Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

AGENSIA PENYEBAB PENYAKIT BAKTERI PADA KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain) YANG BERASAL DARI DEMAK Burhan, Muhammad; Sarjito, -; Samidjan, Istiyanto
Journal of Aquaculture Management and Technology Vol 3. No 2 (2014): Journal of Aquaculture Management and Technology
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.891 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala klinis yang disebabkan penyakit bakterial, jenis bakteri yang menginfeksi kepiting bakau dan mengetahui agensia penyebab penyakit bakterial yang bersifat pathogen pada kepiting bakau (S. paramamosain) yang berasal dari Demak. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling pada 20 ekor kepiting bakau dengan panjang karapas 10,53±1,2 cm. Berdasarkan gejala klinis terdapat 5 kepiting yang terinfeksi oleh penyakit bakterial. Isolasi bakteri menggunakan metode pour plate dengan pengenceran 10-1 sampai 10-5 pada luka, insang, hepatopankreas kemudian ditanam sebanyak 1 ml ke cawan petri. Isolasi dari haemolymph diambil sebanyak 0,1 ml kemudian ditanam pada media Zobell, GSP, dan TCBS. Uji postulat Koch dilakukan terhadap keenam isolat terpilih pada 9 ekor kepiting dengan dosis 108 CFU/ml sebanyak 0,2 ml pada kaki renang. Pengamatan gejala klinis dan kematian dilakukan selama 168 jam setelah peyuntikkan. Karakterisasi agensia penyebab penyakit dilakukan secara morfologi dan biokimia. Hasil penelitian menunjukkan gejala klinis yang terdeteksi antara lain adanya luka dan warna coklat kemerahan (melanosis) pada karapas, karapas berwarna gelap, bagian abdomen menghitam, terdapat bintik putih. Berdasarkan uji postulat Koch keenam isolat tersebut dapat menyebabkan kematian 100% terhadap kepiting uji. Hasil karakterisasi secara morfologi dan biokimia keenam isolat agensia penyebab penyakit adalah Vibrio parahaemolyticus (SJ.D 2), V. alginolyticus (SJ.D 4), V. ordalii (SJ.D 9), V. harveyi (SJ.D 12), Aeromonas hydrophila (SJ.D 16) dan Pseudomonas aeruginosa (SJ.D 17). Keenam isolat bakteri bersifat pathogen karena mampu menyebabkan kematian dikondisi kepiting yang dipelihara pada kualitas air yang baik. The aims of this research for to know clinical sign was caused by bacterial disease, type of bacteria that are infected mud crabs and discovering causative agent of bacterial disease in the mud crab (S. paramamosain) from Demak. The sampling method used purposive sampling in 20 mud crabs with length of carapace approximately 10,53±1,2 cm. Based from clinical sign there are 5 mud crabs was suspected with infected by bacterial disease. The methode of bacterial isolated  used pour plate methode with dilution 101 up to 105 from ulcher, gill, hepatopancreas then planted as much as 1 ml in petridish. Isolation of haemolymph was taken as much as 1 ml then planted in Zobell, GSP and TCBS medium. Postulate Koch test conducted on the six selected isolate at 9 crabs with a dose of 108 CFU/ml as much as 0,2 ml in the swimming legs. Observation of clinical sign and mortality conducted for 168 hours after have been injected. Characterization of causative agent bacterial disease conducted by morfology and biochemical test. The result of this research showed that the clinical sign were detected lesion and red color (melanisation) in the carapace, dark color in the carapace, darkside in abdominal, there are white spot in some part. Based postulate Koch test from 6 isolate concluded that caused 100% mortality in mud crab testing. The resulted of characterization morfology and biochemical test from 6 isolate causative agent is  Vibrio parahaemolyticus (SJ.D 2), V. alginolyticus (SJ.D 4), V. ordalii (SJ.D 9),  V. harveyi (SJ.D 12), Aeromonas hydrophila (SJ.D 16) and Pseudomonas aeruginosa (SJ.D 17). The six bacterial isolate is a pathogen caused mortality in the mud crab with good water quality.
PENGARUH PERSENTASE JUMLAH PAKAN BUATAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain) Qomariyah, Lailiyul; Samidjan, Istiyanto; Rachmawati, Diana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.716 KB)

Abstract

Pakan merupakan salah satu modal operasional yang besar dalam usaha budidaya kepiting bakau (S. paramamosain).  Pakan yang digunakan harus dapat berperan efisien, supaya dapat menekan biaya tanpa mengurangi tingkat produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase pakan optimal terhadap perkembangan budidaya kepiting bakau (S. paramamosain). Penelitian ini menggunakan Metode Eksperimental yang dilakukan di lapangan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu 4 perlakuan dan 3 ulangan.  Perlakuan A (pakan 3% dari bobot biomassa pakan), B (pakan 5% dari bobot biomassa pakan), C (pakan 7% dari bobot biomassa pakan, D (pakan 9% dari bobot biomassa pakan). Hewan uji yang digunakan adalah kepiting bakau (S. paramamosain) dengan berat awal rata-rata 111,91±1,12 g/ekor. Pakan uji merupakan pakan buatan yang diperkaya dengan vitamin E dengan dosis 0,8 g/100 g  pakan, kandungan protein dalam pakan mencapai 35 %. Kepiting bakau (Scylla paramamosain) dipelihara dengan metode single room dalam basket plastik berukuran 25 x 16 x 15 cm selama 56 hari. Hasil penelitian menunjukkan persentase pakan buatan  memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap RGR, EPP, PER, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap SR kepiting bakau.  Persentase optimal yang dihasilkan dari pertumbuhan adalah 7,59%, sedangkan untuk efisieinsi pakan adalah 7,72%. Nilai kelulushidupan kepiting bakau (Scylla paramamosain) berkisar antara 66,67–100,00%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah persentase pemberian pakan dengan jumlah berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif, efisiensi pemanfaatan pakan dan protein efisiensi pakan, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelulushidupan. persentase pemberian pakan yang dapat diberikan pada pakan buatan untuk kepiting bakau (Scylla paramamosain) adalah pakan dengan persentase 7% dari bobot biomassa. Feed is one of the major operating in cultivation of mud crab (S. paramamosain). Feed used must be able to act efficiently, in order to reduce costs without reducing the level of production. This research aims to determine the optimal effect of the feed percentage on the growth of mud crab aquaculture (S. paramamosain). This research was conducted using Experimental Methods with completely randomized design (CRD), those is 4 treatments and 3 replications. Treatment A (3% feeds of the weight biomass), B (5% feeds of weight biomass), C (7% feeds of weight biomass feed, D (9% feeds of weight biomass). Animal testing used was mud crab (S. paramamosain) with an average initial weight of 111.91 ± 1.12 g / individual. Feed testing is artificial feed enriched with vitamin E at a dose of 0.8 g/100 g of feed, protein content in the feed is 35%. Mud crab (S. paramamosain) maintained by the method of single room in a plastic basket measuring 25 x 16 x 15 cm during 56 day. The results shows the percentage of artificial feed gives significant effect (P <0.05) on RGR, EPP, PER, but not significantly (P> 0.05) on SR mangrove crabs. The optimal resulting percentage of growth was 7.59%, while for efisieinsi feed is 7.72%. The survival rate of mud crab (S. paramamosain) ranged from 66.67 to 100.00%.The survival rate of mud crab (S. paramamosain) ranged from 66.67 to 100.00%. The conclusion of this study is the addition with different doses significant effect on absolute weight growth and efficiency of feed utilization but no significant effect on survival rate. percentage of feeding that can be given on artificial feed for mud crab (S. paramamosain) is feed to the percentage of 7% of the weight of the biomass.
PERFORMA LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK IKAN BANDENG (Chanos chanos) MELALUI PENAMBAHAN ENZIM FITASE PADA PAKAN BUATAN Ayuniar, Ligar Novi; Rachmawati, Diana; Samidjan, Istiyanto
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.897 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan enzim fitase pada pakan buatan dan mengetahui dosis optimum enzim fitase dalam pakan buatan terhadap laju pertumbuhan spesifik (SGR) ikan bandeng (Chanos chanos). Penelitian ini dilaksanakan dari Februari - April 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP), Jepara. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bandeng dengan bobot rata-rata 3,55 ± 0,08 g/ekor dan padat tebar 1 ekor/L.. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini: perlakuan A (tanpa enzim fitase), B (enzim fitase dengan dosis 500 mg/kg pakan), C (enzim fitase dengan dosis 1000 mg/kg pakan), dan D (enzim fitase dengan dosis 1500 mg/kg pakan). Data yang diamati meliputi laju pertumbuhan spesifik (SGR), rasio efisiensi protein (PER), rasio konversi pakan (FCR), dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim fitase dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap SGR, PER dan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap FCR. Persentase dosis optimal yang dapat meningkatkan pertumbuhan bandeng yaitu penambahan enzim fitase 1030 mg/kg pada pakan buatan mampu menghasilkan SGR 2,03%/hari. Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran yang layak untuk budidaya ikan bandeng. This research was aimed to know the effect of addition phytase enzyme in artificial feed and to know optimum dossage of phytase enzyme in artificial feed to feed specific growth rate of milkfish (Chanos chanos). This research was conducted on February to April 2015 in Center of Brackish Water Aquaculture (BBPBAP), Jepara. The fish was used of this research is milkfish with average weight 3.55 ± 0.08 g/fish and stock density 1 fish/L.  This research was conducted with experimenthal method using completely randomized design with 4 treatments and 3 replicated. Treatment in this research were A (without phytase enzyme), B (phytase enzyme with dossage 500 mg/kg feed), C (phytase enzyme with dossage 1000 mg/kg feed), and D (phytase enzyme with dossage 1500 mg/kg feed). Data observed were specific growth rate, protein efficiency ratio, feed conversion ratio, and water quality. The result of this research shown that addition of phytase enzyme giving a significantly effect (P<0.05) for SGR, PER and giving a very significantly effect (P<0.01) for FCR. Optimal dossage percentage which can increase milkfish growth were addition of phytase enzyme 1030 mg/kg in artificial feed can result SGR 2.03%/day. Water quality in feasible condition for milkfish culture.
PENGARUH PAPAIN PADA PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) Ananda, Tri; Rachmawati, Diana; Samidjan, Istiyanto
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.895 KB)

Abstract

Pakan merupakan salah satu permasalah dalam budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus). Pakan yang digunakan oleh petani  mengandung protein yang tidak dapat diserap secara optimal oleh ikan patin sehingga salah satu solusi untuk mempermudah penyerapan protein dengan penambahan enzim papain. Papain merupakan enzim protease yang mampu menghidrolisis protein menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana sehingga dapat dicerna dan diserap dengan optimal oleh tubuh ikan patin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis optimal enzim papain  pada pakan buatan  terhadap pertumbuhan  ikan  patin(P. hypopthalmus). Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah penambahan papain dalam pakan buatan A (0%), B (0,75%), C (1,5%) dan D (2,25%). Hewan uji menggunakan ikan patin dengan bobot rata-rata 4,23±0,30 gram/ekor. Ikan patin dipelihara dalam akuarium ukuran 50x30x30cm3 dengan volume air 20 liter. Padat tebar 1 ekor/liter dilakuakan selama 42 hari. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari pada pukul 08.00, 13.00 dan 17.00 WIB secara at satiation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim papain dalam pakan buatan  berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap efisiensi pemanfaatan pakan. Rasio efisiensi protein berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kelulushidupan ikan patin. Nilai optimal laju pertumbuhan spesifik ikan patin adalah 2,42%/ hari dengan dosis papain 1.16 %/100gram pakan. Pola hubungan berbentuk kuadratik dengan persamaan Y= -0.14696888x2 + 0.3409066x + 2.21965750 dengan R2=0,508. Nilai efisiensi pemanfaatan pakan optimal ikan patin adalah 55,4% dengan dosis papain 1,19%/100gram pakan. Pola hubungan berbentuk kuadratik dengan persamaan Y = -6.72741330x2 + 15.97306x + 45.88719250 dengan R2=0,817. Nilai rasio efisiensi protein pakan ikan patin yang dicapai adalah 1,76% dengan dosis papain 1,19 %/100gram pakan. Pola hubungan berbentuk kuadratik dengan persamaan Y= -0.2103643x2 + 0.500759x + 1.46454750 dengan R2=0,819. Selama penelitian nilai kualitas air baik pH dan suhu masih berada di kisaran optimum untuk pemeliharaan ikan patin.  Feed is one of the problems in catfish (P. hypophtalmus) culture. Feed used by farmers usuallly did not contain the enzyme papain. Therefore, the protein contained in the feed may not be optimally absorbed by the catfish. Papain is aprotease enzyme that is able to hydrolyz proteins into the elements that is more simple and can be optimally absorbed by the body of catfish.This research aims to know the effect and optimum doses of enzyme papain on artificial feed on the growth out of catfish (P. hypopthalmus). This research method was used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 raplications. The treatment were the addition of papain in artificial feed A (0%), B(0.75%), C (1.5%) dan D (2.25%). Animal trial used catfish with an average weight of 4,23±0,30 g. Catfish kept in the aquarium 50x30x30cm3 with a water volume of 20 liters of water. Stocking density 1 tail/liter conducted for 42 days. Frequency of feeding 3 times a day at 08.00, 13.00 and 17.00 were at satiation. The result showed  that the addition of papain enzyme in artificial diets was very significantly influenced  on the feed utilization efficiency (P<0.01). Protein eficiency ratio significantly influenced on the specific growth rate of fish (P<0.05),  but it had no significantly influenced on the survival of catfish ( P>0.05). Optimal value eficiency of feed utilization of catfish was 55,4% with a dose of papain 1.19 %/100gram. Pattern quadratic relationship was the equation Y = -6.72741330x2 + 15.97306x + 45.88719250 with R2=0.817. Optimal value of the protein efficiency ratio was 1.76% with a dose of papain 1.19 %. Pattern of relationship was the quadratic equation Y= -0.2103643x2 + 0.500759x + 1.46454750 with R2=0.819. Optimal value of the specific growth rate was 2.42%/day with a dose of  papain 1.16%/100gram. Pattern of relationship was the quadratic equation Y= -0.14696888x2 + 0.3409066x + 2.21965750 with R2=0.508. During the study the water quality of both pH value and the temperature were still in the optimum range for maintenance catfish.
PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN KEPITING BAKAU (Scylla sp) Ambarwati, Ananti Trisno; Rachmawati, Diana; Samidjan, Istiyanto
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.396 KB)

Abstract

Peningkatan nilai nutrisi pakan buatan dapat dilakukan dengan penambahan vitamin C sehingga diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau (Scylla sp). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan vitamin C dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan serta mengetahui dosis terbaik vitamin C terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau (Scylla sp). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah penambahan vitamin C dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan, A (0 mg/100 g), B (12 mg/100 g), C (18 mg/100 g), D (24 mg/100 g), dan E (30 mg/100 g). Hewan uji yang digunakan adalah kepiting bakau (Scylla sp) dengan bobot rata-rata 114,7±1,6 g/ekor. Kepiting bakau (Scylla sp) dipelihara dengan metode single room dalam basket plastik berukuran 21 cm x 21 cm x 16 cm selama 56 hari dan pemberian pakan 5%/bobot biomassa/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin C dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan mutlak dan efisiensi pemanfaatan pakan namun tidak berbeda nyata terhadap kelulushidupan kepiting bakau (Scylla sp). Pertumbuhan bobot mutlak yang tertinggi dicapai oleh perlakuan D (18,90±5,60 g), efisiensi pemanfaatan pakan tertinggi pada perlakuan D (5,56±1,62%). Nilai kelulushidupan kepiting bakau (Scylla sp) berkisar antara 66,67–100,00%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan vitamin C dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak dan efisiensi pemanfaatan pakan namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelulushidupan. Dosis vitamin C yang dapat ditambahkan pada pakan buatan untuk kepiting bakau (Scylla sp) adalah 12 mg/100 g hingga 24 mg/100 g pakan. Improvement of nutrition value of artificial feed can be done with the addition of vitamin C that are expected to enhance the growth and survival rate of mud crab (Scylla sp). This study aims to determine the effect of vitamin C with different doses on artificial feed, and know the best dose of vitamin C on the growth and survival of mud crab (Scylla sp). This study used a completely randomized design  with 5 treatments and 3 replications. The treatment is the addition of vitamin C with different doses on artificial feed, A (0 mg/100 g), B (12 mg/100 g), C (18 mg/100 g), D (24 mg/100 g) , and E (30 mg/100 g). The animal trials that used was mud crab (Scylla sp) with an average weight of 114.7±1.6 g/individual. Mud crab (Scylla sp) maintained by the method of single room in a plastic basket measuring 21 cm x 21 cm x 16 cm during 56 days of feeding 5% / biomass  weight/day. The results showed that the addition of vitamin C with different doses on artificial diets significantly (P <0.05) on absolute weight growth and efficiency of feed utilization but not significantly different to the survival of mud crab (Scylla sp). The highest absolute weight growth achieved by treatment D (18.90 ± 5.60 g), the highest efficiency of feed utilization by treatment D (5,56±1,62%). The survival rate of mud crab (Scylla sp) ranged from 66.67 to 100.00%. The conclusion of this study is the addition of vitamin C with different doses significant effect on absolute weight growth and efficiency of feed utilization but no significant effect on survival rate. The dose of vitamin C can be added to artificial feed for mud crab (Scylla sp) is 12 mg/100 g to 24 mg/100 g of feed. 
Pengaruh Persentase Jumlah Pakan Buatan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Keong Macan (Babylonia spirata L.) Fransiska, Fransiska; Rachmawati, Diana; Samidjan, Istiyanto
Journal of Aquaculture Management and Technology Vol 2, No 4 (2013) : Journal of Aquaculture Management and Technology
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.938 KB)

Abstract

Spettedbabylon(Babylonia spirata L.) is a member of gastropod species are important economic value, so the potential for propagation. Cultivation begins with the discovery of artificial feed derived from fish meal and flour of green mussels as a source of animal protein to feed artificial leopard slugs. Green mussel (Perna viridis) is known as a cheap source of animal protein and rich in essential amino acids (arginine, leucine, lysine). In addition, mussels flour can be substituted in place of fish meal that can be used as an artificial feed. This study aimed to determine the effect of feeding with a different percentage of the amount of feed and figure out the percentage of feed that gives the best effect for growth, and survival spettedbabylon. The material used is a spettedbabylon(Babylonia spirata L.) with an average weight of 15.81 ± 0.02 g / fish originating from Jepara waters. Spettedreared in a plastic container with a basket volume 4 liters of water with 2 stocking density tail / liter, so that each unit there are 8 tails maintenance / container. Test feed is feed-shaped pasta made with flour protein content of 35% green mussels as a source of animal protein. The method used is performed using experimental laboratory methods. Completely Randomized Design (CRD) that is 3 treatments and 3 replications. A treatment (percentage of feed 3%), B (percentage of feed 5%), C (percentage of feed 7%). Data were analyzed using analysis of variance followed by Duncan's test. This study was conducted in November 2011 s / d in February 2012 in BBPBAP Jepara, Central Java. The results showed that the percentage of different artificial feed on snails tiger (Babylonian spirata L.) significantly (P <0.05) on the specific growth rate (SGR), Protein Efficiency Ratio (PER), was highly significant(P <0.01) on the efficiencyof feed utilization(EPP), but no significant effect on survival (SR) leopard slug. Treatment A (3%) give the best effect on SGR (0.09 ± 0.02), SR (95.83 ± 7.22) PER (32.84 ± 06,40), EPP (2.50 ± 0, 40) and SR (7.22 ± 95.83). Water quality is still within the normal range for tiger snail farming activities with the 26.9-30o temperature, salinity 31-32 ppt, pH 7-8, DO from 3.9 to 4 mg / liter undetectable ammonia, nitrate and nitrite 0.005 0.011.
PEMANFAATAN TEPUNG HASIL FERMENTASI AZOLLA (Azolla microphylla) SEBAGAI CAMPURAN PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) Virnanto, Luthfi Adhi; Rachmawati, Diana; Samidjan, Istiyanto
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.455 KB)

Abstract

Pakan merupakan salah satu faktor terpenting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang akan dibudidayakan. Pemberian pakan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang baik. Salah satu bahan pakan alternatif yang belum banyak dimanfaatkan adalah tumbuhan air azolla. Azolla dalam bentuk tepung dapat dipakai sebagai campuran pakan ikan dalam bentuk pellet. Azolla mempunyai kandungan protein kasar sebesar 19,54% dan memiliki serat kasar yang cukup tinggi, untuk meningkatkan kandungan protein dan menggurangi serat kasar dapat dilakukan dengan proses fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung fermentasi azolla sebagai bahan baku pakan buatan serta dosis terbaik tepung fermentasi azolla terhadap performa pertumbuhan benih ikan gurame (O. gouramy).Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah perlakuan A, B, C, D, dan E (0%; 10%; 15; 20%; 25%). Ikan uji yang digunakan adalah ikan gurame (O. gouramy) yang berumur 2 – 3 bulan, dengan bobot 3 – 5 g, dengan padat penebaran 10 ekor ikan yang dipelihara dalam akuarium, dengan masa pemeliharaan selama 40 hari.  Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan berbentuk pellet. Pakan buatan dibuat dengan adanya penambahan bahan baku tepung fermentasi azolla. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian tepung fermentasi azolla sebagai bahan baku dengan dosis yang berbeda pada tiap perlakuan, memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan relatif, efisiensi pemanfaatan pakan dan protein efisiensi rasio pada ikan gurame (O. gouramy). Sedangkan pada variabel kelulushidupan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Pada perlakuan D 20% merupakan hasil terbaik yang menghasilkan nilai RGR (0,80±0,05) dan EPP (45,96±1,61). Dengan demikian, penambahan tepung hasil fermentasi azolla (20%) sangat disarankan untuk diterapkan dalam kegiatan budidaya ikan gurame (O. gouramy) untuk meningkatkan pertumbuhan. Feed is one of the most important factors because they have an influence on the growth and survival of  fish. Optimal feeding will produce good growth. The one of alternative feed ingredients that have not been widely used is Azolla. Azolla flour can be used as a mixture of fish feed with pellets form. Azolla has a crude protein content as much as 19.54% and has a high crude fiber also, than to increase the protein content and bring down the crude fiber can be made with the fermentation process. The aim of this research for to know the effects and the best dosage of Azolla flours that mixed with artificial feeds againts growth rate of Gouramy (O.gouramy) seeds.The research used experimental methode with a completely randomized design (CRD), which consists of 5 treatments and 3 replications. The treatment applied is treatment A, B, C, D, and E (0%; 10%; 15; 20%; 25%).  Fish samples used are Gouramy fish (O. gouramy)with  averages of age(2-3 months), weight (3-5 g ), fish density (10 fish/aquarium) and  maintenance period during  40 days. Fish feed in this study had pellets form and its made with add Azollas fermented flour.The results showed that addition of Azolla fermented flour into the artificial feed with different doses of each treatment, providing significant differences (P <0.05) relative growth rate, feed efficiency and protein efficiency ratio of the gouramy (O. gouramy) , Whereas the survival index were not significantly different (P> 0.05). In the treatment D had the best result that produces RGR values (0.80 ± 0.05) and FE (45.96 ± 1.61). Thus, the addition of azolla fermented flour (20%) is very recommended to be applied in gouramy culture (O. gouramy) to boost the growth.
PENGARUH PENAMBAHAN ENZIM FITASE DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN RELATIF, EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN DAN KELULUSHIDUPAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Kosim, Mohammad; Rachmawati, Diana; Samidjan, Istiyanto
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.414 KB)

Abstract

Pada proses budidaya, pakan merupakan salah satu faktor terpenting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan yang dibudidayakan. Penggunaan sumber bahan baku nabati dalam bahan pakan ikan perlu memperhatikan adanya faktor anti nutrisi yaitu asam fitat. Salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh kandungan asam fitat dalam pakan adalah penambahan enzim fitase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan enzim fitase dalam pakan buatan dan mengetahui dosis optimal enzim fitase dalam pakan buatan terhadap laju pertumbuhan relatif (RGR) dan efisiensi pemanfaatan pakan (EPP) lele sangkuriang (C. gariepinus). Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah lele sangkuriang dengan bobot rata-rata 1,22±0,06 g/ekor. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini: perlakuan A (tanpa enzim fitase), B (enzim fitase 250 mg/kg pakan), C (enzim fitase 500 mg/kg pakan), dan D (enzim fitase 750 mg/kg pakan). Data yang diamati meliputi laju pertumbuhan relatif (RGR), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), rasio efisiensi protein (PER), dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim fitase dalam pakan buatan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap RGR, EPP dan PER. Persentase dosis optimal enzim fitase sebesar 579 mg/kg pakan dalam pakan buatan mampu menghasilkan RGR dan EPP maksimal sebesar 4,18%/hari dan 86,5%. Dosis optimal enzim fitase sebesar 583 mg/kg pakan mampu menghasilkan PER maksimal sebesar 2,75% untuk ikan lele sangkuriang (C. gariepinus). Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran yang sesuai untuk budidaya lele sangkuriang. In the cultivation process, feed is one of the most important factors that will effect for growth of fish culture . The use of vegetable raw material sources in the fish feed ingredients need to pay attention to their anti nutritive factors that phytic acid. The one to solve the problems causes by the content of phytic acid in the diet is the addition of phytase enzyme. This study aims to determine the effect of adding the enzyme phytase in artificial feed and determine the optimal dose of enzyme phytase in artificial feed to the relative growth rate (RGR) and the efficiency of feed utilization (EPP) of the catfish (C. gariepinus). The fish samples used in this study is a catfish with average weight of 1.22 ± 0.06 g / fish. This method that used in this research was the experimental method completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replicates. The treatment in this study: treatment A (without phytase enzyme), B (enzyme phytase 250 mg/kg diet), C (enzyme phytase to 500 mg/kg diet), and D (enzyme phytase 750 mg/kg diet). The datas were observed included relative growth rate (RGR), efficiency of feed utilization (EPP), protein efficiency ratio (PER), and water quality. The results showed that the addition of phytase enzyme in artificial diet provides highly significant effect (P<0,01) to RGR, EPP and PER. The percentage of the enzyme phytase optimal dose 579 mg/kg in artificial feed can to produce maximum RGR 4,18%/day and EPP 86,5%. The enzyme phytase optimal dose 583 mg/kg diet can to produce maximum PER 2,75% for catfish (C. gariepinus). Water quality in the maintenance media contained in a range that is suitable for the cultivation of catfish.
PENGARUH PENAMBAHAN ENZIM FITASE PADA PAKAN BUATAN TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN, DAN PERTUMBUHAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) Zulaeha, Siti; Rachmawati, Diana; Samidjan, Istiyanto
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.697 KB)

Abstract

Ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi, prospek pemasaran cukup baik karena diminati konsumen sebagai ikan konsumsi dan ikan hias. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha budidaya ikan kerapu khususnya pakan. Pakan merupakan salah satu komponen penting budidaya ikan yang berperan terhadap pertumbuhan dan asupan nutrisi ikan. Penggunaan bahan baku pembuat pakan seperti bungkil kedelai sebagai sumber protein dari bahan nabati. Namun, bungkil kedelai ternyata mengandung asam fitat. Asam fitat yang terkandung dalam pakan dapat menghambat pertumbuhan. Asam fitat tidak dapat terhdirolisis dalam saluran pencernaan ikan oleh karena itu perlu ditambahkan enzim fitase guna memecah asam fitat menjadi inositol dan asam fosfat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan enzim fitase dan dosis optimal enzim fitase terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, dan pertumbuhan ikan kerapu (Cromileptes altivelis). Ikan uji yang digunakan selama penelitian adalah ikan kerapu bebek dengan bobot rata-rata 3±0,55 g/ekor-1 dan padat tebar 1 ekor/l-1. Metode yang digunakan yaitu metode ekperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penambahan enzim fitase dengan dosis yang berbeda yaitu perlakuan A (tanpa enzim fitase), B (500 mg/kg pakan), C (1000 mg/kg pakan), dan D (1500 mg/kg pakan). Data yang diamati selama penelitian yaitu efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), rasio efisiensi protein (PER), laju pertumbuhan relatif (RGR), dan kualitas air. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim fitase dalam pakan buatan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap EPP, PER, dan RGR, namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terharap SR. Dosis optimum enzim fitase 986 mg/kg pakan dapat meningkatkan laju pertumbuhan relatif ikan kerapu bebek maksimal sebesar 2,24%, dan dosis optimum enzim fitase 950 mg/kg pakan mampu menghasilkan efisiensi pemanfaatan pakan maksimal 28,5%. Kualitas air pada media pemeliharaan masih berada pada kisaran yang layak untuk budidaya ikan kerapu bebek.       Cromileptes altivelis is one of high economic value fish, which is good in marketing prospects for demand by consumers as food and ornamental fish. One of aspects that need attention in the business of cultivating Cromileptes altivelis is the feed. Feed is an of important componend in aquaculture, it has a role in growth and nutrient intake of fish. Use of raw material feed such as soybean meal as a protein source of vegetable material . However, soybean meal turned out to contain phytase acid. Phytase acid contained in feed could inhibit growth. Phytase acid can’t be hydrolized in fish digestive therefore need to be added phytase enzyme to break down phytase acid into inositol and phospor acid. The study aim to determine influence of Phytase enzyme additon for artificial feed; and to know the the optimum level of artificial feed on the growth efficiency of Cromileptis altivelis fish. The material used in this reaserch was Cromileptus altivelis fish with average weight 3±0,55g/fish and the method used is complete randomized design test with 4 treatments and 3 replicates. The treatments were feeding dosage: A (without phytase enzyme), B (500 mg/feed), C (1000 mg/feed), and D (1500 mg/feed). Data that observed in research are Efficiency of Feed Utilization (EPP), Protein  Efficiency Ratio (PER), Relative Growth Rate (RGR), and Waters quality. The research showed that phytase enzyme addition in artificial feed very significantly (P <0,01) on the EPP, PER, and RGR, but not significant (P> 0,05) against to SR. The optimum dosage 986 mg/kg of feed can improve Cromileptes altivelis to producing maximum relative growth rate of 2,24%, and the optimum dose of the enzyme phytase 950 mg / kg feed capable to producing maximum feed utilization efficiency of 28,5%. The range of water quality was still on the decent range for culturing. 
SUBTITUSI PAKAN SEGAR DENGAN PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAKN KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain) Rahadiyani, Mega; Rachmawati, Diana; Samidjan, Istiyanto
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.679 KB)

Abstract

Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup kepiting bakau. Pakan buatan sangat diperlukan terutama pada budidaya secara intensif yang membutuhkan pakan buatan sebagai sumber energi utama, sedangkan pada saat ini pembudidaya kepiting bakau (S. paramamosain) masih menggunakan pakan segar yaitu berupa ikan rucah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan persentase terbaik dalam subsitusi pakan segar dengan pakan buatan  terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau di Desa Tapak kecamatan Tugu, Semarang pada Januari – Maret 2014Hewan uji yang digunakan adalah Kepiting Bakau (S. paramamosain) dengan ukuran 122,5±1,5 g. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan yaitu perlakuan A (0% pakan buatan dan 100% pakan segar), B (25% pakan buatan dan 75% pakan segar), C (50% pakan buatan dan 50% pakan segar), D ( 75% pakan buatan dan 25% pakan segar) dan E (100% pakan buatan dan 0% pakan segar).Hasil penelitian menunjukan bahwa subtitusi pakan segar dengan pakan buatan terdapat pengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kelulushidupan kepiting bakau (S. paramamosain). Perlakuan D (75% pakan buatan dan 25% pakan segar) memiliki hasil tertinggi dengan nilai pertumbuhan bobot mutlak sebesar 18,50±2,62 g. Nilai kelulushidupan kepiting bakau (S. paramamosain) berkisar antara 66,67-100%. Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran yang layak dan beberapa parameter kualitas air terdapat pada batas minimum. Feeds is constitutes primal element in prop growth and survival rate of mud crabs. Indispensable artificial feeds especially on treatmenting intensively which need brand feeds as source of main energy, meanwhile for the moment mud crabs ( S. paramamosain ) still utilize fresh feeds which is as fish.  This research intent to know influence and best percentage in subtituation fresh feeds with feeds artificialing to growth and survival rate of mud crabs at Desa Tapak kecamatan Tugu, on January – March 2014.Animal tests that is utilized is mud crabs ( S. paramamosain ) with measure 122,5±1,5 g. This research did by method experimentaling to utilize fledged random design (RAL) with 3 time replicate which is treatment A (0% artificial feeds and 100% fresh feeds), B (25% artificial feeds and 75% fresh feeds), C (50% artificial feeds and 50% fresh feeds), D.( 75% artificial feeds and 25% fresh feeds) and e (100% artificial feeds and 0% fresh feeds).The result showed that subtitusi of fresh feeds with artificial feeds to be gotten reality influence (P<0,05) to growth and not significant (P>0,05) to survival rate of mud crabs ( S. paramamosain ). Treatment D (75% artificial feeds and 25% fresh feeds) having supreme result with appreciative absolute weight growth as big as 18,50±2,62 g. The survival rate of mud crab (S. paramamosain) ranged from 66.67 to 100.00%. Water quality on preserve media exists on gyration that reasonably and some water quality parameter exists on minimum bounds.Â