Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Program Pengabdian Desa Mitra Desa Wisata Pelaga Menuju Terbentuknya Rantai Pasokan Pariwisata (Tourism Supply Chain) Indah Kusuma Dewi; I Ketut Suarja; I Gusti Agung Bagus Mataram; I Gusti Agung Istri Mas Pertiwi
Bhakti Persada Jurnal Aplikasi IPTEKS Vol 6 No 2 (2020): November 2020
Publisher : P3M Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31940/bp.v6i2.2002

Abstract

Keberhasilan desa wisata untuk mendatangkan wisatawan tergantung kepada jaringan distributor pariwisata seperti perusahaan transport, tour operator, dan travel agent yang dikenal sebagai rantai pasokan pariwisata (Tourism Supply Chain-TSC). Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah mewujudkan TSC di Desa Wisata Pelaga agar dapat mendatangkan wisatawan secara berkesinambungan melalui TSC. Pengabdian tahun 2020 adalah untuk mempersiapkan persyaratan utama desa wisata yaitu atraksi, amenities, dan akomodasi. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis dengan metode pattern matching. Hasil penelitian menyatakan bahwa khusus pada Desa Wisata Pelaga atraksi wisata (keindahan alam dan agrowisata) telah siap sebagai produk wisata, akan tetapi tidak ada akomodasi dan amenities. Terkait hal tersebut maka dua buah kamar di dua keluarga dijadikan percontohan homestay, pelatihan Bahasa Inggris dan kuliner diberikan kepada pemuda desa, serta pembuatan brosur, website dan papan penunjuk arah.
MULTIPLIER EFFECT PEMBANGUNAN UNDERPASS GATOT SUBROTO DENPASAR TERHADAP KELAYAKAN EKONOMI I Gusti Agung Istri Mas Pertiwi; Ni Wayan Sri Kristinayanti
Matrix : Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika Vol 4 No 2 (2014): MATRIX - Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika
Publisher : Unit Publikasi Ilmiah, P3M Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat sektor ekonomi lokal dapat memberikan kontribusi yang lebih baik pada penambahan pendapatan yang timbul akibat penambahan pengeluaran penduduk dalam lingkup ekonomi daerah setelah adanya proyek peningkatan jalan underpass Gatot Subroto. Semua perubahan pengeluaran penduduk, akan mempengaruhi tingkat pendapatan, ketenagakerjaan, dan penerimaan pemerintah. Rasio perubahan dalam masing-masing variabel di atas akibat perubahan tersebut disebut multiplier, atau dengan kata lain, multiplier merupakan rasio perubahan masing-masing variabel terhadap perubahan pengeluaran penduduk.Sebelum dilakukan analisa investasi terlebih dahulu diketahui komponen biaya yang diperhitungkan dalam perencanaan investasi dan perhitungan komponen manfaat dari pembangunan underpass Gatot Subroto. Ketika manfaat proyek peningkatan jalan seperti penghematan biaya operasi kendaraan dan penghematan nilai waktu yang secara langsung diperoleh dari pembangunan proyek tidak memberikan manfaat atau penghematan biaya melebihi jalan eksisting maka perlu diperhitungkan manfaat sekunder atau multiplier effect dalam kegiatan ini didasarkan pada sektor perdagangan yang mempunyai keterkaitan dan ketergantungan dalam satu komunitas ekonomi lokal.Hasil penelitian untuk alternatif terpilih menunjukkan nilai Net Present Value (NPV) Rp 224,678,634,837.95 > 0, BCR = 2,635 > 1 dan IRR = 34,749% > MARR (18%), , maka proyek ini dinyatakan layak. Sedangkan padaanalisis sensitivitas nilai-nilai yang diperoleh jika biaya meningkat 20% dan manfaat menurun 20% adalah nilai Net Present Value (NPV) Rp 210,960,026,090.00 > 0, BCR = 2,21 > 1 dan IRR = 27,68% > MARR (18%),,maka proyek ini dinyatakan layak.
ANALISIS NILAI SATUAN BIAYA JASA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR I Gusti Agung Istri Mas Pertiwi; I Made Sudiarsa; Ketut Wiwin Andayani; Ni Wayan Sri Kristinayanti
Matrix : Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika Vol 5 No 2 (2015): MATRIX - Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika
Publisher : Unit Publikasi Ilmiah, P3M Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.39 KB)

Abstract

Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum II di Denhaag tahun2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara. Meskipun Indonesia termasuk 10 negara kaya air namun krisis air diperkirakan juga akan terjadi, sebagai akibat dari kesalahan pengelolaan air. Masalah air di Indonesia ditandai juga dengan kondisi lingkungan yang makin tidak kondusif sehingga makin mempercepat kelangkaan air. Kerusakan lingkungan antara lain disebabkan oleh terjadinya degradasi daya dukung daerah aliran sungai (DAS) hulu akibat kerusakan hutan yang tak terkendali. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air dan terjadinya kelangkaan ketersediaan air, orang mulai terpancing untuk berpikir dan memandang air sebagai barang ekonomi (economic goods). Seperti yang tercantum dalam Dublin Priciples (1992) “Air memiliki nilai ekonomi di setiap kepentingan penggunaannya dan seharusnya dianggap sebagai barang ekonomi”. Kelangkaan air dianggap sebagai peluang ekonomi. Dalam memproduksi air bersih ada beberapa biaya usaha yang dikeluarkan yakni biaya investasi, biayatetap dan biaya variabel. Biaya investasi merupakan segala modal yang dikeluarkan untuk perolehan ataupembangunan sarana untuk memproduksi air bersih. Biaya usaha adalah total biaya untuk menghasilkan air minum yang mencakup biaya sumber air, biaya pengolahan, biaya transmisi dan distribusi, biaya kemitraan, biaya umum dan administrasi. Sedangkan biaya dasar adalah biaya usaha dibagi volume air terproduksi dikurangi volume kehilangan air. Perhitungan nilai satuan yaitu dengan mengalikan total biaya dengan prosentase Nilai Manfaat Ekonomi (NME) yaitu suatu manfaat yang diperoleh dari penggunaan air di wilayah sungai untuk berbagai kepentingan dan membaginya dengan volume air yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Nilai Satuan BJPSDA untuk masing-masing DAS dengankisaran harga seperti berikut: Nilai Satuan BJPSDA Pertanian masing-masing DAS; DAS Badung = Rp529.808,50 – Rp 688.129,79/Ha, DAS Ayung = Rp 1.088.972,82 – Rp 1.440.906.79/Ha, DAS Yeh Ho = Rp289.207,09 – Rp 383.382,39/Ha. Nilai Satuan BJPSDA PDAM masing-masing DAS; DAS Badung = Rp 126,51– Rp 138,34/m3, DAS Ayung = Rp 260,04 – Rp 289,68/m3, DAS Yeh Ho = Rp 24,52 – Rp 27,37/m3. NilaiSatuan BJPSDA Industri masing-masing DAS; DAS Badung = Rp 0,57 – Rp 0,64/m3, DAS Ayung = Rp 9,96 –Rp 11,33/m3, DAS Yeh Ho = Rp 1,69 – Rp 1,82/m3