampur, bulan Februari dan Maret tidak dijumpai induk matang.Research on eggs and sperm development of featherback (Notopterus chitala) reared in earthen pond was conducted during August 2006—March 2007. The aim of the research was to observe the eggs and sperm development. Featherback broodstocks were reared in ponds as female only, male only, and female and male broodstock together. Measurement was done on the daily water temperature, conductivity and amount of rainfall during rearing period and also was obseved the eggs development and amount of sperms and their motilities. During the seven months of rearing, increasing the rainfall caused the alteration of temperature and conductivity of pond water. They influenced the amount of sperm and their motility and so did the eggs development. The males broodstock in separated rearing, each month was found matured sperm, while in mixed rearing, on Februari and March was not found. In female broodstock, none of matured female found during February and March.
PERANAN FAKTOR LINGKUNGAN DALAM PEMULIAAN IKAN Anang Hari Kristanto; Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (Juni 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1014.599 KB) | DOI: 10.15578/ma.2.1.2007.183-188

Abstract

Kegiatan pemuliaan ikan selain dipengaruhi oleh genetik, juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Walaupun faktor ini tidak diwariskan kepada generasi berikutnya, tetapi mempengaruhi fenotif suatu individu atau populasi ikan yang akan dibudidayakan, karena faktor lingkungan yang buruk akan menutup potensi genetik dari individu atau populasi tersebut. Aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap pemuliaan tersebut adalah padat tebar dan mortalitas; umur, suhu, dan kualitas air; sifat biologi dan fisiologi; maternal efek; kecondongan, dan cara pemberian pakan; kompensasi pertumbuhan; dan pemeliharaan komunal (bersama). Usaha pemuliaan dan budi daya perlu memperhatikan faktor-faktor ling-kungan.