Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

SYMBOLIC MEANING OF THE MAKASSAR TRIBE HOMES IN GOWA REGENCY, SOUTH SULAWESI (SEMIOTICS APPROACH) Herlisa Herlisa; Lukman Lukman; Gusnawaty Gusnawaty
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 8, No 7 (2021): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v8i7.2021.2327-2334

Abstract

This study aims to describe the symbolic meaning of the traditional house of the Makassar tribe. This descriptive analysis research used an inductive approach that describes facts, circumstances, variables and phenomena that occured during research. The data was collected and analyzed using the semiotics study. The results of the study show that in general the direction of the Makassar Tribal residential buildings were facing all directions or it could also be facing one direction only. This relates to the cosmological view of the Makassar Tribe, namely 'Appa', which considers the world to be quadrangular, meaning that all contents are equal. The striking difference in Makassar tribal residences can be distinguished based on their social stratification divided into three groups namely: Karaeng group (nobility), Tu Maradeka group (independent people), and Ata group (slave servants). The most striking differences in physical form between aristocrats and ordinary people in the Makassar Tribal house can be seen from the timba 'sila/sambulayang, tuka', and anjong. The construction of Makassar houses adheres to the customs they believe in because they have profound meanings to their lives. 
Tindak Tutur Ekspresif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Wawancara Politik Andi Meirling AJ; Lukman Lukman; Ikhwan M. Said
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 7 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v7i2.1308

Abstract

Penelitian bertujuan menjelaskan, strategi kesantunan tindak tutur ekspresif Ahok dalam wawancara politik. Jenis penelitian, kualitatif. Pengambilan sampel dengan cara purposif. Penelitian ini berupa data lisan dengan metode simak, teknik transkripsi dan catat dengan teori Brown-Levinson dan Watss. Hasil penelitian menunjukkan, strategi kesantunan ekspresif Ahok terdiri atas strategi langsung, strategi kesantunan positif, dan strategi kesantunan negatif. Ketiga strategi tersebut yang paling banyak digunakan ialah strategi langsung sehingga kesantunannya rendah.
Sikap Bahasa Masyarakat Gantarang Terhadap Bahasa Konjo: Studi Kasus di Desa Benteng Gantarang Indarwati Indarwati; Nurhayati Nurhayati; Lukman Lukman; Harlina Sahib
Jurnal Sinestesia Vol. 12 No. 1 (2022)
Publisher : Pusat Studi Bahasa dan Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53696/27219283.142

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan sikap bahasa masyarakat penutur bahasa Konjo di kecamatan Gantarang terhadap bahasa Konjo, khususnya yang ada di desa Benteng Gantarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yakni metode survei, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,3% responden Tidak Setuju (TS), 16,7 % memilih bersikap Netral (N), 10% responden Sangat Tidak Setuju (STS); jika bahasa Konjo harus diajarkan/diperoleh anak-anak di rumah; hanya 16,7% yang Setuju (S). Adapun pernyataan ke-2, yakni bahasa Konjo harus dijadikan bahasa utama dalam komuniasi sehari-hari di rumah ditanggapi tidak setuju sebanyak 56,7% responden, responden yang Setuju (S) sebesar 20% dan 13,3% memilih bersikap Netral (N). Pernyatan ke-3, yakni bahasa Konjo harus digunakan di sekolah dasar (khususnya kelas 1 sampai kelas 3), ditanggapi tidak setuju sebanyak 70% dan hanya 13,3% yang Setuju (S), dan sisanya Sangat Tidak Setuju (STS). Kemudian, pernyataan ke-4, yakni bahasa Konjo perlu diajarkan di sekolah, sebanyak 56,7% responden menyatakan Tidak Setuju (TS) dan 26,7% menyatakan Setuju (S), dan 10% responden memilih bersikap Netral (N). Pada pernyataan ke-5, yakni ketika bertemu dengan sesama orang Konjo harus menggunakan bahasa Konjo ditanggapi setuju sebanyak 66,7% responden menyatakan Setuju (S), 26,7% menyatakan Sangat Setuju (SS), dan sisanya menyatakan sikap Netral (N) dan Tidak Setuju (TS). Pada pernyataan ke-6, yakni Anak-anak perlu dibimbing menggunakan bahasa Konjo yang sopan/santun ditanggapi 46,7% responden menyatakan Setuju (S), 33,3% menyatakan Sangat Setuju (SS), dan 13,3% memilih bersikap Netral (N). Pernyataan ke-7, Sebanyak 53,3% responden menyatakan Setuju (S) dan 36,7% menyatakan Sangat Setuju (SS), dan sisanya Tidak Setuju (TS) dan Netral (N) dengan pernyataan “Bahasa Konjo melestarikan budaya daerah”. Adapun pernyataan ke-8, yakni Bahasa Konjo adalah kebanggaan orang Konjo ditanggapi setuju sebanyak sebanyak 56,7% responden menyatakan Setuju (S), 23,3% Sangat Setuju (SS), dan 13,3% responden memilih bersikap Netral (N), serta sisanya Tidak Setuju (TS). Sebanyak 53,35% responden memilih sangat setuju dan 40% setuju, dan sisanya menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa bahasa Konjo melestarikan budaya daerah.
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM LONDE TOMANGNGURA (PANTUN) PENDEKATAN HERMENEUTIKA Daud Rodi Palimbong; Tajuddin Maknun; Lukman Lukman; A.B. Takko
Cakrawala Indonesia Vol 6 No 2 (2021): Nopember-April
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55678/jci.v6i2.507

Abstract

Tidak bisa dielakkan bahwa sastra tradisional kita sangat sarat dengan nilai-nilai luhur yang mengandung kearifan lokal masyarakat pemiliknya yang bermanfaat bagi kehidupan saat ini. Demikian juga dengan sastra Toraja yang sarat dengan kandungan nilai-nilai yang mengimplementasikan suatu kearifan lokal masyarakat penuturnya. Salah satu sastra Toraja yang mengadung kearifan lokal adalah Londe Tomangngura atau pantun anak muda. Nilai kearifan lokal dalam pantun anak muda adalah bagaimana menata hidup dalam kehidupan bermasyarakat yang sejalan dengan kehidupan saat ini untuk mengembangkan nilai-nilai agar mampu menatap sikap dan perilaku serta menghargai pranata yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Adapun rumusan masalah dalam kajian ini adalah bagaimanakah nilai-nilai kearifan lokal pantun anak muda (Londe Tomangngura) Toraja melalui kajian hermeneutik. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengungkap nilai-nilai kearifan lokal dalam pantun anak muda (Londe Tomangngura). Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dimana data dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pendekatan hermeneutik. Hasil penelitian ini adalah mengungkapkan nilai-nilai kearifan lokal dalam londe tomangngura dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat khususnya bagi generasi muda seperti nilai kasih sayang, menghargai, Pendidikan, cinta kasih dan kejujuran.
EVALUASI KONTEKS KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Lukman Lukman; Akmal Ibrahim; Nur Indrayati Nur Indar; Muh Tang Abdullah
PRAJA: Jurnal Ilmiah Pemerintahan Vol 10 No 3 (2022): Edisi Oktober
Publisher : FISIP Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55678/prj.v10i3.756

Abstract

As a form of overcoming the problem of wastes, Sidenreng Rappang Regency had a Regional Regulation No.7 LD.2016/TLD.2016/NO.49 about Waste Management, which states that in order to improve the public health, realize a clean and healthy environmental, it's necessary to carry out management in an integrated and comprehensive manner from upstream to downstream. than in the context of comprehensive and integrated waste management, it's necessary to need the participation of the community with a proportional, effective and efficient manner. The purpose of this research is to determine the policy context of terms the policy evaluation of the waste management program in Sidenreng Rappang Regency. The method of research was carried out with data collection techniques, observations, and interviews with several informants. The type is descriptive qualitative using Miles and Huberman analysis techniques, that is namely data reduction, data display, and conclusion drawing. The results showed that the policy of program was not effective or was achieved due to lack of attention and control from the institution concerned, lack of socialization to the community, less TPS and TPA causing more indiscriminate disposal of waste, the schedule of operational disposal often experienced delays and had not been good implemented by the community , the existence of a waste bank that is increasingly lacking, and public awareness of waste management is tiny.
Representasi Tanda dalam Ungkapan Pemmali Pada Masyarakat Bugis di Kabupaten Barru Andi Fadlan Sukmal; Lukman Lukman; Ery Iswary; Firman Saleh
Jurnal Noken: Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 8 No. 1 (2022): Desember 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33506/jn.v8i1.1890

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan representasi tanda dalam ungkapan pemmali bagi masyarakat Bugis di Kabupaten Barru. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Temuannya yaitu dalam masyarakat ditemukan beberapa pemmali berupa larangan yang sebenarnya dimaksudkan untuk mendidik, namun dalam penyampaiannya justru diungkapkan dengan menyampaikan konsekuensi yang berbeda. Pemmali merupakan bagian dari tabu yang masih banyak dipercaya oleh sebagian orang. Bagi orang yang percaya pemali, hal buruk yang terjadi sering kali dikaitkan dengan perilaku atau ucapan orang yang mengalaminya. Dalam pemmali terdapat tanda-tanda yang merepresentasikan kesepakatan sosial masyarakat Desa Pancana, yaitu: 1) kepala sebagai simbol kehormatan seseorang, sementara kaki bagian tubuh yang menyentuh tanah sehingga harus dijaga agar tetap sopan, 2) pintu dipercaya sebagai tempat masuknya hal baik seperti rejeki dan hal buruk seperti setan, 3) orang yang sedang hamil dianggap sebagai representasi dari dirinya dan anaknya, sehingga diharuskan menjaga tingkah laku dan bersikap, termasuk yang dikenakan dan dimakan selama kehamilan, 4) menyerupai orang meninggal dilarang karena dianggap sebagai doa, 5) makanan dan minuman adalah rejeki yang harus dihargai dengan cara diperlakukan dengan baik, termasuk alas yang digunakan, 6) dipercaya manusia hidup berdampingan dengan makhluk halus sehingga harus selalu menjaga diri agar tidak mendapat gangguan dari mereka