Irin Iriana Kusmini
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

SUHU OPTIMUM UNTUK LAJU PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus Irin Iriana Kusmini; Wartono Hadie; Elinda P Sianipar
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 1 (2006): (April 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.473 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.1.2006.67-72

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh suhu air yang memberikan hasil terbaik bagi laju pertumbuhan dan sintasan benih lobster air tawar, red claw. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas empat perlakuan, yaitu pada suhu air 26°C, 28°C, 30°C, dan 32°C; masing-masing perlakuan tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah laju pertumbuhan harian dan sintasan benih lobster red claw. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian dan sintasan benih lobster tertinggi terdapat pada suhu 28°C, yaitu sebesar 1,15% dan 85,93%. Laju pertumbuhan harian dan sintasan benih lobster mencapai optimum pada suhu 28°C, yaitu sebesar 1,05% dan 85,93%.The aim this research was to find out the effect of water temperature to the growth and survival rate of red claw crayfish (Cherax quadricarinatus) juvenile. The experiment design used completely randomized design (CRD) with four treatments of water temperature i.e. 26°C, 28°C, 30°C, 32°C and each of the treatments was replicated three times. Parameters observed are daily growth rate and survival rate of red claw crayfish juvenile. The result showed that temperatures were effected to growth rate and survival rate of red claw crayfish juvenile which expressed through quadratic response curve. The highest daily growth rate and survival rate of red claw crayfish fry was found on temperature 28°C C i.e. 1.15% and 85.93%. The optimum growth rate and survival rate was found on temperature 28°C i.e. 1.05% and 85.93%.
KARAKTERISTIK GENOTIPE HIBRIDA HUNA BIRU (Cherax albertisii) DENGAN HUNA CAPITMERAH (Cherax quadricarinatus) Irin Iriana Kusmini; Estu Nugroho; Alimuddin Alimuddin; Mulyasari Mulyasari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.554 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.191-197

Abstract

Pada pengelolaan induk di hatchery sering terjadi silang dalam (inbreeding) yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan keragaman genetik. Salah satu program untuk meningkatkan keragaman genetik adalah dengan hibridisasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik turunan persilangan antara huna biru Cherax albertisii dengan huna capitmerah Cherax quadricarinatus. Metode penelitian menggunakan analisis RAPD (Randomly Amplified Polymorphism DNA). Hasil penelitian menunjukkan nilai heterozigositas hibrida lebih tinggi (0,187-0,290) dibanding nonhibrida (0,0997-0,2211). Hibridisasi antara jantan huna capitmerah dengan betina huna biru (RA) menghasilkan nilai heterozigositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan persilangan antara betina huna capitmerah dengan jantan huna biru (AR).Management of fish broodstock in hatchery can reduced genetic variation. One program that can be conducted to increase the genetic variation is hibridization. The aim of this research was to find out genetic variation (heterozigosity) of the offspring of Cherax albertisii-Cherax quadricarinatus hybrid. The methods used in this research was RAPD analysis (Random Amplified Polymorphism DNA). The result showed that heterozigosity value of hybrid (0.187-0.290) was higher than that of non hybrid (0.0997-0.2211). Hybridization of redclaw male with blue crayfish female (RA) gave better result in heterozigosity value and genetic distance than that of redclaw female with blue crayfish male (AR).
KARAKTERISTIK FENOTIPE HIBRIDA HUNA BIRU (Cherax albertisii) DENGAN HUNA CAPITMERAH (Cherax quadricarinatus) Irin Iriana Kusmini; Komar Sumantadinata; Estu Nugroho; Alimuddin Alimuddin
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (April 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2753.3 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.1.2010.25-33

Abstract

Lobster air tawar (huna) adalah spesies endemik dan merupakan komoditas perikanan spesifik lokal Papua dan Australia, yang termasuk famili Parastacidae dan genus Cherax. Secara morfologi ada persamaan bentuk dan warna antara huna biru dengan capitmerah. Diduga terjadi inbreeding yang menyebabkan produksi huna capitmerah mulai menurun. Hibridisasi antar huna bertujuan untuk meningkatkan keragaman genetiknya sehingga diperoleh kualitas benih huna yang lebih baik dalam hal pertumbuhan dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan turunan hibrida antara huna capitmerah dengan huna biru sampai 4 bulan relatif sama dengan non hibrida, pada umur 5 bulan pertumbuhan hibrida mulai terlihat lebih cepat dibandingkan dengan yang non hibrida. Hibridisasi jantan huna biru dengan betina huna capit merah (AR) menghasilkan hibrida dengan efek heterosis 25% pada kenaikan bobot badannya. Hibridisasi jantan huna capitmerah dengan betina huna biru (RA) menghasilkan nilai sintasan yang lebih baik dibandingkan dengan AR
RADE-OFFS DAN COST OF PLASTICITY SIFAT PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI PADA PERSILANGAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DALAM SALINITAS BERBEDA Wartono Hadie; Irin Iriana Kusmini; Lies Emmawati Hadie
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 1 (2006): (April 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (983.845 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.1.2006.13-19

Abstract

Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh salinitas pada karakter pertumbuhan dan reproduksi dalam bentuk trade-offs dan cost of plasticity. Benih udang galah dengan bobot 0,01 ± 0,012 g dipelihara pada tiga level salinitas 0‰, 10‰, dan 15‰ dengan tiga ulangan. Sembilan persilangan diperoleh dari perkawinan antar dan dalam strain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada salinitas 10‰, udang memperlambat pertumbuhan sebesar 16,4% dan pada salinitas 15‰ memperlambat pertumbuhan 34,5%. Trade-offs terjadi dengan menurunkan fekunditas sebesar 0,47% pada salinitas 10‰, dan sebesar 18,73% pada salinitas 15‰. Sintasan udang mengalami penurunan sebesar 33,04% pada salainitas 10‰, dan 41,99% pada salinitas 15‰. Pertumbuhan udang terbaik terjadi pada salinitas 0‰ dengan rataan bobot mencapai 25,16 g, sintasan sebesar 63,17%, dan fekunditas berjumlah 23.384 butir telur.Research aimed to evaluated the effects of growth and reproduction trait in salinity expressed on the trade-offs and cost of plasticity. Giant prawn juvenile 0.01 ± 0.012 g of body weight were reared at three different salinities level i.e. 0‰, 10‰, and 15‰ with three replications. Nine crosses strain were obtained from cross breeding between and within strain. Result of research indicated that salinity of 10‰, prawn slower the growth equal to 16.4% and at salinity of 15‰ slower the growth up to 34.5%. Trade-offs happened by decreasing fecundity equal to 0.47% and 18.73% at salinity 10‰ and 15‰ respectively. Decreased of survival rate were 33.04% and 41.99% at salinity 10‰ and 15‰ respectively. The best performance is that salinity of 0‰ are 25.16 g, 63.17%, and 23,384 eggs for the body weight, survival rate, and fecundity respectively.
EVALUASI VARIASI GENETIK TIGA RAS IKAN GURAME ( Osphronemus gouramy ) DENGAN MENGGUNAKAN ISOZYME Estu Nugroho; Irin Iriana Kusmini
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.735 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.1.2007.51-57

Abstract

Evaluasi variasi genetik tiga ras ikan gurame dilakukan sebagai tahap awal dalam mengatasi masalah budi daya ikan gurame yaitu tumbuh lambat. Variasi genetik ras ikan gurame yaitu bastar, bule, dan blusafir yang dikoleksi dari daerah Parung-Bogor, Jawa Barat telah dievaluasi dengan menggunakan isozyme. Tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara tiga ras ikan gurame yang diuji. Jumlah alel per lokus dan alel polymorfik berturut-turut berkisar 1,25—1,375 dan 25%--37,5%; sedangkan heterosigositas berkisar 0,125--0,137. Jarak genetik antara ras blusafir dengan bastar atau bule adalah lebih besar dibandingkan jarak genetik antara ras bastar dengan bule. Jarak genetik rata-rata di antara ketiga ras ikan gurame adalah 0,0003.Evaluation of genetic variability of three giant gouramy races is an initial effort to solve the problem in culturing giant gouramy i.e. low growth. Genetic variability of three giant gouramy races, i.e. bastar, bule, and blusafir collected from ParungBogor,  West Java is evaluated using isozyme. There is no significant difference among three giant gouramy races. Number of allele per locus and polymorphism allele were ranged 1.25--1.375 and 25.0%--37.5% respectively, while heterozygosity was ranged 0.125--0.137. Genetic distance between blusafir and bastar or bule is farthest than genetic distance between bastar and bule. The average genetic distance among giant gouramy races is 0.0003.
KARAKTERISTIK GENETIK ENAM POPULASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT Mulyasari Mulyasari; Dinar Tri Soelistyowati; Anang Hari Kristanto; Irin Iriana Kusmini
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.998 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.175-182

Abstract

Penelitian karakteristik genetik populasi ikan nilem, Osteochilus hasselti di Jawa Barat dilakukan untuk mendapatkan data base sebagai langkah awal dalam melaksanakan program pemuliaan guna mempertahankan dan meningkatkan produksi dari ikan nilem di Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi genetik ikan nilem menggunakan metode RAPD dan menelusuri keragaman intra dan inter-populasi ikan nilem, Osteochilus hasselti di sentra budidaya yang terdapat di daerah Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian, populasi Sumedang secara genetis memiliki keragaman paling tinggi dibandingkan dengan populasi lainnya serta alel spesifik yang tidak ditemukan pada populasi lain (1.100 bp). Sedangkan Sukabumi memiliki keragaman genetik dan jumlah alel yang paling rendah. Hubungan inter-populasi ikan nilem hijau di Jawa Barat tidak berbeda nyata di mana jarak genetik enam populasi ikan nilem tersebut berkisar antara 0,0153-0,1392.Research on genetic variation was done to conduct breeding program as the effort to maintain and increase the production of nilem carp fish at West Java. The aim of this study was to identify nilem carp genetically and to estimate the variation of the intra and inter population of nilem carp fish from West Java using RAPD methods. The result showed that Sumedang population had the highest genetic variation and had specific allele that cannot be found at other population (1,100 bp). But in contrast Sukabumi population had the lowest genetic variation and allele number. The inter- population relationship among fish from West Java were not significantly different. Genetic distance among population were between 0.0153-0.1392.
KAJIAN EFEKTIVITAS KALSIUM UNTUK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INTENSIF PADA BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) Lies Emmawati Hadie; Wartono Hadie; Irin Iriana Kusmini
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.727 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.221-228

Abstract

Dalam proses pertumbuhan lobster dibutuhkan mineral kalsium (Ca) yang dapat dicukupi dari makanan dan lingkungan. Pada fase pengerasan kulit diperlukan kalsium yang cukup tinggi. Kebutuhan akan kalsium tidak dapat dipenuhi dari dalam tubuhnya yang tersimpan di dalam hemolimf. Oleh karena itu, diperlukan kajian tentang efektivitas mineral kalsium di dalam air pada budidaya lobster. Penelitian dilakukan secara in door pada bak semen yang dilengkapi dengan sistem resirkulasi. Rancangan penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan konsentrasi penambahan calcium hydroxyde ke dalam media yaitu 0 mg/L, 5 mg/L, 10 mg/L, dan 15 mg/L. Masing-masing perlakuan mendapat 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek pemberian kalsium (CaOH2) pada lobster tawar terlihat secara signifikan memberikan efek yang positif dan jauh lebih baik dibandingkan dengan kontrol (P<0,05). Konsentrasi kalsium 5,0–10,0 mg/L memberikan hasil yang baik dalam mempengaruhi pertumbuhan lobster. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini membuktikan bahwa manajemen dalam konsentrasi kalsium yang seimbang pada media pemeliharaan lobster dapat diaplikasikan sehingga budidaya lobster dapat dilaksanakan secara intensif.Calcium mineral was need to support of lobster growth it’s sufficient from feed and environment. Phase of harden carapace was need a high calcium. The calcium need did not fulfilled by hemolymphe body. And then the assessment of calcium effect was conducted to lobster culture. Complete randomized design was used for this research with different level of calcium hydroxide to the media namely 0.0 mg/L, 5.0 mg/L, 10.0 mg/L, and 15.0 mg/L. The experiment was conducted in the completely randomized design with three replications. Result of this experiment showed that there were significant different positively compared than control (P<0.05). Calcium level of 5.0-10.0 mg/L indicated positively affect to the growth of lobster. Result of this experiment to prove that management of calcium in the media rearing can be used to intensive culture of lobster.