Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Intervensi Kinesio Taping Dan Bobath Exercises Terhadap Peningkatan Keseimbangan Berdiri Dan Penurunan Spastisitas Tungkai Pasien Cerebral Palsy Di Sekolah Luar Biasa Dan Yayasan Pendidikan Anak Cacat Makassar Suharto Anwar; Sri Saadiyah L; Ahmad Syakib
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 4 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v24i4.3407

Abstract

Cerebal Palsy is a non progressive neuromuscular dysfunction in the form of muscle tone abnormalities which results in postural tone disorders in the form of spasticity, especially the legs, coordination disorders, sitting and standing balance, road disturbances that cause sufferers with daily functional impairment. The purpose of this study is to determine the effect of Kinesio taping and Bobath exercises for increasing the ability to balance standing and decrease the spasticity of the patient's limbs. This type of research is a pre-experiment with one group pre-test-post test design. Held at the Special School and the Makassar Disability Children Education Foundation from July to October 2019, with a sample of 49 cerebral palsy patients. Standing balance data were obtained using a Pediatric balance scale and limb spasticity data were obtained using the Asworth scale. Paired sample T Test Results obtained p value = 0.006 for spasticity and standing balance with p = 0.000 after being given Kinesio taping and bobath exercises. The conclusion of the study was that kinesio taping and bobath exercises had no significant effect on leg spasticity and there was a significant effect on the sitting balance of cerebral palsy patients. It is hoped that these two methods can be used in cerebral palsy patients who experience impaired sitting balance. Abstrak Cerebal Palsy adalah kelainan fungsi neuromuscular non progresif berupa abnormalitas tonus otot yang mengakibatkan gangguan tonus postural berupa spastisitas terutama tungkai, gangguan koordinasi, keseimbangan duduk dan berdiri, gangguan jalan yang menyebabkan penderita terganggu fungsionalnya sehari-hari. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh Kinesio taping dan Bobath exercises terhadap peningkatan kemampuan keseimbangan berdiri dan penurunan spastisitas tungkai pasien. Jenis penelitian ini adalah pre - experiment dengan desain pretest – post test one group. Dilaksanakan di Sekolah luar Biasa dan Yayasan Pendidikan Anak Cacat Makassar mulai bulan JulisampaiOktober2019, dengan sampel penelitian sebanyak 49 pasien cerebral palsy. Data keseimbangan berdiri di peroleh menggunakan Pediatric balance scale dan data spastisitas tungkai diperoleh menggunakan skala asworth. Hasil Uji Paired sample T Test diperoleh nilai p = 0.006 untuk spastisitas dan keseimbangan berdiri dengan p = 0.000 setelah diberikan Kinesio taping dan bobath exercises. Kesimpulan penelitian bahwa kinesio taping dan bobath exercises tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada spastititas tungkai dan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap keseimbangan duduk pasien cerebral palsy. Dengan demikian diharapkan kedua metode ini dapat digunakan pada pasien cerebral palsy yang mengalami gangguan keseimbangan berdiri.
BEDA EFEKTIFITAS METODE BUGNET EXERCISE DENGAN METODE WILLIAM FLEKSION EXERCISE PADA PASIEN NYERI PINGGANG BAWAH DI KLINIK FISIOTERAPI RATULANGI MEDICAL CENTRE MAKASSAR Suharto Suharto; Arpanjam’an Arpanjam’an; Suriani Suriani
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 12, No 1 (2017): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.009 KB) | DOI: 10.32382/medkes.v12i1.117

Abstract

Low back pain is a common complaint in everyday practice. It is estimated that almost everyone has experienced low back pain during his lifetime. The cause of low back pain is very diverse from mild to severe and very serious. In Indonesia, lower back pain is found at the age of 40 years. In developed countries the prevalence of low back pain is about 70-80%. Although rarely fatal but the perceived pain causes the patient to experience limitations in daily activities and many loss of working hours, especially in the productive age, so that is the most reason in seeking treatment.This study aims to determine the Differences Effectiveness between Bugnet Exercise method with William Fleksion Exercise method on the application of Infra Red Rays Patients with Lower Waist Pain with quasi experimental and pre-test research design - post test two groups of 20 people each method 10 research subjects randomly Sampling. Both groups were measured by using Visual analog scale before and after treatment. The results of the study were 50% aged 31-40 and 50% aged 41-60 years. In the research subjects given IRR and Bugnet exercises obtained p value = 0.000. While given IRR and William flexion exercises obtained p value = 0.005. In the Mann Whitney Test test, p = 0.052> α = 0.05, which means there is no significant difference between the two methods to decrease the actuality of lower back pain but IRR with William flexion exercises has a greater mean value of change that is 3,350 ± 0.66841 cm than the group IRR treatment with Bugnet Exercise method is 3,300 ± 0.66173 cm. It was concluded that IRR with William flexion exercises better results in decreased pain in patients with lower back pain. Keywords: Bugnet exercises, William flexion, Lower back pain
Intervensi Massage dan Kinesio Tapping menurunkan Nyeri Musculus Hamstring Suharto Suharto; Darwis Durahim; Sri Saadiyah Leksonowati
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 16, No 1 (2021): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v16i1.2118

Abstract

ABSTRAK Cedera pada hamstring umumnya terjadi karena adanya kerentanan atau kesalahan pada posisi anatomi. Pada pemain  futsal kebanyakan terjadi cedera strain hamstring pada saat lari biasa dan lari cepat atau sprint. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Massage effleurage dan Kinesio Tapping terhadap perubahan nyeri musculus hamstring pada pemain futsal. Penelitian ini adalah pre-experimental dengan desain one group pre test – post test. Sampel penelitian ini pasien yang mengalami nyeri musculus hamstring sehabis bermain futsal diberikan Massage effleurage dan kinesio tapping selama 4 minggu dengan frekuensi pemberian 2 kali seminggu. Alat ukur penelitian ini adalah VAS . Hasil uji wilcoxon menunjukkan bahwah ada pengaruh pemberian Massage effleurage dan Kinesio tapping terhadap perubahan nyeri musculus hamstring pada pemain futsal diperoleh nilai p ( 0,003) ( p<0,005). Kesimpulan hasil dari penelitian ini adalah Massage dan Kinesio tapping dapat menurunkan nyeri musculus hamstring. Disarankan kepada pemain futsal agar memberikan massage dan menggunakan tapping apabila terajadi cedera otot hamstring akibat bemain futsal. Kata Kunci : Massage , Kinesio tapping,  musculus hamstring
PENERAPAN LATIHAN WILLIAM FLEXION DENGAN MC. KENZIE TERHADAP PENURUNAN NYERI PINGGANG BAWAH NON SPESIFIK DI RUMAH SAKIT UMUM LABUANG BAJI MAKASSAR Kasrina Karim; Suharto Suharto; Darwis Durahim
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 15, No 2 (2020): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v15i2.1497

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang : Nyeri pinggang bawah merupakan gangguan berupa nyeri  yang terlokalisasi antara tulang rusuk 12 dan lipatan glutealis bawah, dengan atau  tanpa sakit pada kaki. Nyeri pinggang bawah merupakan gangguan tulang belakang yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri sehingga menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional sehingga menghambat aktivitas pekerjaan dan aktivitas kegiatan sehari-hari. Metode : Jenis penelitian ini adalah quasy experiment di lapangan dengan menggunakan rancangan pretest-posttest two group. Populasi penelitian adalah pasien nyeri pinggang bawah non spesifik yang berusia 20 – 40 tahun yang datang berobat di klinik fisioterapi Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makassar yang berjumlah 35 orang. Hasil : Hasil analisis wilcoxon test menunjukkan adanya perbedaan hasil pengukuran aktualitas nyeri lumbal sebelum dan sesudah pemberian William flexion (p=0,018 < 0,05). Demikian halnya pada pemberian Mc. Kenzie  (p=0,018 < 0,05). Hasil analisis Mann-whitney test menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan setelah pemberian William flexion dengan  Mc. Kenzie terhadap pengukuran aktualitas nyeri lumbal (p=0,068 < 0,05). Jika dilihat pada selisih rata-rata, maka selisih rata-rata pemberian William flexion lebih besar dibanding pemberian Mc. Kenzie. Kesimpulan : Kesimpulan penelitian yaitu ada perbedaan pengaruh antara pemberian William flexion dengan Mc. Kenzie, dimana jika dilihat pada selisih rata-rata pemberian William flexion menunjukkan pengaruh yang lebih baik. Kata kunci: Low back pain non spesifik, William flexion dan Mc. Kenzie.1Mahasiswa Jurusan Fisioterapi Poltekkes Makassar2Dosen Jurusan Fisioterapi Poltekkes Makassar3Dosen Jurusan Fisioterapi Poltekkes Makassar 
APPLICATION OF ISCHEMIC COMPRESSION TECHNIQUE AND MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE IN LUMBAL SPONDYLOSIS PATIENTS IN RATULANGI MAKASSAR MEDICAL CENTER Suharto Suharto; Suriani Suriani
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 15, No 2 (2020): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v15i2.1498

Abstract

Lumbar spondylosis is a condition of lower back pain caused by disc degeneration and facet joint which is characterized by osteophyte growth in the vertebral body precisely at the inferior and superior corpus edges, causing problems of pain, spasm, and impaired lumbar flexibility. The purpose of this study was to determine the difference in effect between the Ichemic compression technique (ICT) and Myofascial Release Technique (MRT) on the improvement of Lumbar Flexibility in patients with lumbar spondylosis, which was carried out at the Physiotherapy Clinic of TK II Pelamonia Hospital Makassar. The number of research subjects obtained as many as 20 people who meet the research criteria Then randomized into 2 groups: the treatment group I with ICT as many as 10 people and the treatment group II as many as 10 people with MRT. The research results show that the administration of Ichemic Compression Technique can increase lumbar flexibility with a mean difference 1,250. Whereas MRT administration can increase lumbar flexibility with a mean difference of 1,950. Wilcoxon test results of the treatment group I on the flexibility component obtained p value = 0.004 (p <0.05) while the treatment group II on the lumbar flexibility component obtained p value = 0.004 (p <0.05) which means that the provision of ICT with MRT can produce significant effect on increasing lumbar flexibility in patients with lumbar spondylosis. Mann Whitney test results on the lumbar flexibility component for treatment groups I and II p value = 0.035 (p <0.05). If seen from the mean values above, it can be concluded that the administration of Myofascial Release Technique (MRT) can result in a greater increase in lumbar flexibility compared to the Intermitten compression technique.  Keywords: Ichemic compression technique., Lumbar flexibility, Myofascial Release Technique, Lumbar Spondylosis 
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS BAYI USIA 3-24 BULAN DI KLINIK FISIOTERAPI SUDIANG MAKASSAR Suharto Suharto; Suriani Suriani; Arpandjam’an Arpandjam’an
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 13, No 1 (2018): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (44.177 KB) | DOI: 10.32382/medkes.v13i1.99

Abstract

Saat ini masalah yang dihadapi anak usia kurang 1 tahun adalah masalah perkembangan geraknya, seperti keterlambatan perkembangan motorik. Oleh karenanya perkembangan anak perlu mendapat perhatian lebih, utamanya bagi para orang tua sejak usia dalam kandungan hingga usia dewasa. Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan desain penelitian one group pre-test dan post-test yang dilaksanakan di Klinik Fisioterapi Sudiang Makassar. Populasi penelitian ini adalah semua bayi 3  – 24 bulan yang berkunjung  di Klinik Fisioterapi Sudiang selama periode penelitian dan sampel penelitian dengan cara accidental sampling selama penelirtian sebanyak 20 orang. Hasil penelitian diperoleh keemampuan mengontrol lengan dengan nilai  p= 0.000, kemampuan mengontrol badan dengan nilai p= 0.001, kemampuan mengontrol tungkai diperoleh nilai p= 0.004  dan kemampuan koordinasi jari tangan diperoleh nilai p= 0.004 Kesimpulan penelitian ini bahwa pemijatan bayi usia 3 – 24 bulan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan mengontrol lengan, badan, tungkai bawah dan koordinasi jari tangan Kata Kunci  :  Pijat Bayi, Perkmbangan  motorik
Microwave Diathermy dan Hold Relax Lebih Baik dibanding dengan Microwave Diathermy dan Traksi Translasi Pada Penderita Osteoarthriti Suharto Suharto; Arpanjam&#039;an Arpanjam&#039;an; Muh. Awal
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 16, No 2 (2021): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v16i2.2116

Abstract

ABSRTAKOsteoarthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif pada gangguan muskuloskeletal yang  jumlah  kejadiannya cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup penduduk dan penyakit ini sering menyerang sendi lutut. Orang yang mengalami osteoarthritis biasanya sulit untuk menggerakkan persendiannya sehingga pergerakkannya menjadi lebih terbatas karena turunnya fungsi tulang rawan untuk menopang badan.            Penelitian ini adalah  quasi experiment dengan desain pretest-posttest two group, antar kelompok perlakuan  MWD dan latihan hold relax dengan MWD dan traksi-translasi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Visual analogue scale  (VAS) untuk aktualitas nyeri dan goniometer untuk LGS dengan jumlah sampel sebanyak 22 orang yang  diperoleh dengan  teknik simple random sampling. Hasil uji wilcoxon pada aktualitas nyeri lutut diperoleh nilai  p=0.003  dengan selisih rata-rata sebesar 0.82 cm, dan pada  luas jarak gerak sendi lutut didapatkan nilai  p=0.003 dengan selisih rata-rata sebesar 20.460. Demikian pula halnya pada luas jarak gerak sendi lutut dengan pemberian MWD dan traksi-translasi menunjukkan perbedaan yang signifikan  p=0.003 dengan selisih rata-rata sebesar 18.180. Dan hasil uji Mann-Whitney pada aktualitas nyeri lutut pasien osteoarthritis antar kelompok diperoleh nilai p= 0.019  dengan selisih rata-rata 0.70 cm. Sedangkan pada jarak gerak sendi lutut diperoleh nilai p=0.401  dengan selisih rata-rata 3.180. Dengan demikian disarankan untuk memilih metode terapi MWD dan hold relax dalam penurunan nyeri sebagai modalitas utama pada kondisi osteoarthritis sendi lutut  
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL LUMBAL AKIBAT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP) DI WILAYAH TAMALANREA MAKASSAR: Physiotherapy Management of Lumbal Functional Disorders Due To Hernia Nucleus Pulposus (HNP) In The Tamalanrea Area, Makassar Darwis Durahim; Aliya Qisty; Sri Saadiyah; Andi Halimah; Suharto Suharto
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 14 No 2 (2022): Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/fis.v14i2.46

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan Fungsional Lumbal Akibat Hernia Nucleus Pulposus (HNP) di Wilayah Tamalanrea Makassar. Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang mendalam pada 1 jenis kasus terhadap 2 sampel. Modalitas yang digunakan adalah Infraphill, Manual Traksi lumbal, Sustained Natural Apophyseal Glides (SNAG) dan Mc. Kenzie Exercise Hasil yang diperoleh yaitu gangguan aktivitas fungsional lumbal yang diukur menggunakan Oswestry Disability Indeks.(ODI). Problematik fisioterapi yang ditemukan melalui pemeriksaaan fisioterapis adalah terdapat nyeri radikular atau menjalar, nyeri tekan pada otot – otot erector spine, keterbatasan gerak lumbal, dan spasme otot – otot erector spine. Setelah dilakukan terapi berupa Infraphill, Manual Traksi lumbal, Sustained Natural Apophyseal Glides (SNAG) dan Mc. Kenzie Exercise sebanyak 6 kali intervensi didapatkan perubahan nilai VAS pada pasien 1 untuk nyeri diam dari 3,4 menjadi 0, nilai gerak dari 6,8 menjadi 2 dan nyeri tekan dari 7,2 menjadi 2, sedangkan pada pasien 3 untuk nyeri diam dari 5,2 menjadi 0, nilai gerak dari 7,5 menjadi 2 dan nyeri tekan dari 8,0 menjadi 4. Untuk perubahan aktivitas fungsional pada pasien 1 persentase skor awal yaitu 23% yang termasuk cacat sedang menjadi 3% yaitu kategori cacat minimal, sedangkan pasien 2 persentase skor awal 29% yang termasuk cacat sedang menjadi 2% yaitu kategori cacat minimal Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Infraphill, Manual Traksi lumbal, Sustained Natural Apophyseal Glides (SNAG) dan Mc. Kenzie Exercise dapat memberikan efek terhadap penurunan nyeri, penurunan spasme otot dan peningkatan aktivitas fungsional pada penderita Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Kata kunci: Hernia Nucleus Pulposus (HNP), Infraphill, Manual Traksi lumbal, Sustained Natural Apophyseal Glides (SNAG) dan Mc. Kenzie Exercise.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI WILLIAM FLEXION EXERCISE TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA KONDISI DYSMENORRHAE DI KAMPUS JURUSAN FISIOTERAPI: Physiotherapy Management Of William Flexion Exercise For Pain Reduction In Dysmenorrhae Condition Campus Department Of Physiotherapy Zakiyatul Fitri; Suharto Suharto; Andi Halimah; Hasbiah Hasbiah; Sitti Muthiah; Siti Nurul Fajriah
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 15 No 1 (2023): Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/fis.v15i1.57

Abstract

Latar Belakang : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penatalaksanaan William Flexion Exercise Terhadap Penurunan Nyeri pada Kondisi Dysmenorrhae di Kampus Jurusan Fisioterapi. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang mendalam pada 1 jenis kasus dengan menggunakan 2 sampel. Dengan menggunakan Intervensi berupa William Flexion Exercise, sedangkan evaluasi yang digunakan untuk melihat kemajuan terapi adalah Visual Analog Scale (VAS). Hasil Penelitian : Hasil penelitian berdasarkan pemeriksaan fisioterapi didapatkan diagnosa yaitu Nyeri Bawah Perut Pada Kondisi Dysmenorrhae, sedangkan problematik adanya nyeri. Setelah dilakukan terapi sebanyak 12 kali intervensi didapatkan perubahan nilai Visual Analog Scale (VAS) pada pasien A untuk nyeri diam dari 3,5 menjadi 2, nyeri gerak dari 7 menjadi 6 dan nyeri tekan dari 2 menjadi 1 sedangkan pada pasien B untuk nyeri diam dari 2 menjadi 1, nyeri gerak dari 6 menjadi 4 dan nyeri tekan dari 2,5 menjadi 1. Kesimpulan : Pemberian William Flexion Exercise dapat menurunkan nyeri pada kasus Nyeri Bawah Perut pada Kondisi Dysmenorrhae. Keywords: Dysmenorrhae, William Flexion Exercise, Visual Analog Scale (VAS)
Integrated Neuromuscular Inhibition Technique Lebih Efektif daripada Muscle Energy Technique pada Penderita Non-Specific Neck Pain Sudaryanto Sudaryanto; Suharto Suharto; Hasbiah Hasbiah; Ummatul Khaerah
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 12 No 2 (2024): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor and Profession of Physiotherapy Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/mifi.2024.v12.i02.p01

Abstract

Pendahuluan: Nyeri leher yang tidak spesifik biasanya disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan mahasiswa, seperti menggunakan tas punggung, komputer, dan handphone dalam jangka waktu yang lama. Gejalanya sering kali muncul dari facet joint, otot upper trapezius, levator scapula, dan splenius capitis, yang menyebabkan terbatasnya gerakan lateral fleksi dan rotasi cervical. Metode: Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan desain randomized control group pre test-post test, yang bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan efektivitas antara Teknik Inhibisi Neuromuskular Terintegrasi (INIT) dan Teknik Energi Otot (MET) terhadap perubahan rentang gerak sendi cervical pada individu yang mengalami nyeri leher non-spesifik. Dua kelompok sampel terbentuk: kelompok perlakuan menerima intervensi INIT dan kelompok kontrol menerima MET. Kedua kelompok juga diberi intervensi Ultrasound. Penelitian ini dilakukan di klinik Fisioterapi Mabbulosibatang dengan melibatkan 30 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi melalui prosedur pemeriksaan non-spesifik neck pain, kemudian mereka diacak menjadi 2 kelompok. Pengumpulan data menggunakan inclinometer untuk mengukur Rentang Gerak (ROM) lateral fleksi dan rotasi cervical pada tahap pre-test awal dan post-test akhir penelitian. Hasil: Analisis paired t-test menunjukkan nilai p=0,000 untuk gerakan lateral fleksi dan rotasi pada kelompok perlakuan dan kontrol, menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari intervensi INIT dan MET terhadap perubahan rentang gerak sendi cervical. Hasil independent t-test menunjukkan nilai p=0,029 untuk lateral fleksi dan p=0,014 untuk rotasi, menunjukkan perbedaan efektivitas yang signifikan antara INIT dan MET. Simpulan: Teknik Inhibisi Neuromuskular Terintegrasi (INIT) secara signifikan lebih efektif daripada Teknik Energi Otot (MET) terhadap perubahan rentang gerak sendi cervical pada individu yang mengalami nyeri leher non-spesifik. Kata kunci : integrated neuromuscular inhibition technique, muscle energy technique, lingkup gerak sendi cervical, non-specific neck pain