Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Factors Related To Nutritional Status In Ages 12-23 Months In Work Area Puskesmas Citeureup Resvy Hanida Permatasari; Gurdani Yogisutanti; Enok Sobariah
Kesmas Indonesia Vol 12 No 1 (2020): Jurnal Kesmas Indonesia
Publisher : Jurusan Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.019 KB) | DOI: 10.20884/1.ki.2020.12.1.1705

Abstract

Status gizi dapat dipengaruhi oleh dua yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak dan penyebab tidak langsung terdiri dari pengetahuan ibu dan pelayanan kesehatan (kunjungan posyandu). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan energi, protein, pengetahuan gizi ibu, dan frekuensi kunjungan posyandu dengan status gizi. Jenis penelitian yaitu penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional. Cara pengambilan sampel menggunakan sampel purposive sampling beserta ibunya. Instrumen data diperoleh menggunakan kuesioner untuk pengetahuan gizi ibu, asupan energi dan protein dari recall 3x24 jam, frekuensi kunjungan posyandu diperoleh dari data register dan buku KIA/KMS dan status gizi diperoleh melalui penimbangan kemudian dibandingkan dengan skor Z-score BB/U WHO 2005. Hasil penelitian berdasarkan uji chi square antara asupan energi deengan status gizi (p=0.018), asupan protein dengan status gizi (p=0.091), pengetahuan gizi ibu dengan status gizi (p=0.109), dan frekuensi kunjungan posyandu dengan status gizi (p=0.469). Kesimpulan penelitian, terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi, serta tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein, pengetahuan gizi ibu dan frekuensi kunjungan posyandu dengan status gizi. Saran peneliti untuk peneliti selanjutnya adalah meneliti faktor – faktor yang memepengaruhi status gizi balita seperti penyakit infeksi, pola asuh dan keadaan ekonomi keluarga.
Effect of Oxygenated Water and Probiotic Administration on Fecal Microbiota of Rats INGRID SURYANTI SURONO; ALI KHOMSAN; ENOK SOBARIAH; DARTI NURANI
Microbiology Indonesia Vol. 4 No. 1 (2010): April 2010
Publisher : Indonesian Society for microbiology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3222.797 KB) | DOI: 10.5454/mi.4.1.4

Abstract

Oxygenated water is water with increased concentration of physically dissolved oxygen, and can perform all the same functions as the oxygen absorbed through the lungs. Several structures of human organs participate in the absorption and transportation of the oxygen, including the villi and cells containing mitochondrion in the small intestine as well as the lymph system. The aim of this in vivo study were three folds, to validate the support of oxygenated water on viability of probiotic bacteria in the GUT, to suppress the fecal coliform, and to study the effect of oxygen concentration on the profile of fecal microbiota. There were one control group and three probiotic groups of 5 rats each based on strain of probiotic supplementation, control without probiotic (a0), Lactobacillus casei commercial strain (a1), Lactobacillus sp. IS-7257 (a2) and Lactobacillus sp. IS-27560 (a3). Each group was treated with three variable treatments, without oxygenated water supplementation (b0), supplemented with oxygenated water at 50 ppm (b1), and at 80 ppm (b2). Fecal samples were collected before (c0), after 3 days (c1), 7 days (c2) supplementation, followed by 3 days after returning back to normal diet (c3), analysed by culture dependent analyses for viable fecal lactic, coliform and fecal anaerobic bacteria. Supplementation of oxygenated water at 50 ppm, significantly increase fecal lactic acid bacteria of all probiotic groups after 3 and 7 days (P<0.05); 80 ppm oxygenated water tends to lower the fecal coliform (P<0.1), while oxygenated water administration gives no effect on fecal anaerobic bacteria. As a conclusion, 50 ppm oxygenated water administration significantly increased viable fecal lactic acid bacteria in probiotic groups. On the other hand, 80 ppm oxygenated water administration tends to lower the fecal coliform bacteria. No effect of administration probiotic and/or oxygenated water on viability of fecal anaerobic bacteria.
Penyuluhan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Tema “Perawatan Area Kewanitaan” Di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas II A Bandung Dedeh Sri Rahayu; Enok Sobariah; Tasya F.N; Tiara Rahmawati; Wefi Yerma; Yosvi Sayyidah; Mutiara D.Z; Deri Supyandi; Shinta P.S; Putri A; Sinta N; Wahyuni; M.Rifky Rauf T; Dian Ayu; Khoerunnisa
Jurnal Pengabdian Masyarakat Mandira Cendikia Vol. 4 No. 7 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jpkmmc.v4i7.1729

Abstract

Kesehatan reproduksi adalah aspek krusial dalam kehidupan individu, termasuk bagi warga binaan perempuan di lembaga pemasyarakatan. Kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi area kewanitaan dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga binaan perempuan tentang pentingnya menjaga kesehatanreproduksi, terutama area kewanitaan. Kegiatan ini bertujuan memberikan edukasi mengenai perawatan area kewanitaan, dilaksanakan dengan metode ceramah interaktif, diskusi kelompok, dan pembagian materi edukasi berupa modul. Sasaran kegiatan adalah 50 orang warga binaan perempuan di Lapas, dengan harapan mereka dapat memahami lebih baik tentang perawatan area kewanitaan. Penyuluhan ini memberikan kesempatan tanya jawab kepada warga binaan untuk mengajukan pertanyaan seputar masalah kesehatan yang dihadapi. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan baru dan meningkatkan rasa percaya diri warga binaan perempuan dalam menjaga kesehatan diri. Kegiatan ini juga berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 tentang "Good Health and Well- Being" serta SDGs nomor 4 yang menekankan pentingnya pendidikan berkualitas. Program ini tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik tetapi juga memberdayakan warga binaan untuk membuat pilihan hidup yang lebih sehat setelah kembali ke masyarakat. Kegiatan ini mencerminkan komitmen untuk mendukung hak-hak kesehatan dan kesejahteraan warga binaan perempuan serta menciptakan lingkungan pemasyarakatan yang lebih inklusif dan aman