Articles
Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan di Perairan Barat Sumatera pada Bulan Maret 2001
Sabhan, Sabhan
Jurnal Fisika FLUX Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Fisika Flux Edisi Februari 2012
Publisher : Lambung Mangkurat University Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20527/flux.v9i1.3136
Penelitian tentang sebaran medan massa dan medan tekanan di perairan barat Sumatra dari data hasil survey oleh Baruna Jaya I pada Tanggal 21 Maret â 11 April 2001. Data parameter fisik air laut yang terdiri atas suhu, salinitas dan konduktivitas pada tiap interval kedalaman diperoleh dari hasil ekspedisi oseanografi. Analisi data dilakukan untuk menentukan Anomali Volume Spesifik (ï¤), Kedalaman Dinamik (ïDi) serta Kecepatan dan Arah Arus Relatif dan Absolut dari Arus Geostropik. Adapun untuk menghitung nilai-nilai tersebut ditentukan dengan dua metode yakni pertama melalui interpolasi linear (manual) dari data temperatur, salinitas dan densitas (ï³t) tiap kedalaman pada tabel yang diberikan oleh Svedrup dan Bjerknes. Memperlihatkan kedalaman dinamik yang membentuk slop yang besar pada kedalaman kurang dari 100 meter sedangkan pada kedalaman berikutnya menunjukkan slop yang sangat kecil kecuali pada daerah dekat pantai dengan kedalaman berkisar antara 0 â 7,29 dyn.m. kecepatan arus relatif geostropik antar stasiun pada Transek 4 secara keseluruhan berkisar -6,43 â 4,11 m/s. Selain itu kecepatan arus geostropik cenderung ke arah tenggara dibandingkan kearah barat laut.
ANALISIS STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI DI UNIVERSITAS TADULAKO
Adnyawati, Ni Ketut;
Efendi, Rustan;
Sabhan, Sabhan
Natural Science: Journal of Science and Technology Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Univ. Tadulako
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (447.177 KB)
The method is one of the seismic refraction geophysical methods that can be used to determine the structure of the subsurface. The purpose of this study was to to determine the subsurface structure in the area Tadulako University. In this method, the waves generated on the surface of the Earth that will reach down into the surface of the soil or rock, then disuatu point of the boundary between two layers of rock wave is reflected back to the surface and partially transmitted down some refracts due to changes in rock density. Wave propagation below the surface will be detected by the geophones. Aqusisi and data processing method Intercept Time. Data processing is done in 2 stages, using the program and program pickwin Plotreva. The end result of this data processing is the image of the subsurface profile Tadulako University of 6 stretch consisting of three layers of the same. The first layer has a wave speed (V1) 300 m/s are expected mixing of sand gravel dominated by gravel, the second layer has a wave velocity (V2) 1000 m/s are suspected of mixing sand gravel dominated by sand and the third layer has a velocity 2000 m/s are expected mixing of sand and clay.
PEMODELAN TUMPAHAN MINYAK DI TELUK LALONG KABUPATEN BANGGAI
Sabhan, Sabhan;
Mudin, Yutdam;
Babanggai, Marianus
Natural Science: Journal of Science and Technology Vol 3, No 2 (2014): Volume 3 Number 2 (August 2014)
Publisher : Univ. Tadulako
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (555.954 KB)
Oil distribution cause environmental problems that disrupt marine ecosystems and reduce the aesthetic value of coastal waters in Gulf Lalong Banggai. The aims of this study to build a 2D hydrodynamics model to see the patterns of water mass movement and models of oil spill distribution base on the hydrodynamic models in Gulf of Lalong Banggai Regency (0°57'17,3 "latitude and 122 ° 47'52 " E) with a potential spill, location, volume, and duration of discharge of oil spills. Based on the results of models oil spill distribution in Gulf Lalong Banggai such us waters prone to oil spills.
Pengukuran Frekuensi Alami Tanah dan Bangunan Akibat Gempabumi Dengan Menggunakan Alat Accelerometer di Kota Palu
Fadil, Muhammad;
Rusydi, M.;
Sabhan, Sabhan
Gravitasi Vol. 15 No. 2 (2016)
Publisher : Tadulako University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22487/gravitasi.v15i2.9430
ABSTRAK Telah di lakukan penelitian untuk mengetahui nilai frekuensi alami tanah dan bangunan serta untuk mengetahui potensi terjadinya resonansi yang di alami oleh bangunan di Kota Palu, khususnya di bagian timur Sungai Palu. Pengukuran dilakukan terhadap mikrotremor menggunakan alat Accelerometer. Pengolahan data menggunakan program Geopsy dengan analisis HVSR (Horizontal To Vertical Spectral Ratio). Nilai rata-rata frekuensi alami bangunan mempunyai nilai frekuensi alami sekitar (1,1 – 3,1) Hz. Ada 70.59% bangunan yang sisanya berpotensi mengalami resonansi.Kata Kunci: Frekuensi, Mikrotremor, Accelerometer.
Penentuan Currie Point Depth (CPD) Pada Lapangan Panasbumi Daerah Bora Provinsi Sulawesi Tengah Menggunakan Data Geomagnet (Magnetik)
Wahyulani, Sri;
Efendi, Rustan;
Sabhan, Sabhan
Gravitasi Vol. 16 No. 1 (2017)
Publisher : Tadulako University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (401.219 KB)
|
DOI: 10.22487/gravitasi.v16i1.9470
ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui sumber Currie Point Depth (CPD) lapisan bawah permukaan yakni kedalaman atas (Zt), kedalaman tengah (Zo) dan kedalaman basal (Zb) telah dilakukan di Lapangan PanasBumi Bora, Kabupaten Sigi Biromaru dengan menggunakan analisis spektrum data geomagnet. Tahapan dalam pengukuran anomali magnet adalah akuisisi data lapangan, koreksi IGRF dan koreksi variasi harian, dan pembuatan peta kontur anomali. Nilai anomali magnet tinggi (1700 nT) dan anomali magnet rendah (-200) diperoleh berdasarkan peta kontur anomali magnet. Teknik yang digunakan dalam peneliian ini adalah analisis spektrum untuk memperoleh kedalaman diperoleh dai sema lintasan untuk kedalaman atas, kedalaman tengah dan kedalaman basal adalah berturut-turut sebesar -1,15 km, -4,00 km dan 3,57 km. Kata Kunci : anomali magnetik, Analisis Spektrum, Currie Depth Point (CPD)
Model Pembentukan Eddy Akibat Interaksi Arus dan Topografi di Teluk Palu, Sulawesi Tengah
Sabhan, Sabhan;
Pranowo, Widodo Setiyo;
Purba, Mulia;
Koropitan, Alan Frendy
POSITRON Vol 10, No 1 (2020): Vol. 10 No. 1 Edition
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univetsitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1027.043 KB)
|
DOI: 10.26418/positron.v10i1.37263
Tofografi Teluk Palu unik dengan degradasi kedalaman yang tinggi sehingga membentuk kemiringan lereng yang curam. Tofografi teluk menyebabkan arus pusaran (eddy) membentuk siklonik dan antisiklonik sebagai salah satu penggerak upwelling. Penelitian ini menggunakan model hidrodinamika dengan pendekatan volume hingga dengan koordinat vertikal sigma. Model dibangkitkan oleh pasang surut dan angin. Hasil model menunjukkan korelasi pasang surut (r = 0,9937) yang baik dengan kondisi di Teluk Palu. Eddy Siklonik yang terbentuk mempunyai diameter yang berbeda untuk setiap kedalaman oleh efek dari tofografi aliran di Teluk Palu. Lokasi perpindahan vertikal massa air ke atas yang dikenal sebagai upwelling bersesuaian dengan eddy siklonik yang terbentuk.
Determination ofCoherenceandPhaseDifferencebetween Wind versus Current60 mand Current 60 mversusCurrent 100 mUsingCrossCorrelation in OmbaiStrait, East Nusa Tenggara
Sabhan, Sabhan
Gravitasi Vol. 13 No. 1 (2014)
Publisher : Tadulako University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22487/gravitasi.v13i1.4442
Abstract  Data analysis was performed to see coherence and phase difference between the wind versus current 60 m and current 60 m versus current 100 m using cross correlation in Ombai Strait, East Nusa Tenggara. Velocity components U and V of wind and current of wind data and the current were filtered in order to obtain new data on the initial data at any position of t from xt-n to xt+n. Energy spectrum density of the filter result is determined to examine the fluctuations of wind energy and real currents. Cross-correlation between wind versus current 60 m and current 60 m versus current 100 m is to determine the coherence and the phase difference of the data with the same time interval. Low coherence values in the cross-correlation between the Zonal Wind and the Zonal current at a depth of 60 m indicates that the fluctuations between the Zonal Wind and the zonal current depth of 60 m does not have a strong correlation with the largest coherence value that is 0.55 with a time leg 34 days. With fluctuation current at a depth of 60 m precedes wind fluctuation with a phase difference of 34 days. Keywords: coherence, phase difference, Ombai Strait
Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan di Perairan Barat Sumatera pada Bulan Maret 2001
Sabhan Sabhan
Jurnal Fisika FLUX Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Fisika Flux Edisi Februari 2012
Publisher : Lambung Mangkurat University Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (887.606 KB)
|
DOI: 10.20527/flux.v9i1.3136
Penelitian tentang sebaran medan massa dan medan tekanan di perairan barat Sumatra dari data hasil survey oleh Baruna Jaya I pada Tanggal 21 Maret – 11 April 2001. Data parameter fisik air laut yang terdiri atas suhu, salinitas dan konduktivitas pada tiap interval kedalaman diperoleh dari hasil ekspedisi oseanografi. Analisi data dilakukan untuk menentukan Anomali Volume Spesifik (), Kedalaman Dinamik (Di) serta Kecepatan dan Arah Arus Relatif dan Absolut dari Arus Geostropik. Adapun untuk menghitung nilai-nilai tersebut ditentukan dengan dua metode yakni pertama melalui interpolasi linear (manual) dari data temperatur, salinitas dan densitas (t) tiap kedalaman pada tabel yang diberikan oleh Svedrup dan Bjerknes. Memperlihatkan kedalaman dinamik yang membentuk slop yang besar pada kedalaman kurang dari 100 meter sedangkan pada kedalaman berikutnya menunjukkan slop yang sangat kecil kecuali pada daerah dekat pantai dengan kedalaman berkisar antara 0 – 7,29 dyn.m. kecepatan arus relatif geostropik antar stasiun pada Transek 4 secara keseluruhan berkisar -6,43 – 4,11 m/s. Selain itu kecepatan arus geostropik cenderung ke arah tenggara dibandingkan kearah barat laut.
Serbuan Bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia
Sabhan, Sabhan
Sasindo : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 12, No 1 (2024): Januari 2024
Publisher : Universitas PGRI Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26877/sasindo.v12i1.18417
AbstrakEntah sudah berapa lama bahasa Inggris (Baing) menyerbu bahasa Indonesia (BI)? Hal itu sepertinya tidak disadari oleh bangsa Indonesia. Selain itu, sebagian serbuan Baing tersebut didukung oleh bangsa Indonesia. Hal itu terbukti dengan banyak kosakata Baing yang digunakan oleh bangsa kita meskipun sudah ada kosakata BInya. Serbuan bahasa tersebut terjadi secara lisan dan tulisan. Kita dapat menyimak hal itu berbagai acara, baik di forum resmi maupun nonresmi. Begitu juga dengan penulisan nama bangunan pemerintah, hotel, toko, undangan, merek dagang, dan spanduk banyak menggunakan Baing. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan kata Baing yang masuk ke dalam BI (BI). Data diperoleh melalui observasi, diskusi, dan wawancara dengan sejumlah dosen, mahasiswa, dan tendik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuan Baing tersebut merugikan BI dalam bidang struktur dan kosakata. Struktur BI yang memakai hukum D-M (Diterangkan-Menerangkan) diserang struktur Baing yang memakai hukum M-D (Menerangkan-Diterangkan). Begitu juga dengan kosakata, banyak kosakata BI yang diganti dengan kosakata Baing.
PEMBELAJARAN ESTETIKA RESEPSI SASTRA LAHAN BASAH SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI (TEACHING AND LEARNING THE RECEPTION AESTHETIC OF WETLAND LITERATURE AS A DIFFERENTIATED LEARNING MODEL)
Hermawan, Sainul;
Effendi, Rustam;
Yasin, Moh Fatah;
Sabhan, Sabhan;
Alfianti, Dewi;
Syaifullah, Syaifullah;
Fitriani, Fitriani;
Aryadi, Aryadi
JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP) Vol 14, No 2 (2024): JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20527/jbsp.v14i2.20200
AbstractTeaching and Learning the Reception Aesthetic of Wetland Literature as A Differentiated Learning Model. This study aims to examine the aesthetics of students' reception of short stories set in wetlands. Achieving this goal is important to show that learning aesthetics of reception can be used as one of the differentiated learning models that is in line with one of the missions of the national curriculum. Wetland literary texts by South Kalimantan authors and students are the main data sources for this study. The data for this study are students' aesthetic responses to literary texts. These responses are studied phenomenologically to reveal students' understanding of wetland environmental issues in the text. This study will examine the aesthetic responses of 25-30 students at SMA Negeri 1 Batu Ampar in Tanah Laut Regency, South Kalimantan. The location of this study was chosen because this school has implemented the Merdeka Curriculum and research related to this national curriculum is still rarely conducted in that place. The responses of the data sources were analyzed to answer the following research problems: How do students respond to various types of wetland literary works presented to them? How does the learning model involve students in learning and how does this involvement impact their understanding of intrinsic elements in relation to understanding social and cultural backgrounds? What are the advantages and disadvantages of this learning model? The study found that contextual learning in the sense of learning that uses teaching materials that are close to the students' culture has the potential to increase student involvement in learning. This learning model succeeded in creating an in-depth discussion about the intrinsic elements of short stories. The elements of the short story were not only identified in terms of their types but also critically thought about the process of their creation. Second, this learning model made students aware of the differences in interpretation when the short story was read by different readers. In other words, this learning model not only fosters critical thinking but also teaches about the importance of democracy and empathy.Keywords: reception aesthetics, wetland literature, differentiated learning AbstrakPembelajaran Estetika Resepsi Sastra Lahan Basah sebagai Model Pembelajaran Berdiferensiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji estetika resepsi siswa terhadap cerita pendek berlatar lahan basah. Pencapaian tujuan tersebut penting untuk menunjukkan bahwa pembelajaran estetika resepsi dapat dijadikan salah satu model pembelajaran berdiferensiasi yang selaras dengan salah satu misi kurikulum nasional. Teks sastra lahan basah karya penulis Kalimantan Selatan dan siswa menjadi sumber data utama penelitian ini. Data penelitian ini berupa respons estetik siswa terhadap teks sastra. Respons tersebut dikaji secara fenomenologis untuk mengungkap pemahaman siswa terkait dengan isu lingkungan lahan basah yang ada dalam teks. Penelitian ini akan mengkaji respons estetik 25-30 siswa di SMA Negeri 1 Batu Ampar di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Lokasi penelitian ini dipilih karena sekolah ini telah menerapkan Kurikulum Merdeka dan penelitian yang terkait dengan kurikulum nasional ini masih jarang dilakukan di tempat tersebut. Respons sumber data dianalisis untuk menjawab masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana siswa merespons berbagai jenis karya sastra lahan basah yang dipresentasikan kepada mereka? Bagaimana model pembelajaran melibatkan siswa dalam pembelajaran dan bagaimana dampak pelibatan tersebut bagi pemahaman mereka tentang unsur intrinsik dalam kaitannya dengan pemahaman latar sosial dan budaya? Bagaimana kelebihan dan kekurangan model pembelajaran ini? Penelitian menemukan bahwa pembelajaran yang kontekstual dalam arti pembelajaran yang menggunakan bahan ajar yang dekat dengan budaya siswa berpotensi meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini berhasil membuat diskusi mendalam mengenai unsur intrinsik cerpen. Unsur-unsur cerpen bukan hanya diidentifikasi jenis-jenisnya tetapi juga dipikirkan secara kritis proses penciptaannya. Kedua, model pembelajaran ini menyadarkan siswa tentang perbedaan tafsir ketika cerpen dibaca oleh pembaca yang berbeda. Dengan kata lain, model pembelajaran ini bukan hanya menumbuhkan pemikiran kritis tetapi juga mengajarkan tentang pentingnya demokrasi dan empati.Kata-kata kunci: estetika resepsi, sastra lahan basah, pembelajaran berdiferensiasi