Hidayat Suryanto Suwoyo
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TEKNOLOGI INTENSIF MENGGUNAKAN BENIH TOKOLAN Markus Mangampa; Hidayat Suryanto Suwoyo
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.927 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.351-361

Abstract

Salah satu jenis udang yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei). Budidaya ini berkembang dengan teknologi intensif, namun terbatas pada golongan masyarakat menengah ke atas (padat modal). Riset ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi pengaruh penggunaan tokolan terhadap produksi, Rasio Konversi Pakan (RKP) pada pembesaran udang vaname teknologi intensif. Riset ini dilaksanakan di tambak Punaga, Takalar, Instalasi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP), menggunakan empat petak masing masing berukuran 4.000 m2/petak. Hewan uji adalah udang vaname dengan perlakuan: (A) pembesaran dengan tebar benur (PL-12), dan (B) pembesaran dengan tebar tokolan (PL-27). Setiap perlakuan dengan 2 ulangan, kepadatan benur dan tokolan adalah 50 ekor/m2, dan pemeliharaan berlangsung 80 hari di tambak. Hasil yang diperoleh pada perlakuan B memperlihatkan pertumbuhan mutlak (11,114±0,258 g/ekor), sintasan (92,55±0,23%), produksi (2.087,5±88,2 kg/petak) lebih tinggi daripada perlakuan A yaitu: pertumbuhan mutlak (10,085±0,120 g/ekor), sintasan (90,83±8,51%), produksi (1.831,0±149,9 kg/petak), namun ketiga peubah ini berbeda tidak nyata antara kedua perlakuan. RKP lebih rendah pada perlakuan B (1,096±0,034) berbeda nyata dengan perlakuan A (1,257±0,048). Peubah kualitas air memperlihatkan sebaran kisaran yang merata untuk kedua perlakuan, kecuali nitrit (NO2) memperlihatkan kisaran yang tinggi pada perlakuan B (0,18235 mg/L) dibandingkan dengan perlakuan A (0,0328 mg/L) pada akhir penelitian. Hal ini disebabkan waktu panen yang berbeda sesuai dengan kondisi musim yaitu kualitas air sumber semakin menurun. Kualitas air sumber yang menurun ini diikuti oleh meningkatnya total vibrio di air laut mencapai; 4,33104 cfu/mL dibandingkan dalam air tambak 829.102 cfu/mL. Kesimpulan memperlihatkan bahwa penggunaan tokolan (PL-27) menghasilkan produksi yang tinggi dan rasio konversi pakan yang rendah.One species of shrimps that has the potential to be developed for aquaculture is whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei). The recent cultivation method has been developed using intensive technology, but can only be afforded by middle and upper social groups (capital intensive). This research was aimed to study the influence of using shrimp juvenile on the production and feed conversion ratio of whiteleg shrimp cultured in intensive system. The research was conducted at the research installation of the Research Institute for Coastal Aquaculture in Punaga, Takalar Regency. Four  ponds each sized of 4,000 m2 were used in this research. The treatment was applied i.e grow-out of post-larvae 12 (PL-12) (A) and grow-out of shrimp juvenile (PL-27) (B) each with stocking density of 50 ind./m2. Each treatment was arranged in two replications and reared for 80 days. The results obtained in treatment B showed that absolute growth (11.114±0.258 g/ind.), survival (92,55±0,23%), and production (2,087.5±88.2 kg/pond) was higher than those of in treatment A (absolute growth, 10.085±0.120 g/ind., survival rate, 90.83±8.51%, production, 1,831.0±149.9 kg/pond), but all parameters were not significantly different between both treatments. Feed conversion ratio (FCR) was lower in treatment B (1.096±0034) and significantly different with treatment A (1.257±0.048). Water quality parameters showed similar variations in both treatments, except Nitrite (NO2) where a high range of Nitrite variation was recorded in treatment B (0.18235 mg/L) compared to treatment A (0.0328 mg/L) at the end of research. This was due to different harvest times in accordance with the conditions of the season where at a particular time, the quality of water source was decreasing. The decrease of water quality was followed by the increase of total vibrio in seawater reaching 433104 CFU/mL than in the pond water 829.102 CFU/mL. The conclusion is that using the shrimp juvenile, PL-27, high shrimp production and low RKP can be achieved. 
PENDUGAAN NUTRIENT BUDGET TAMBAK INTENSIF UDANG, Litopenaeus vannamei Rachmansyah Rachmansyah; Hidayat Suryanto Suwoyo; Muh. Chaidir Undu; Makmur Makmur
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2359.081 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.2.2006.181-202

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nutrient budget tambak intensif udang Litopenaeus vannamei sebagai acuan alokasi input produksi pada tingkat kapasitas asimilasi lingkungan perairan. Pendugaan nutrient budget tambak udang intensif menggunakan pendekatan mass balance, dihitung berdasarkan input nutrien nitrogen - N dan fosfor – P yang berasal dari pakan, benih, pupuk, media probiotik, inflow, dan output nutrien yang ada pada produksi udang, outflow, dan endapan lumpur di dasar tambak. Sampel air, tanah, sedimen, plankton diambil sebelum penebaran dan setiap dua minggu selama pemeliharaan dari tiga petak tambak, masing-masing 5 titik sampel per petak tambak contoh. Analisis nitrogen dan fosfor dilakukan untuk sampel pakan, karkas udang awal dan akhir. Data managemen budi daya meliputi padat penebaran benur 50 ekor m-2, produksi 1.188—1.489 kg/0,25 ha, dan FCR 1,69—2,14; maka total input nutrien tambak udang Litopenaeus vannamei antara 171,9155—179,3778 (176 ± 3,9586) kgN dan 95,2533—99,4180(97,8340 ± 2,3348) kg P. Pakan mendominasi input N sebesar 61,96% ± 0,66%; disusul inflow 30,93% ± 0,70%; pupuk 6,52% ± 0,15%, serta media probiotik dan benur masing-masing <1%. Pola yang sama terjadi pada input phosphorous dengan komposisi 87,75% ± 0,24% dari pakan; 7,73% ± 0,19% pupuk; 4,05% ± 0,25% inflow dan media probiotik < 1%. Total output nitrogen tambak udang vannamei antara 107,1279-110,1438 (108,4957 ± 1,5274) kg N dan 51,6362—63,6576 (56,1292 ± 6,5604) kg P. Komposisi output nitrogen adalah outflow sebanyak 29,82% ± 3,20%; kemudian udang yang dipanen 21,32% ± 1,33%, lumpur atau sludge 10,40% ± 0,81%. Sedangkan komposisi output phosphorous didominasi oleh lumpur 39,03% ± 6,59%; kemudian udang yang dipanen 15,22% ± 0,85% dan outflow 3,09% ± 0,26%. Efisiensi pakan dan air melalui managemen budi daya yang benar menjadi peubah dominan penentu beban limbah tambak udang.This research was aimed to find out nutrient budget on L. vannamei intensive ponds as input allocation reference produce at environmental assimilation capacity level. Nutrient budget assessment was used mass balance approach, calculate based on nutrient input of nitrogen (N) and phosphor (P) from feed, seed, fertilizer, probiotic media, and inflow and nutrient output within pond yield, outflow, and sludge sedimentation at pond bottom. Sampling for water quality, sediment, and plankton was carried out at three ponds and five stations within each pond before stocking and continued fortnightly as long as culture periods. Nitrogen and phosphor analyzed for feed, and shrimp carcass of both of initial stocking and harvest. The data of culture management consist of shrimp yield reached 1,188—1,489 kg/0.25 ha with stocking density of 50 ind/m2 and FCR 1.69—2.14. Total input nutrients within L. vannamei ponds are 171.9155—179.3778 (176 ± 3.9586) kg N and 95.2533—99.4180 (97.8340 ± 2.3348) kg P. Food given domination on N input N with 61.96% ± 0.66% followed by inflow by 30.93% ± 0.70%, fertilizer 6.52% ± 0.15%, and both of probiotic media and seed supply less than1% respectively. There are the same pattern with phosphorous input with following composition 87.75% ± 0.24% from food, 7.73% ± 0.19% fertilizer, 4.05% ± 0.25% inflow and probiotic media less than 1%. Total output nitrogen from L vannamei ponds between 107.1279—110.1438 (108.4957 ± 1.5274) kg N and 51.6362—63.6576 (56.1292 ± 6.5604) kg P. Composition of nitrogen output is dominated by outflow 29.82% ± 3.20%, followed by shrimp harvest 21.32% ±1.33%, and sludge 10.40 ± 0.81%. Meanwhile, composition of phosphorous output dominated by sludge 39.03% ± 6.59%, shrimp harvest 15.22% ± 0.85% and outflow 3.09% ± 0.26%. Both food and water efficiency under good culture management are the mainfactors of waste load from shrimp culture ponds.
PENGARUH PENGURANGAN RANSUM PAKAN SECARA PERIODIK TERHADAP PERTUMBUHAN, SINTASAN, DAN PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SEMI-INTENSIF DI TAMBAK Abdul Mansyur; Hidayat Suryanto Suwoyo; Rachmansyah Rachmansyah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 6, No 1 (2011): (April 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.518 KB) | DOI: 10.15578/jra.6.1.2011.71-80

Abstract

Pakan merupakan biaya produksi tertinggi dalam budidaya udang vaname di tambak, sehingga diperlukan informasi strategi manajemen pakan dalam budidaya. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pengurangan ransum pakan secara periodik terhadap pertumbuhan, sintasan, produksi, rasio konversi pakan dan efesiensi pakan pada budidaya udang vaname pola semi-intensif. Penelitian dilakukan di tambak percobaan Punaga Takalar, menggunakan 6 petak pembesaran udang vaname masingmasing berukuran 4.000 m2. Hewan uji adalah pasca larva udang vaname dengan bobot awal rata-rata 0,017 g yang ditebar pada tambak dengan kepadatan 20 ekor/m2. Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan yang masing-masing perlakuan terdiri atas dua ulangan. Perlakuan yang diujicobakan adalah pengurangan ransum pakan (pemuasaan) secara periodik yaitu: A) pengurangan ransum pakan 30%, B) pengurangan ransum pakan 60%, dan C) kontrol (tanpa pengurangan ransum pakan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan ransum pakan secara periodik berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot mutlak, laju pertumbuhan harian, sintasan, produksi, dan rasio konversi pakan bahkan mampu meningkatkan efisiensi pakan sekitar 7,71–22,39%. Penghematan penggunaan pakan untuk udang vaname dapat dilakukan dengan pengurangan ransum pakan hingga 60% bobot badan/hari/minggu
PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN KOMBINASI PAKAN BERBEDA DALAM WADAH TERKONTROL Suwardi Tahe; Hidayat Suryanto Suwoyo
Jurnal Riset Akuakultur Vol 6, No 1 (2011): (April 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.745 KB) | DOI: 10.15578/jra.6.1.2011.31-40

Abstract

Pakan merupakan satu di antara faktor yang perlu diperhatikan dalam sistem budidaya udang di tambak, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan, sintasan, dan efisiensi biaya produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi pakan yang tepat terhadap pertumbuhan dan sintasan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Penelitian dilaksanakan di Instalasi Perbenihan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Wadah yang digunakan adalah bak fiber glass ukuran 1 m x 1 m x 0,7 m sebanyak 9 buah. Setiap bak diisi air laut salinitas 32 ppt sebanyak 500 L dan dilengkapi 1 buah aerasi. Hewan uji yang digunakan adalah tokolan udang vaname dengan bobot rata-rata 0,45 g/ekor dan ditebar kepadatan 100 ekor/bak. Penelitian diset menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan yaitu: (A) pakan PV 100%, (B) pakan PV 75% + pakan EB 25%, dan (C) pakan PV 50% + EB 50%, masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Selama pemeliharan 85 hari, udang diberi pakan dosis 50-5% dari total bobot biomassa/hari. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kombinasi pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan, sintasan, rasio konversi pakan, dan produksi udang vaname. Pertumbuhan dan sintasan udang vaname terbaik yaitu masing-masing 6,31g dan 86% diperoleh pada perlakuan B bila dibanding perlakuan lainnya.
TEKNOLOGI PRODUKSI INTENSIF TOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabr.) DI TAMBAK DENGAN SISTEM AERASI Hidayat Suryanto Suwoyo; Markus Mangampa
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.767 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.1-5

Abstract

Sampai saat ini udang masih merupakan komoditas andalan untuk meningkatkan devisa ekspor non-migas. Namun masalah penyakit masih menjadi kendala utama yang dihadapi petambak, sementara cara penanggulangan yang efektif belum ditemukan. Salah satu alternatif yang terus dikaji dan dikembangkan untuk menanggulangi penyakit adalah melalui penggunaan benur berkualitas. Mutu benur dan kesalahan manajemen pakan dapat diatasi dengan penggunaan benur hasil pentokolan. Pentokolan dengan sistem aerasi merupakan salah satu alternatif. Keuntungan pentokolan ini adalah dapat diperoleh benur yang berkualitas tinggi sehingga meningkatkan vitalitas benur, yang akhirnya dapat meningkatkan produktivitas tambak, efisiensi penggunaan pakan, wadah dan pengelolaan, mempersingkat waktu pemeliharaan, sehingga mengurangi peluang terserangnya penyakit. Sintasan tokolan dihasilkan dengan sistem aerasi ini dapat mencapai sekitar 82,65%--92,36% dengan rata-rata 85,79% dan bobot akhir berkisar antara 0,229--0,331 g/ekor.