Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

MANIFESTASI KLINIS RONGGA MULUT SEBAGAI PENANDA AWAL PENYAKIT IRON DEFICIENCY ANEMIA (IDA) Mersil, Sarah; Pradono, Siti Aliyah
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 13, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v13i2.842

Abstract

Manifestasi klinis rongga mulut dapat sebagai penanda awal kelainan darah, seperti anemia. Anemia defisiensi zat besi / Iron Deficiency Anemia (IDA) adalah kelainan darah yang paling umum dengan manifestasi rongga mulut khas yaitu glossitis, mukosa mulut pucat, dan angular cheilitis. Seorang pasien wanita berusia 46 tahun mengeluh sakit dalam mulut yang berulang terutama di lidahnya selama hampir 5 tahun. Pemeriksaan klinis ditemukan mukosa mulut pucat, fissure pada sudut mulut, dan atrofi papila lidah. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan IDA. Penanganan kasus ini dengan meredakan gejala dalam mulut dan merujuk ke bagian penyakit dalam untuk terapi lebih lanjut. Dokter gigi dapat terlibat dalam menegakkan diagnosis IDA dengan mengetahui tanda dan gejala klinis rongga mulut yang khas.
FRICTIONAL KERATOSIS ”MIMICKING” LEUKOPLAKIA Mersil, Sarah
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 15, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v15i1.786

Abstract

Latar Belakang: Frictional keratosis didefinisikan sebagai plak putih dengan permukaan kasar dan berjumbai yang di identifikasi dari sumber iritasi mekanis yang biasanya akan sembuh jika sumber iritasi di hilangkan. Diagnosis banding dari frictional keratosis adalah leukoplakia karena gambaran klinisnya berupa plak putih yang menyerupai leukoplakia displastik. Laporan kasus : Seorang laki-laki 22 tahun datang ke klinik integrasi RSGM FKG UPDM (B) dengan keluhan terdapat putih-putih di kedua pipi bagian dalam. Dari pemeriksaan intraoral terlihat adanya plak papula putih tidak beraturan disertai eritema, berbatas tidak jelas dan tidak sakit pada mukosa bukal kiri dan kanan. Mengaku sering menggigit pipi bagian dalam dan juga memiliki kebiasaan merokok sehingga dapat dicurigai mengarah  frictional keratosis dengan diagnosis banding leukoplakia. Setelah dilakukan observasi lesi ini hilang sepenuhnya sehingga dapat didiagnosis frictional keratosis dan menyingkirkan kecurigaan terhadap leukoplakia. Kesimpulan: Gambaran klinis serta faktor-faktor predisposisi pada frictional keratosis hampir sama dengan leukoplakia, untuk itu dokter gigi harus lebih hati-hati dan mendetail dalam menghadapi kasus seperti ini.
Stomatitis sebagai Manifestasi Oral dari Anemia Defisiensi Zat Besi disertai Trombositosis Mersil, Sarah
e-GiGi Vol 9, No 2 (2021): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v9i2.34481

Abstract

Abstract: Studies in Indonesia stated that the main cause of nutritional anemia in adolescents is due to lack of iron intake, which is called iron deficiency anemia. One of its oral manifestations is stomatitis. Thrombocytosis is also found in iron deficiency anemia. We reported a case of a 22-year-old female patient with complaints of stomatitis and further examination showed the occurrence of iron deficiency anemia and thrombocytosis. The patient was instructed to maintain good diet containing meat, vitamin C-rich vegetables and fruits, have good sleep pattern, take care of her oral health, and not to force herself to overwork. Triamcinolone acetonide in ora base 0.1% was applied on the lesion by using cotton bud after meal and before bedtime until the lesion disappeared or became painless. The patient was referred to an internist for further examination. After two weeks, the lesion had disappeared, and there was no new lesion. However, the patient had not checked to the internist, therefore, ferrous gluconate 250 mg twice daily was given to her for 30 days. In conclusion, the patient was diagnosed as stomatitis aphthosa as an oral manifestation of iron deficiency anemia associated with secondary thrombocytosis.Keywords: stomatitis, iron deficiency anemia, thrombocytosis Abstrak: Penelitian di Indonesia menyatakan bahwa penyebab utama terjadinya anemia gizi pada remaja ialah kurangnya asupan zat besi, yang disebut anemia defisiensi zat besi. Salah satu manifestasi oralnya ialah stomatitis. Kondisi trombositosis juga ditemukan pada anemia defisiensi zat besi. Kami melaporkan kasus seorang perempuan berusia 22 tahun dengan keluhan stomatitis dan hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan anemia defisiensi zat besi dan trombositosis. Pasien diinstruksikan untuk menjaga pola makan yang baik dengan mengonsumsi daging serta buah dan sayuran mengandung vitamin C, tidur serta istirahat yang cukup, tidak memaksakan diri secara berlebihan, serta menjaga kebersihan mulut. Diberikan obat oles yaitu triamcinolone acetonide in orabase 0,1% untuk dioles pada lesi menggunakan cotton bud sehabis makan dan sebelum tidur sampai lesi sembuh atau tidak sakit lagi. Pasien dirujuk ke spesialis penyakit dalam untuk tindak lanjut dari kondisi sistemiknya. Kontrol setelah dua minggu sariawan sudah hilang, tidak muncul sariawan baru. Pasien belum ke dokter spesialis penyakit dalam untuk memeriksa kondisi anemia yang dideritanya. Oleh karena itu diberikan ferrous gluconate 250 mg dua kali sehari selama 30 hari. Simpulan kasus ini ialah suatu stomatitis sebagai salah satu manifestasi oral pada anemia defisiensi besi yang disertai trombositosis sekunder.Kata kunci: stomatitis, anemia defisiensi zat besi, trombositosis
MANIFESTASI KLINIS RONGGA MULUT SEBAGAI PENANDA AWAL PENYAKIT IRON DEFICIENCY ANEMIA (IDA) Sarah Mersil; Siti Aliyah Pradono
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 13, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v13i2.842

Abstract

Manifestasi klinis rongga mulut dapat sebagai penanda awal kelainan darah, seperti anemia. Anemia defisiensi zat besi / Iron Deficiency Anemia (IDA) adalah kelainan darah yang paling umum dengan manifestasi rongga mulut khas yaitu glossitis, mukosa mulut pucat, dan angular cheilitis. Seorang pasien wanita berusia 46 tahun mengeluh sakit dalam mulut yang berulang terutama di lidahnya selama hampir 5 tahun. Pemeriksaan klinis ditemukan mukosa mulut pucat, fissure pada sudut mulut, dan atrofi papila lidah. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan IDA. Penanganan kasus ini dengan meredakan gejala dalam mulut dan merujuk ke bagian penyakit dalam untuk terapi lebih lanjut. Dokter gigi dapat terlibat dalam menegakkan diagnosis IDA dengan mengetahui tanda dan gejala klinis rongga mulut yang khas.
FRICTIONAL KERATOSIS MIMICKING LEUKOPLAKIA Sarah Mersil
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 15, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v15i1.786

Abstract

Latar Belakang: Frictional keratosis didefinisikan sebagai plak putih dengan permukaan kasar dan berjumbai yang di identifikasi dari sumber iritasi mekanis yang biasanya akan sembuh jika sumber iritasi di hilangkan. Diagnosis banding dari frictional keratosis adalah leukoplakia karena gambaran klinisnya berupa plak putih yang menyerupai leukoplakia displastik. Laporan kasus : Seorang laki-laki 22 tahun datang ke klinik integrasi RSGM FKG UPDM (B) dengan keluhan terdapat putih-putih di kedua pipi bagian dalam. Dari pemeriksaan intraoral terlihat adanya plak papula putih tidak beraturan disertai eritema, berbatas tidak jelas dan tidak sakit pada mukosa bukal kiri dan kanan. Mengaku sering menggigit pipi bagian dalam dan juga memiliki kebiasaan merokok sehingga dapat dicurigai mengarah frictional keratosis dengan diagnosis banding leukoplakia. Setelah dilakukan observasi lesi ini hilang sepenuhnya sehingga dapat didiagnosis frictional keratosis dan menyingkirkan kecurigaan terhadap leukoplakia. Kesimpulan: Gambaran klinis serta faktor-faktor predisposisi pada frictional keratosis hampir sama dengan leukoplakia, untuk itu dokter gigi harus lebih hati-hati dan mendetail dalam menghadapi kasus seperti ini.
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) PADA MAHASISWA PROGRAM PROFESI FKG UPDM(B) ANGKATAN 2020 Sarah Mersil; Karis Maharani Abel Andjani
M-Dental Education and Research Journal Vol 1, No 1 (2021): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.356 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau yang biasa dikenal dengan sariawan, merupakan penyakit mulut yang paling sering ditemukan di masyarakat. Perkuliahan topik SAR yang didapatkan di program akademik akan diaplikasikan di program profesi dalam menegakkan diagnosis dan menentukan rencana perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk  menjelaskan pengetahuan tentang Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) pada mahasiswa program profesi FKG UPDM(B) angkatan 2020. Metode penelitian: Penelitian deskriptif cross-sectional dengan 118 responden menggunakan  metode kuesioner (google form) yang terdiri dari 27 butir pertanyaan tertutup tentang SAR dengan topik epidemiologi, etiologi dan faktor predisposisi, gambaran klinis dan pengobatan. Tingkat pengetahuan responden digolongkan dalam skala empat tingkat, yaitu sangat baik, baik, cukup dan rendah. Data diolah dengan software statistic berbasis komputer. Hasil penelitian: Berdasarkan kuesioner yang didistribusikan, sebanyak 84 (71,2%) mahasiswa  profesi mengetahui SAR dengan tingkat pengetahun sangat baik, 33 (28%) mahasiswa profesi dengan kriteria baik, dan sebanyak satu mahasiswa profesi (0,8%) dengan kriteria cukup, tidak ada mahasiswa dengan tingkat pengetahuan rendah. Rata-rata jawaban paling banyak benar mengenai topik etiologi dan pathogenesis (3.93 (±2.127)), rata-rata jawaban paling sedikit benar pada topik gambaran klinis (0.49(±0.624)). Kesimpulan: Berdasarkan analisa data mengenai pengetahuan SAR pada mahasiswa program profesi FKG UPDM(B) angkatan 2020, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang SAR tergolong sangat baik dengan persentase 71,2% dengan pengetahuan mengenai etilogi dan predisposisi SAR lebih tinggi dari topik lainnya.
DOES SMOKING CAUSE ORAL CANDIDA COLONIES GROWTH? Sarah Mersil; Naifadiniaulia Lailiqonita
Moestopo International Review on Social, Humanities, and Sciences Vol. 1 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.481 KB) | DOI: 10.32509/mirshus.v1i1.4

Abstract

Smoking is associated with a variety of changes in the oral cavity. Smoking has effects on oral commensal microorganisms, mainly Candida, which causes oral thrush. This infection disease is caused by oral candida colonies growth. How smoking affects oral candida colonies growth is still controversial. The aim of this study is to prove smoking causes oral candida colonies growth. This study is an observational analytic study. The sample of this study consisted of smokers and nonsmokers; oral candida is taken in the oral cavity using swab method. Candida is identified using sabouraud’s dextrose agar (SDA) and incubated at 37⁰C for 24-48 hours. We are asking how to maintain oral hygiene and about oral complaints that carried out using a questionnaire. Oral candidal colonization are both higher in the smokers compared to the nonsmokers; however, the difference was not statistically significant. The p-value is 0.820 (p value> 0.05). Smoking does not cause oral candida colonies growth. Have a good habits of maintaining oral health may control oral candida colonies growth.
Virtual Edukasi Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Kelompok Lanjut Usia Di Masa Pandemi Covid-19 Yufitri Mayasari; Elin Hertiana; Sarah Mersil; Poetry Oktanauli
ABDI MOESTOPO: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 4, No 02 (2021): Juli 2021
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.017 KB) | DOI: 10.32509/abdimoestopo.v4i02.1403

Abstract

Pada masa pandemi Covid-19 kegiatan promosi kesehatan sedikit terhambat karena ada aturan menjaga jarak sosial atau social distancing guna memutus mata rantai penularan virus SARS-Cov 2.  Hal ini mengakibatkan kegiatan promosi kesehatan tidak dapat berjalan dengan tatap muka. Pemberian edukasi secara jarak jauh menggunakan media daring merupakan solusi terbaik agar program promosi kesehatan terutama terkait gigi dan mulut dapat tetap terlaksana. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan kegiatan edukasi pada kelompok lanjut usia menggunakan media daring Zoom cloud meeting yang dilakukan oleh FKG Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama) bekerja sama dengan Forum Komunikasi Lanjut Usia Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan pada tanggal 3 November 2020.  Kegiatan ini diikuti oleh anggota Forum Komunikasi Lanjut Usia Sudinkes Jak-Sel, anggota Muslimat Nahdlatul Ulama serta masyarakat umum yang seluruhnya berjumlah 82 peserta dimana sebagian besar adalah wanita (95%). Peserta diberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut lansia meliputi : (1) Kondisi fisiologis rongga mulut lansia, (2) Penyakit gigi dan mulut yang sering dialami lansia, (3) Cara menjaga kesehatan gigi dan mulut sehari-hari untuk lansia. Pada akhir sesi, diadakan tanya jawab seputar materi yang disampaikan. Pada akhir kegiatan dilakukan umpan balik sebagai evaluasi kegiatan menggunakan google form. Hasilnya untuk cara penyajian 68% peserta menilai sangat baik dan 20% peserta menilai baik. Sedangkan untuk materi yang disampaikan 78% peserta menilai sangat baik dan 21% peserta menilai baik.
Management of Exfoliative Cheilitis Sarah Mersil; NIcholas Limanda
e-GiGi Vol. 10 No. 2 (2022): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v10i2.41102

Abstract

Abstract: Cheilitis is an inflammation of the vermilion border of lips. Exfoliative cheilitis occurs on the upper and lower lips in the form of exfoliation of the keratinized surface’s lips, accompanied by redness and edema. We reported a 21-year-old female patient, a dental student, with a chief complaint of sores on the cracked lower and upper lips, and bleeding since two weeks ago. She was not sure when this condition started, but she had realized it for almost three years. The patient used to feel dry lips, therefore she licked and sucked her lips and then peeled the dry surface off. She did not drink enough water, did not like fruits and vegetables very well, and was allergic to certain lipsticks, so, she discontinued using it since one year ago. She treated her lips with lip balm, but it did not show any improvement. Extraoral examination showed that the lower lip was not covered by epithelia, there was a blackish red crust of 1 cm around the vermilion border mixed with exfoliating yellowish crust. Several fissures were seen on the upper and lower lips associated with erythema. This patient was diagnosed as exfoliative cheilitis and was managed with applying lip balm and triamcinolone acetonide 0.1%, twice a day that showed satisfying result. In conclusion, in managing exfoliative cheilitis, the causative factors have to be determined and controlled, and administration of topical steroid and moisturizer showed significant improvement.Keywords: exfoliative cheilitis; steroids Abstrak: Keilitis adalah adanya inflamasi pada vermilion border bibir. Kasus keilitis eksfoliatif terjadi pada bibir atas dan bawah berupa pengelupasan permukaan keratin bibir, disertai adanya kemerahan dan edema pada bibir. Kami melaporkan kasus seorang pasien perempuan 21 tahun, mahasiswi, dengan keluhan sariawan di bibir bawah dan atas tampak pecah-pecah, berdarah dan perih sejak dua minggu lalu. Tidak diketahui pasti sejak kapan kondisi ini dialami, namun mulai disadari sejak sekitar tiga tahun. Pasien sering merasa bibir kering, sering menjilat/menghisap bibir kemudian mengelupasnya. Kurang minum air, kurang menyukai buah-buahan dan sayur, serta alergi pemakaian lipstik tertentu dan sudah dihentikan sejak satu tahun lalu. Sudah melakukan pengobatan dengan lip balm, namun tidak menunjukkan perubahan. Pemeriksaan klinis ekstraoral menunjukkan sebagian besar bibir bawah tidak tertutupi epitel, terdapat krusta merah kehitaman ±1cm sekitar batas vermilion bercampur dengan krusta kekuningan hampir mengelupas (eksfoliasi). Beberapa fisur terlihat pada bagian bibir atas dan bawah disertai eritema. Pasien didiagnosis sebagai keilitis eksfoliatif. Penatalaksanaan dengan melanjutkan pemakaian lip balm dan pemberian obat oles bibir triamcinolone acetonide 0,1%, dipakai dua kali sebelum penggunaan lip balm yang memberikan hasil memuaskan. Simpulan kasus ini ialah dalam penatalaksanaan kasus keilitis eksfoliatif harus ditentukan faktor penyebab dan dikendalikan. Pemberian steroid topikal dan pelembab memberikan perbaikan yang berarti.Kata kunci: keilitis eksfoliatif; steroid
Temuan Klinis Oral pada Pasien HIVAIDS di Poli Penyakit Mulut RSUD Kota Tangerang Mersil, Sarah; Miyuri Areta; Rani Handayani
YARSI Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2025): YARSI DENTAL JOURNAL
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/ydj.v2i2.246

Abstract

Background: Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a type of virus that attacks white blood cells and causes a decrease in the human immune system. The route of HIV transmission can be through sexual intercourse, shared syringe use, transmission through the placenta from HIV-positive mothers to children, and transfusion of blood infected with the virus. According to WHO data, about 39 million people are infected with HIV by the end of 2022. Oral manifestations are the initial symptoms in 30-80% of HIV-infected people and can be used to detect HIV/AIDS early. Objective: This study aims to identify oral clinical finding in HIV/AIDS patients at oral disease clinic of RSUD Kota Tangerang. Methods: This research was descriptive analysis using cross- sectional study design from 97 electronic medical records of HIV/AIDS patients at the Oral Medicine Clinic of RSUD Kota Tangerang. The data collected included the diagnosis of oral cavity findings. Results: The results showed that the three highest percentages related to oral manifestations found were chronic gingivitis (26.7%), then oral candidiasis (21.1%), coated tongue (16.2%), cheilitis (9.7%) and apthous like ulcer (6.5%). Conclusion: In HIV/AIDS patients at the Oral Medicine Clinic, there are many oral manifestations that vary.