Tri Murti Andayani
Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Majalah Farmaseutik

Pengaruh Konseling Apoteker terhadap Kepatuhan dan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Program Rujuk Balik di Apotek Nur Aini Budiyanti; Chairun Wiedyaningsih; Tri Murti Andayani
Majalah Farmaseutik Vol 18, No 3 (2022)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v18i3.68586

Abstract

Peran apoteker berupa konseling penting untuk meningkatkan kepatuhan dan kualitas hidup pasien, sehingga tujuan dari Program Rujuk Balik (PRB) dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling apoteker terhadap kepatuhan dan kualitas hidup pasien hipertensi Program Rujuk Balik di Apotek Kimia Farma Palagan. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental pretest-postest control group. Data diperoleh dari kuesioner Medication Adherence Report Scale (MARS) dan WHOQOL-BREF pasien hipertensi program rujuk balik di Apotek Kimia Farma Palagan periode Februari 2021 sampai Mei 2021. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 23 responden untuk kelompok kontrol dan 22 responden untuk kelompok konseling. Metode konseling yang digunakan berupa konseling obat oleh apoteker. Analisis data dilakukan secara univariat untuk mendapatkan gambaran karakteristik pasien. Analisis perbandingan selisih skor pretest dan posttest konseling terhadap kepatuhan dan kualitas hidup menggunakan uji nonparametrik Wlicoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan konseling oleh apoteker, terjadi peningkatan skor yang bermakna pada kepatuhan serta kualitas hidup pasien pada domain kesehatan fisik dan domain lingkungan, masing-masing meningkat sebesar 1,1; 8,5; dan 4,5. Kualitas hidup pasien pada domain psikologis dan sosial tidak mengalami peningkatan skor yang bermakna (p>0,05). Konseling yang dilakukan oleh apoteker meningkatkan kepatuhan dan kualitas hidup pada domain kesehatan fisik dan lingkungan, namun tidak meningkatkan kualitas hidup pasien pada domain psikologis dan sosial.
Penyesuaian Dosis Obat Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUD Kardinah Tegal Nur Amalia Rosyada; Purwantiningsih Purwantiningsih; Tri Murti Andayani
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 2 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i1.75249

Abstract

Adanya gangguan pada ginjal dapat menyebabkan akumulasi obat dan dapat menginduksi nefrotoksisitas. Hal ini dapat dihindari dengan pemilihan dan penyesuaian dosis obat yang tepat untuk memastikan luaran klinik yang optimal dan mencegah terjadinya efek samping obat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat prevalensi kesesuaian dosis obat pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dan hubungan kesesuaian dosis obat dengan luaran klinik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan kohort dan pengambilan data secara retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien PGK rawat inap di RSUD Kardinah periode tahun 2019, data diperoleh dari rekam medik. Perhitungan estimasi laju filtrasi glomerulus menggunakan formula Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) dan kesesuaian obat dibandingkan dengan pustaka dan formula Giusti Hayton. Analisis data statistik dalam penelitian ini menggunakan chi square test untuk mengetahui hubungan antara kesesuaian dosis obat dengan luaran klinik pasien PGK di RSUD Kardinah. Analisis data multivariat menggunakan multiple logistic regression untuk melihat hubungan variabel perancu dengan luaran klinik. Hasil penelitian menunjukkan dari 84 rekam medik sejumlah 829 obat diresepkan, 427 obat (51,5%) diantaranya memerlukan penyesuaian dosis. Dari 427 obat tersebut, obat yang sesuai dosis sebanyak 376 obat (88%) dengan luaran klinik membaik 336 obat (89%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kesesuaian dosis dengan luaran klinik (RR=1,222, 95% CI=0,994-1,503, p=0,074). Variabel perancu yang mempengaruhi luaran klinik adalah hemodialisis (RR = 4,643, 95% CI=1,11-19,425, p=0,036).
Pengukuran Kualitas Hidup Menggunakan Instrumen Quality of Well Being Self-Administered Scale (QWB-SA) pada Pasien Hipertensi Afrizal Wahyu Darma Syahyeri; Dwi Endarti; Tri Murti Andayani
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 2 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i2.75595

Abstract

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang akan menyertai hidup pasien sehingga berdampak pada kualitas hidup. Pengukuran kualitas hidup dapat dilakukan dengan pendekatan kuesioner generik, salah satunya adalah kuesioner Quality of Well Being Self–Administered Scale (QWB–SA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai utilitas masyarakat dengan penyakit hipertensi yang diukur menggunakan kuesioner QWB–SA; mengetahui sensitivitas kuesioner serta untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden dengan nilai utilitas. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan observasional menggunakan rancangan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan yaitu convenience sampling terhadap 120 responden pada rentang waktu Juli – September 2021 pada masyarakat dengan penyakit hipertensi yang menjadi anggota Prolanis di puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Kota Surakarta, Kota Surabaya, dan Kabupaten Madiun yang mewakili regional I dari BPJS. Kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner QWB–SA. Analisis data menggunakan uji independent t-test serta kajian sensitivitas menggunakan kurva ROC dan effect size. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai utilitas rata-rata QWB-SA adalah 0,664 (SD: 0,120; SE: 0,011; Range: 0,309-1,000; Median: 0,651). Kuesioner QWB-SA memiliki sensitivitas sedang – besar dilihat dari nilai kurva ROC (0,715 dan 0,73) dan nilai effect size (0,819 dan 0,798). Responden yang sudah menikah (0,676); pendidikan terakhir SMA–Perguruan Tinggi (0,695); bekerja/ pensiun (0,685) secara signifikan terkait dengan skor keseluruhan QWB-SA memiliki nilai utilitas yang lebih tinggi. Responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta (0,608); kebiasaan olahraga jarang/ tidak pernah (0,637) secara signifikan terkait dengan skor keseluruhan QWB-SA memiliki nilai utilitas yang lebih rendah.