Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

EFEKTIVITAS ROOTON-F, AIR KELAPA MUDA DAN EKSTRAK BAWANG MERAH DALAM MERANGSANG PERTUMBUHAN STEK BATANG PASAK BUMI Basir Achmad
Jurnal Hutan Tropis Vol 4, No 3 (2016): Jurnal Hutan Tropis Volume 4 Nomer 3 Edisi November 2016
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v4i3.3615

Abstract

The objective of the study was to test the effectivity of rootone-F, young coconut milk, and onion extract on triggering the growth of the cuttings of pasak bumi stems. The method used to test the variance of data was a completely randomized design. The least significance difference  and the Duncan tests were used to test the effects of treatments. The results showed that the treatment of rootone-F (100 mg/cutting) significantly (99%) affected the budding rates and bud length of the cuttings of pasak bumi stems. Young coconut milk with concentration of 75% significantly (99%) affected the bud length, and significantly (95%) affected the budding rate. Onion extract with concentration of 150 g/1 liter water significantly (99%) affected the budding rate of pasak bumi stem cuttings, and significantly (95%) affected the bud length. The best treatment was the rootone-F treatment with a dosage of 100 mg/cutting in the paste form for triggering the budding of pasak bumi stems.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas rootone-F, air kelapa muda, dan ekstrak bawang merah dalam merangsang pertumbuhan stek batang pasak bumi. Metode yang digunakan untuk menguji data keragaman adalah rancangan acak lengkap. Untuk menguji pengaruh masing-masing perlakuan, digunakan uji beda nyata terkecil dan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan rootone-F dengan dosis 100 mg/stek berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan bertunas dan panjang tunas stek batang pasang bumi. Perlakuan hormon tumbuh air kelapa muda dengan konsentrasi 75% dengan merendam stek selama 18 jam berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tunas, tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas stek batang pasak bumi. Perlakuan hormon tumbuh ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 150 g/1 liter air dengan merendam stek selama 5 jam berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan bertunas, namun hanya berpengaruh nyata terhadap panjang tunas stek batang pasak bumi. Perlakuan terbaik adalah pemberian rootone-F dengan dosis 100 mg/stek yang dibuat dalam bentuk pasta.
EVALUASI TINGKAT KEBERHASILAN REVEGETASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN TANAMAN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA PT. AMANAH ANUGERAH ADI MULIA DI SITE RIAM ADUNGAN KABUPATEN TANAH LAUT Azhar Azhar; Basir Achmad; Erwin Rosadi; Bambang Joko Priatmadi
EnviroScienteae Vol 19, No 1 (2023): ENVIROSCIENTEAE VOLUME 19 NOMOR 1, FEBRUARI 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/es.v19i1.15758

Abstract

Mining results in infertile soil, acidic pH and lack of nutrients. Reclamation activities are one way to restore the benefits of land to be better and more productive in solving this problem. Assessment of reclamation success has been carried out on 8 (eight) IUPs, one of which is PT. Amanah Anugerah Adi Mulia (PT. A3M) in Tanah Laut Regency, South Kalimantan Province. Status PT. A3M has entered the post-mining stage and has rehabilitated mining-affected areas through reclamation and revegetation on the inpit dump land which is divided into three areas, namely the AR-05 area of 3.26 ha of the 2011 Planting Year, the AR-07 area of 3.61 ha of the 2014 Planting Year and the AR-07 area of 3.27 ha of the 2017 Planting Year. Therefore, the purpose of this study is to analyze the status of revegetation success related to the growth and health of revegetated plants in PT. Amanah Anugerah Adi Mulia and identified the factors causing the non-success of revegetation related to the characteristics of post-mining revegetation land. The results of the revegetation analysis regarding the percentage of plant growth and health: the percentage of growth was 96% (2011), 100% (2014) and 100% (2017), with a success value of > 90% (successful category) and a percentage of plant health of 91.14% (2011), 99.2% (2014) and 89% (2017), with a plant health value of > 89% categorized as healthy (normal height, fresh leaves and not yellow).
Pengembangan Madu Kelulut Pada Kelompok Tani Subur Makmur Desa Bincau Muara Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan Basir Achmad; Faisal Faisal
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 4 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i4.7486

Abstract

Tujuan pengabdian masyaraat ini adalah untuk meningkatan pengetashuan masyaraaat kelompok tani Subur Makmur Desa Bincau Muara Kecamatan Martapura dalam pemeliharaan lebah madu kelulut. Metode yang digunakan adalah pelatihan dan pembimbingan. Kegiatan dalam pembimbingan adalah penyampaian materi tentang lebah madu  kelulut yang meliputi penjelasan mengenai jenis-jenis lebah madu kelulut, sifatnya, kondisi lingungannya, dan makananya. Selanjutnya adalah persiapan pemecahan koloni termasuk peralatan yang digunakan juga penempatan koloni baru dan koloni baru. Demonstrasi tentang teknik pembuatan sarang, termasuk baha-bahan dan peralatan yang diperlukan. Dalam demonstrasi tersebut, mitra telah mencoba mempraktikkan kegiatan pembangunan sarang lebah madu kelulut, yaitu pembuatan “setup” lalu pemecahan koloni, dan cara meletakkan koloni baru maupun koloni lama. Kegiatan ini dilakukan secara “learning by doing” atau belajar sambil melakukannya secara langsung. Hasilnya setelah dilakukan evaluasi, secara statistik (uji t berpasangan) menunjukkan bahwa pengetahuan mitra meningkat secara signifikan. Mereka berencana apabila koloni lebah yang diberikan sebagai contoh dan bahan pelajaran sudah bisa dipecah lagi, maka mereka akan memecah sendiri koloni lebah kelulut tersebut.
KESESUAIAN LAHAN REKLAMASI UNTUK REVEGETASI TANAMAN MAHONI (SWIETANIA MACROPHYLLA) DAN TANAMAN SUNGKAI (PARONEMA CANESCENS) PADA PT. BHUMI RANTAU ENERGI DI KABUPATEN TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Yusveni Farizarakhmi; Emmy Sri Mahreda; Basir Achmad; Kissinger Kissinger
EnviroScienteae Vol 19, No 2 (2023): ENVIROSCIENTEAE VOLUME 19 NOMOR 2, MEI 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/es.v19i2.16200

Abstract

The mining sector is one of the main economic sectors in Indonesia, including coal. Given the importance of ecosystem sustainability, reclamation and revegetation activities are very important. The aims of this study were (1) to analyze the characteristics of soil fertility at the reclamation and revegetation sites of PT. Bhumi Rantau Energi and (2) analyze land suitability of PT. Bhumi Rantau Energi which has been planted with mahogany (Swietenia macrophylla) and sungkai (Peronema canescens) plants.. The approach used in this study is a quantitative method and descriptive analysis, with a research implementation time of 3 (three) months. The research was conducted at Rinjani and Merapi which is a reclamation and revegetation area of PT. Bhumi Overseas Energy. The objects in this study were soil samples in Rinjani D3 planting year 2017 with an area of 2.39 ha and measurements of Mahogany, Sungkai and Sengon vegetation on Rinjani D3 planting year 2017 with an area of 2.39 ha, Rinjani E2 planting year 2018 with an area of 6, 40 ha and Merapi F9 planting year 2019 with an area of 18.62 ha. The results showed that the fertility of the soil was in the low fertility class. However, the success of growing the main types of sengon and inlay types of mahogany and sungkai in post-coal mining revegetation land was in the high category. Sungkai inserts have better diameter and plant height than mahogany inserts. For land suitability results, the mahogany insert is thought to be relatively slightly better than the sungkai plant. Parameter differences that occur in the annual average rainfall. The results of the land suitability analysis obtained direct engineering improvements to be carried out by improving the parameters of soil pH, soil fertility and soil depth.
PENGARUH BERBAGAI MACAN PERENDAMAN DAN KEDALAMAN PENANAMAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI MAHONI (Swietenia macrophylla) Wahyu Saputra; Basir Achmad; Adistina Fitriani
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 3 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 3 Edisi Juni 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i3.9224

Abstract

The purpose of this study was to examine the survival percentage, height growth, and diameter growth of mahogany (Swietenia macrophylla) seedlings. The research method used was a factorial completely randomized design with 2 factors. The first factor consisted of five levels of immersion (control, young coconut water for 12 hours, onion solution for 6 hours, bean sprouts solution for 12 hours, and hot water 60°C for 12 hours). The second factor is the depth of planting with two levels of depth (1 cm and 2 cm). The research data were first analyzed for normality using the Kolmogorov-Smirnov test, followed by analysis of variance, Least Significance Different test, and Duncan’s multiple test. The results showed that there was a relationship between planting depth and immersion had a significant effect on the percentage of germination. Seeds planted two centimeters deep and soaked in various materials had the highest germination rates. The relationship between the immersion treatment and planting depth also had a significant effect on the growth of seedling height. The interaction of soaking treatment using bean sprouts solution for 12 hours at a depth of 2 cm resulted in the highest height growth (27.70 cm), while the treatment interaction that resulted in the lowest height growth (11.20 cm) was soaking with onion solution for 6 hours at 1 cm deep. Diameter growth is also significantly affected by this interaction. Soaking with bean sprouts solution for 12 hours at a planting depth of 2 cm resulted in the largest diameter growth (0.295 cm), while soaking with onion solution for 6 hours at a planting depth of 1 cm resulted in the smallest diameter growth (0.135 cm). The results of the study recommend that in order to obtain fast-growing seedlings, it is recommended to use bean sprouts soaking for 12 hours with a planting depth of 2 cm.Tujuan penelitian ini untuk menguji persentase hidup, pertumbuhan tinggi, serta pertumbuhan diameter dari bibit mahoni (Swietenia macrophylla). Metode penelitian yang digunakan ialah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama terdiri dari lima tingkat perendaman (kontrol, air kelapa muda selama 12 jam, larutan bawang merah selama 6 jam, larutan tauge selama 12 jam, dan air panas 60° C selama 12 jam). Faktor kedua yaitu kedalaman tanam dengan dua tingkat kedalaman (1 cm dan 2 cm). Data penelitian terlebih dahulu dianalisis normalitasnya menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan analisis sidik ragam, uji beda nyata terkecil, serta uji berganda duncan. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara kedalaman tanam dengan perendaman berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan. Benih yang ditanam sedalam dua sentimeter dan direndam dalam berbagai bahan memiliki tingkat perkecambahan tertinggi. Hubungan antara perlakuan perendaman dan kedalaman tanam jugaberpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai. Interaksi perlakuan perendaman menggunakan larutan tauge selama 12 jam pada kedalaman 2 cm menghasilkan pertumbuhan tinggi paling tinggi (27,70 cm), sedangkan interaksi perlakuan yang menghasilkan pertumbuhan tinggi paling rendah (11,20 cm) adalah perendaman dengan larutan bawang merah selama 6 jam pada kedalaman 1 cm. Pertumbuhan diameter juga berpengaruh nyata oleh interaksi tersebut. Perendaman dengan larutan tauge selama 12 jam pada kedalaman tanam 2 cm menghasilkan pertumbuhan diameter terbesar (0,295 cm), sedangkan perendaman dengan larutan bawang merah selama 6 jam pada kedalaman tanam 1 cm menghasilkan pertumbuhan diameter terkecil (0,135 cm). Hasil penelitian merekomendasikan agar memperoleh pertumbuhan bibit yang cepat tumbuh disarankan menggunakan perendaman larutan tauge selama 12 jam dengan kedalaman tanam 2 cm.
ANALISIS KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN VEGETASI TUMBUHAN BAWAH PADA TEGAKAN MAHONI (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) DI KHDTK ULM KALIMANTAN SELATAN Dwi Hargianto Nugroho; Basir Achmad; Setia Budi Peran
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 4 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 4 Edisi Agustus 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i4.9988

Abstract

Covercrops communities in plantation forests are always synonymous with weeds which have long been seen as nuisance and harmful plants, especially in planted areas that are maintained. Covercrops plays an important role as a source of organic matter, reducing the kinetic energy of rain and the forces of runoff over the soil, to prevent erosion by water. The mahogany tree (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) is one of the choices of species used in government programs in the green revolution movement. It is possible that in the future there will be lots of mahogany plants around us. This study aims to analyze the types of covercrops that exist in Mahogany (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) including Relative Density, Relative Frequency, Important Value Index, analyze the dominance index of understorey species in the stand Mahogany (Swietenia mahagoni (L.) Jacq), and analyzed the diversity and evenness of covercrops species on Mahogany (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) at KHDTK ULM which was the research location. The results of this study there are 16 species with a total of 384 types of undergrowth. The types obtained during data collection include alaban kapas, alang-alang, dambah, jawaling, juragi, karamunting, kopasanda, litu, madang pirawas, magatseh, mahang, pancing-pancing, papisangan, sarapangan, tampukas, tengkook ayam. The data from the calculation of understorey obtained the highest important value index of 49.48 from fishing rods, a dominance index of 0.13 which was included in the category of no dominant species, a diversity index of 2.26 which was included in the medium diversity category, and an evenness index of 0.38 which is included in the category of medium equity.Vegetasi yang menempati bagian bawah pada hutan tanaman terkadang identik dengan gulma yang sejak lama dipandang sebagai tanaman pengganggu dan merugikan terutama di areal tanaman yang dipelihara. Tumbuhan bawah berperan penting sebagai penyedia bahan organik, mengurangi kekuatan hempasan butiran air hujan dan kekuatan aliran pada permukaan tanah, untuk mencegah terjadinya erosi oleh aliran air. Pohon mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) menjadi salah satu pilihan jenis yang digunakan pada program pemerintah dalam gerakan revolusi hijau. Hal ini pada masa depan tidak menutup kemungkinan akan ada banyak sekali tanaman dari jenis mahoni disekitar kita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis tumbuhan bawah yang ada pada Tegakan Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) meliputi Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, Indeks Nilai Penting, menganalisis indeks dominansi jenis tumbuhan bawah pada tegakan Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq), dan menganalisis keanekaragaman serta kemerataan jenis tumbuhan bawah pada Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) di KHDTK ULM yang menjadi lokasi penelitian. Hasil dari penelitian ini terdapat 16 jenis dengan total keseluruhan jumlah setiap jenis sebanyak 384 tumbuhan bawah. Jenis-jenis yang didapat selama pengambilan data diantaranya alaban kapas, alang-alang, dambah, jawaling, juragi, karamunting, kopasanda, litu, madang pirawas, magatseh, mahang, pancing-pancing, papisangan, sarapangan, tampukas, tengkook ayam. Data hasil perhitungan tumbuhan bawah diperoleh indeks nilai penting paling tinggi sebesar 49,48 dari jenis pancing-pancing, indeks dominansi sebesar 0,13 yang masuk dalam kategori tidak ada jenis yang mendominasi, indeks keanekaragaman sebesar 2,26 yang masuk dalam kategori keanekaragaman sedang, dan indeks kemerataan sebesar  0,38 yang masuk dalam kategori kemerataan sedang
PENGARUH LAMANYA BENIH SETELAH JATUH DARI POHON DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERKECAMBAHAN MERSAWA (Anisoptera marginata Korth.) Sirul Hayati; Basir Achmad; Adistina Fitriani
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 4 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 4 Edisi Agustus 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i4.10011

Abstract

Testing the effect of "length of time after falling from the tree" (seed age) and soaking time on mersawa germination aims to analyze the germination rate and percentage of germinating mersawa seeds. The factors studied were LBSJP which consisted of 2 months and 1 month, and soaking of red onion extract which consisted of soaking time of 12 hours (without red onion extract/control), 6 hours, 9 hours, 12 hours, and 15 hours with  red onion extract. Based on the Mann-Whitney U test, the two factors and their interactions did not have a significant effect on the variables analyzed (germination rate and germination percentage). However, the seeds with 1 month age germinated faster, namely 13 days compared to the 2 months aged seed, namely 16 days and also had a higher survival rate in seeds with 1 month age, namely 93.33% compared to 2 months, namely 60%. Furthermore, the soaking factor also did not significantly affect the germination rate and germination percentage; however, the seeds that germinated the fastest were the seeds that were seed age 1 month with soaking for 12 hours compared to the seeds that were aged 2 months with soaking for 15 hours using red onion extract.Pengujian pengaruh “lamanya benih setelah jatuh dari pohon” (LBSJP) dan lama perendaman terhadap perkecambahan mersawa bertujuan untuk menganalisis laju perkecambahan dan presentase berkecambah benih mersawa. Faktor yang diteliti adalah  LBSJP yang terdiri dari 2 bulan dan 1 bulan, dan perendaman ekstrak bawang merah yang terdiri dari lama perendaman 12 jam (tanpa ekstrak bawang merah/konrol), 6 jam, 9 jam, 12 jam, dan 15 jam dengan ekstrak bawang merah. Berdasarkan Uji Mann-Whitney U, kedua faktor tersebut dan interaksinya tidak mememberikan pengaruh nyata terhadap variabel yang dianalisis (kecepatan berkecambah dan persentase berkecambah). Namun demikian benih yang LBSJP 1 bulan lebih cepat berkecambah yaitu 13 hari dibanding LBSJP 2 bulan yaitu 16 hari dan juga pada persentase hidup lebih tinggi pada  benih yang  LBSJP 1 bulan yaitu 93,33% dibandingkan 2 bulan yaitu 60%. Selanjutnya faktor perendaman juga tidak berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan dan persentase berkecambah, namun demikian benih yang paling cepat berkecambah yaitu benih yang LBSJP 1 bulan dengan perendaman selama 12 jam dibandingkan benih yang LBSJP 2 bulan dengan perendaman selama 15 jam menggunakan ekstrak bawang merah.
ANALISIS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN KEBUN HUTAN DI DESA HARATAI Azizatun Tazkia; Hafizianor Hafizianor; Basir Achmad
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 1 (2024): Jurnal Sylva Scienteae Vol 7 No 1 Edisi Februari 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i1.11989

Abstract

This study aims to analyze the system of management and utilization of forest gardens in Haratai Village. The research method used is descriptive analysis which can be obtained from observations and interview directly in the field. The results tof stis study show that in Haratai Village the management system of forest garden by the community uses intercropping or agroforestry, the use of forest gardens play an important role from an economy and ecologyPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem pengelolaan,dan pemanfaatan kebun hutan di Desa Haratai. Metode penelitian yang dilakukan yaitu analisis dekstiptif dapat diperoleh dari hasil osservasi serta wawancara secara langsung ke lapangan. Hasil dari penelitian ini bahwa di Desa Haratai system pengelolaan kebun hutan oleh masyarakat menggunakan pengamatan dan wawancara secara langsung di lapangan. Hasil dari penelitian ini sistem pengelolaan kebun hutan oleh masyarakat di Desa Haratai menggunakan tumpang sari atau agroforestri, pemanfaatan kebun hutan memegang peranan penting dari segi ekonomi dan ekologi
RESPON PERTUMBUHAN STEK TRUBUSAN SUNGKAI (Peronema canescens) TERHADAP MEDIA TANAH GAMBUT DENGAN DAN TANPA ABU CANGKANG KELAPA AWIT DAN KAPUR DOLOMIT Naila Mikhael Wenda; Basir Achmad; Setia Budi Peran
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 2 (2024): Jurnal Sylva Scientea Vol 7 No 2 Edisi April 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i2.8996

Abstract

Kalimantan merupakan pulau yang kaya akan potensi alam terutama dalam bidang kehutanan. Salah satu vegetasi yang banyak dimanfaatkan di Kalimantan yaitu sungkai (Peronema canescens). Dengan demikian spesies ini harus ditingkatkan populasinya untuk memenjaga kelestariannya. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis persentase hidup dan kecepatan bertunas trumbusan stek sungkai (Peronema canescens). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu tanah gambut, tanah gambut dicampur kapur dolomit dan tanah gambut dicampur abu cangkang kelapa sawit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase hidup stek sungkai (Peronema cansescens) pada perlakuan A (kontrol) sebesar 96%, perlakuan B (kapur dolomit + tanah gambut) 72% perlakuan C (abu cangkang kelapa sawit + tanah gambut) 32%. Rata-rata presentase hidup stek sungkai 68%. Pertumbuhan tunas stek sungkai tercepat tumbuh terdapat pada percobaan pertama yaitu tanah gambut (kontrol) dengan rata-rata pertumbuhan 4,4 hari sedangkan tumbuh tunas terlambat terdapat pada percobaan ketiga yaitu tanah gambut + abu cangkang kelapa sawit dengan rata-rata 7,36 hari.
KESEHATAN TANAMAN KAPUR (Dryobalanops aromatica) DI AREA TAMAN HUTAN HUJAN TROPIS INDONESIA (TH2TI) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Riza Marsetyawan; Basir Achmad; Susilawati Susilawati
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 3 (2024): Jurnal Sylva Scienteae Vol 7 No 3 Edisi Juni 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i3.12776

Abstract

Urban forest is one of the green open spaces consisting of vegetation communities in the form of trees and their associations. Taman Hutan Hujan tropis Indonesia (TH2TI) is part of the government's plan to protect the diminishing rainforests. Identification of the health of kapur plants (Dryobalanops aromatica) in the TH2TI area aims to analyze the health of kapur plants in the TH2TI. This kapur plant health data collection was carried out with an overall survey at the sapling level. Based on an analysis of the health of kapur plants totaling 225 stems, which followed the criteria of location, type, and severity of damage, the health index of kapur plants in the I TH2TI area was 0.25 and included in the healthy categoryHutan kota merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang terdiri dari komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya. Taman Hutan Hujan Tropis Indonesia (TH2TI) merupakan bagian dari rancangan pemerintah untuk melindungi hutan hujan yang semakin berkurang. Identifikasi kesehatan tanaman kapur (Dryobalanops aromatica) di area TH2TI bertujuan untuk menganalisis kesehatan tanaman kapur yang ada di area Taman Hutan Hujan Tropis Indonesia. Pengambilan data kesehatan tanaman kapur ini dilakukan dengan survei keseluruhan pada tingkat pancang. Berdasarkan analisis kesehatan tanaman kapur yang berjumlah 225 batang, yang mengikuti kriteria lokasi, tipe, dan keparahan kerusakan, indeks kesehatan tanaman kapur di area Taman Hujan tropis Indonesia sebesat 0,25 dan termasuk kategori sehat.