Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI RISIKO MENGGUNAKAN FUZZY FMEA PADA RANTAI PASOK AGROINDUSTRI UDANG Nasution, Syarifuddin; Arkeman, Yandra; Soewardi, Kadarwan; Djatna, Taufik
Jurnal Riset Industri Vol 8, No 2 (2014): Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan untuk Industri Hijau
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1631.193 KB)

Abstract

Agroindustri udang dihadapkan pada berbagai masalah yang kompleks dan rentan terhadap gangguan.Untuk dapat mengenali risiko masing-masing pelaku rantai pasok dan memilih tindakan berdasarkan prioritas diperlukan suatu model identifikasi dan evaluasi risiko.Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan modelidentifikasidan evaluasirisikorantai pasok udang. Identifikasi risiko akan dilakukan dengan pendekatan what-if analysis dan evaluasi risiko yang dikembangkan menggunakan model fuzzy FMEA, dengan input data dari beberapa ahli dan pelaku rantai pasok udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku petani mempunyai risiko yang paling tinggi dengan probabilitas sebesar 0,45. jika dibandingkan risiko pada tingkat pedagang pengumpul (0,29) dan risiko agroindustri (0,18). Risiko dominan pada tingkat petani disebabkan oleh kegagalan panen akibat serangan hama dan penyakit. Pada tingkat pengumpul risiko dominan adalah keberadaan dan loyalitas pemasok.Sedangkan pada tingkat prosesor risiko dominan adalah keragaman mutu pasokan dan kontaminasi antibiotik pada komoditi udang. Secara keseluruhan model ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktorrisiko dan variabel pada tiap tingkatan rantai pasok serta memilih tindakan prioritas sehingga akan diperolehrekomendasi berupa tindakan yang tepat untukmengantisipasinya. Kata kunci: identifikasi dan evaluasi risiko, rantai pasok udang, fuzzy FMEA
ARAHAN SPASIAL PENGEMBANGAN MINA PADI BERBASIS KESESUAIAN LAHAN DAN ANALISIS A’WOT DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Cahyaningrum, Wuri; Widiatmaka, Widiatmaka; Soewardi, Kadarwan
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 16, No 1 (2014)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.604 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2014.16-1.53

Abstract

ABSTRAKMina padi merupakan metode pemeliharaan ikan dan padi dalam satu hamparan sawah. Penerapan sistem mina padi dapat meningkatkan produktivitas lahan sawah karena selain padi, petani juga akan mendapatkan ikan. Budidaya ikan sistem mina padi di Kabupaten Cianjur umumnya dilakukan pada periode penyelang antar-pertanaman padi dan tumpang sari bersama padi. Dengan demikian, dalam sekali siklus budidaya sistem mina padi dapat dilakukan 2 kali pemanenan ikan dan 1 kali pemanenan padi. Informasi mengenai wilayah yang berpotensi untuk lokasi budidaya merupakan faktor penting dalam pengembangan perikanan. Informasi dan data potensi lahan akan memberikan panduan dalam memilih lokasi yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan untuk mina padi serta merumuskan arahan pengembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Cianjur. Kesesuaian lahan untuk mina padi pada penelitian ini dibangun berdasarkan kesesuaian lahan untuk padi sawah dan ketersediaan daerah irigasi. Data dan informasi wilayah yang potensial dihasilkan melalui analisis kesesuaian lahan dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Rumusan arahan pengembangan dilakukan dengan analisis (A’WOT), yaitu kombinasi analisis AHP (Analytical Hierarchy Process) dan analisis SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threat). Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan yang sesuai untuk mina padi sebesar 13.004 hektar atau 3,59% dari total luas wilayah Kabupaten Cianjur. Diantara lahan yang sesuai tersebut, lahan yang sesuai dan tersedia sebesar 9.553 ha (2,64%) dan lahan yang sesuai tetapi tidak tersedia sebesar 3.451 ha (0,95%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi perencanaan lebih lanjut untuk pengembangan perikanan di Kabupaten Cianjur.Kata kunci: mina padi, SIG, kesesuaian lahan, ketersediaan lahanABSTRACTMina padi is a method of fish and paddy farming in one site of paddy field. The use of mina padi system might increase land productivity of paddy field because farmers can harvest paddy as well as fish. Fish farming through mina padi system in Cianjur Regency is generally done in two periods, which is during the period of transition and intercropping with paddy. Thus, in one farming-cycle, mina padi system can give two times of fish harvests and one times of paddy harvest. Information about farming location is an important factor in fishing development. Information and data about land potency will provide guidance to a suitable location. This study aimed to identify suitable sites for mina padi and to formulate a direction for aquaculture development in Cianjur Regency, West Java Province. Land suitability for mina padi system in this research is built based on land suitability for paddy field and availability of irrigation. Data and information on potential region was resulted by land suitability analysis and Geographic Information System (GIS). The direction for aquaculture development was resulted by A’WOT analysis, a combination between AHP (Analytical Hierarchy Process) analysis and SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threat) analysis. The analysis result shows that the suitable land for mina padi was 13,004 hectares or just around 3.59% of the total region. Of such suitable land, the suitable and available land was 9,553 ha (2.64%) and the suitable but not available land was 3,451 ha (0.95%). The results are expected to become a consideration for more detailed planning of fishery development in Cianjur Regency.Keywords: mina padi, SIG, land suitability, land availability
KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG WISATA PESISIR DI KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG LESUNG KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN SRI MULYAWATI, LILIS; ADRIANTO, LUKY; SOEWARDI, KADARWAN; SUSANTO, HANDOKO ADI
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 22, No 2 (2021): Jurnal Teknik : Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/teknik.v22i2.4693

Abstract

Pemanfaatan ruang wisata harus memperhatikan kesesuaian dan daya dukung sumberdaya dan lingkungan dimana aktivitas wisata itu berada. Kesesuaian dan daya dukung wisata akan memberikan gambaran daya tampung wisata pesisir yang akan dikembangkan pada suatu kawasan wisata. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kesesuaian dan daya dukung wisata pesisisr di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung. Kesesuaian dan daya dukung wisata pesisir yang dianalisis adalah rekreasi pantai, banana boat, selam, snorkeling dan memancing, di 5 stasiun pengamatan.   Parameter yang digunakan untuk analisis spasial kesesuaian yaitu parameter indeks kesesuaian wisata (IKW) yang kemudian dizonasi dengan menggunakan multi criteria analysis (MCA) melalui kalkulasi jarak spasial (Euclidean distance) untuk mendapatkan zona-zona secara spasial dan luasnya. Perhitungan model matematika Boullon (Boullons Carrying Capacity Mathematical Model atau BCCMM) digunakan untuk analisis daya dukung. Dari hasil analisis daya dukung untuk masing-masing zona dapat diketahui dari nilai basic carrying capacity (BCC), potential carrying capacity (PCC) dan real carrying capacity (RCC). Hasil perhitungan nilai RCC pada zona wisata didapatkan jumlah daya tampung wisatawan per hari  untuk aktivitas rekreasi pantai (5.323 orang), banana boat (847 orang), selam (662 orang), snorkeling (1.633 orang) dan memancing (6.286 orang). Dengan diketahuinya daya dukung wisatawan di setiap zona dan aktivitas wisata di KEK Tanjung Lesung, diharapkan semua pemangku kepentingan dapat menjadikannya pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan zona wisata sesuai dengan kebijakan yang sudah ditetapkan agar tercapainya keberlanjutan di masa yang akan datang.Kata Kunci : daya dukung, kesesuaian, wisata pesisir, zonasi.
Perspective on Institutional Legitimacyof Sea-ranching at Seribu Island-Jakarta ., Taryono; Soewardi, Kadarwan
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 4 No. 2 (2016): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.296 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v4i2.13394

Abstract

ABSTRACTThe main problem of shallow water fisheries is overfishing. To improve fishing capacity of overfished fisheries is potentially by implementing sea ranching. Sea ranching isa process of releasing juvenile to certain enclose marine water under process of put-grow-take system. Two crucial aspects for implementing sea-ranching system are space management and access control of fishermen to fisheries resources. Implementation of this concept needsstrong legitimated institution. This paper is aimed to analysis legitimation issues of sea ranching institution at Semak Daun shallow water in Seribu Island-Jakarta base on legitimacy theory both of legal-substantial and sociopolitic-cognitive perspective.Legitimacy is heavily perception matter, which is assumed that institution body is allowed to take expected, proper and right actions. The legitimated sea ranching institutionrequires a powerful authority to develop regulations and to take enforcement actions. For doing so, itmust meet political, regulative, scientific and morality reasons. For complementary that institution also needs to be supported by institutional pillars including regulative, normative and cognitive perspectives. Results of this analysis will be one of references to develop implementing institution of sea ranching at study site.Keywords: institutional legitimacy, overfishing, sea-ranching, shallow waterABSTRAKProblem utama perikanan perairan dangkal adalah tangkap lebih.Untuk meningkatkan produktivtas perikanan yang tangkap lebih dapat dilakukan dengan menerapkan sea ranching. Sea ranching adalah pelepasan juvenil yang dibudidayakan ke lingkungan laut tertutup dalam sistem lepas-tumbuh-panen. Dua aspek krusial penerapansea-ranching adalah tata ruang dan pengendalian akses nelayan pada sumberdaya. Implementasi sea ranchingmemerlukan kelembagaan yang mempunyai legitimasi kuat. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis isu-isu legitimasi kelembagaan sea ranching pada perairan dangkal Semak Daun di Kepulaun Seribu-Jakarta dalam pandangan teoritis baik dalam perspektif legal-substansial dan sosial politik-koginitif. Legitimasi lebih merupakan persoalan persepsi, yang diasumsikan bahwa lembaga diijinkan untuk melakukan suatu tindakan yang yang diharapkan, tepat dan benar. Lembaga pengelola sea ranching yang legitimatif membutuhkan kewenangan yang kuat untuk menyusun peraturan dan melakukan tindakan penegakannya. Untuk itu, kelembagaan sea ranching harus memenuhi alasan politis, regulatif, ilmiah, dan moralitas. Untuk melengkapinya, kelembagaan tersebut juga membutuhkan dukungan pilar-pilar kelembagaan yang mencakup perspektif regulatif, normatif dan kognitif.Hasil analisis ini dapat menjadi salah satu rujukan untuk membangun kelembagaan implementasi sea ranching di lokasi studi.Kata kunci: legitimasi kelembagaan, perairan dangkal, sea-ranching, tangkap lebih
STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA UDANG VANAME DI KECAMATAN INDRAMAYU wigiani, dwi putri; Widigdo, Bambang; Soewardi, Kadarwan; Taryono, Mr.
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 3 No. 2 (2019): JFMR
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2019.003.02.3

Abstract

Kecamatan Indramayu merupakan salah satu kecamatan di pesisir Kabupaten Indramayu yang memiliki potensi besar dalam memberikan kontribusi produksi udang vaname melalui kegiatan budidaya baik dengan teknologi tradisional maupun intensif. Budidaya udang di Indramayu yang telah berlangsung sejak tahun 1980-an tentunya memberikan dampak terhadap keberlanjutan kawasan pesisir di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai status keberlanjutan kawasan pesisir berbasis kegiatan budidaya udang vaname di Kecamatan Indramayu. Metode yang digunakan adalah metode analisis Rap - Shrimp Farm (Rap-SF) hasil modifikasi dari RAPFISH dengan menggunakan 5 dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, hukum dan kelembagaan, serta teknologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status keberlanjutan kawasan pesisir di Kecamatan Indramayu berdasarkan tingkat teknologinya menunjukkan perbedaan. Indeks keberlanjutan kawasan pesisir berbasis budidaya udang vaname dengan teknologi tradisional plus dikategorikan kurang berkelanjutan dengan nilai indeks yang dihasilkan sebesar 50,36  dan untuk teknologi intensif dikategorikan cukup berkelanjutan dengan indeks keberlanjutan sebesar 51,85. Guna meningkatan status keberlanjutannya maka direkomendasikan strategi pengelolaan kawasan pesisir berbasis budidaya udang vaname dilakukan dengan pendekatan pengelolaan kawasan budidaya berbasis klasterisasi.  
Structure of mangrove ecosystem in Lubuk Damar Coast, Seruway, Aceh Tamiang Darmarini, Ananingtyas S; Wardiatno, Yusli; Partono, Tri; Soewardi, Kadarwan; Samosir, Agustinus Mangaratua; Zainuri, M
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 12 No 1 (2022): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.12.1.72-81

Abstract

Mangrove merupakan ekosistem penting di wilayah pesisir karena merupakan dasar pembentukan jaring makanan dan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap ekosistem perairan dan daratan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur vegetasi mangrove Lubuk Damar, Seruway, Aceh Tamiang. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017. Metode yang digunakan adalah transek kuadrat yang ditarik lurus dari garis pantai ke daratan. Hasil penelitian ditemukan 10 jenis vegetasi mangrove yang terdiri dari A. alba, B. parviflora, B. sexangula, Soneratia alba, R. apiculata, Acrostichum aureum, Aegiceras floridum, E. agallocha, X. granatum dan Acanthus ilicifolius. Jenis mangrove dengan persentase tertinggi terdapat pada jenis A. floridum. Nilai INP fase pohon dalam kisaran 4,75 hingga 117,91. Vegetasi mangrove Lubuk Damar termasuk dalam kategori rusak. Namun jumlah pancang dan semai ditemukan memiliki kerapatan yang tinggi sehingga ekosistem tersebut berpotensi untuk beregenerasi secara alami.
DAMPAK PERUBAHAN KAWASAN HUTAN MENJADI AREAL INDUSTRI BATUBARA TERHADAP KUALITAS AIR DI SEPANJANG DAS BERAU–KALIMANTAN TIMUR Parwati, Ety; Soewardi, Kadarwan; Kusumastanto, Tridoyo; Kartasasmita, Mahdi; Nurjaya, I Wayan
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 8 No. 1 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30536/inderaja.v8i1.3252

Abstract

The study of landused change: forest area become coal industrial area and its impact in Total Suspended Solid is done by remote sensing data. The different combination channel of remote sensing data are taken to extract landuse and Total Suspended Solid (TSS) spatial information. The supervised classification is used for land used spatial extraction and otherwise for TSS, there is a specific algorithm; TSS = 3.8926 * exp (31.417*Red Band). The result showed that there was the relationship between landuse change from forest into coal industrial, shrub, paddy field, bareland and settlement area and the dynamic change of TSS along Berau watershed.
Status ekologis dan pengembangam minawana bagi peningkatan ekonomi masyarakat (Studi kasus: kawasan minawana, RPH Tegal-Tangil, KPH Purwakarta, Blanakan Subang Jawa Barat) Rangkuti, Ahmad Muhtadi; Soewardi, Kadarwan; Taryono, Taryono
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 2: No. 1 (April, 2015)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v2i1.351

Abstract

Sejak 1976 Perum Perhutani telah mengembangkan program Social Forestry. Program ini mengintegrasikan budidaya ikan dan pengelolaan hutan mangrove yang dikenal dengan istilah tambak tumpangsari atau minawana. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi status ekologis tambak minawana model empang parit dan kelayakan ekonomis tambak minawana dengan memperbaiki kondisi bioteknis pengelolan tambak minawana. Untuk melihat adanya pengaruh dan hubungan kerapatan mangrove pada sistem minawana dengan produksi perikanan di rancang sebuah penelitian berupa rancangan percobaan satu faktor (rancangan acak lengkap).Adapun yang menjadi perlakuan adalah kerapatan mangrove. Kondisi kualitas air saat ini masih layak diperuntukkan bagi kegiatan budidaya. Walaupun ada indikasi terdeteksi logam berat sehingga perlu sistem tandon untuk memperbaiki kualitas air. Secara bioteknis masyarakat penggarap melakukan budidaya secara tradisional dan banyak yang tidak melakukan standar budidaya yang baik. Secara ekonomi sistem minawana saat ini masih bisa untuk dikembangkan untuk meningkat pendapatan masyarakat. Penerapan minawana yang baik dapat meningkatkan pendapatan masyarakat hingga 196,19 %. Since 1976, Perhutani companies have developed Social Forestry Program that integreated fish aquaculture and mangrove forest management that was known as tambak tumpang sari or silvofishery. The objective of this research were: 1) to got information about ecological status of silvofishery fish pond empang parit model and economics appropriateness with improve bio technical of silvofishery fish pond management, 2) to knew relationship of mangrove density on silvofishery system with the fisheries productions that was set in a experimental design single factor. The results of this research were as ecological status, the water quality showed still appropriateness for fish pond activity, was found heavy metals indication so that need to improve reservoir system to make water quality better. As bio technical the farmers do as tradisional aquaculture and many of them did not follow a good standart aquaculture. As economic silvofishery system is still can developed to increase peoples incomes. The application a good silvofishery can increase peoples incomes until 196,19%.
FILOGENI POPULASI Haliotis squamata REEVE, 1846 DARI PANTAI SELATAN PULAU JAWA DAN BALI BERDASARKAN SEKUEN CYTOCHROME B DNA MITOKONDRIA Solihin, Dedy D.; Gustiano, Rudhy; Soewardi, Kadarwan; Butet, Nurlisa A.; Bachry, Syamsul
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 12 No. 2 (2020): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitkt.v12i2.30691

Abstract

Abalon Haliotis squamata Reeve, 1846 adalah jenis abalon yang memiliki sebaran di perairan laut selatan Jawa dan Bali Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan filogenetik H. squamata asal Pantai Selatan Pulau Jawa dan Bali berdasarkan sekuen gen Cytochrome b (Cyt b) DNA mitokondria. Sebanyak total 38 sampel dikoleksi dari Jawa (Binuangeun, Pangandaran, Banyuwangi) dan Bali (Buleleng). Sampel diekstraksi, diamplifikasi menggunakan metode PCR, dan sekuensing dilakukan dengan metode Sanger sequencing di 1st BASE Malaysia. Urutan primer yang digunakan dalam amplifikasi yaitu primer forward AB-Cytb DivF (5'-TAAGCCAATTCGTAAGGTTC-3') dan primer reverse AB-Cytb DivR (5'-AAAATACCACTCTGGCTGAA-3'). Jarak genetik dianalisis menggunakan metode Kimura 2-parameter dan konstruksi pohon filogenetik dilakukan dengan Neighbour-Joining dengan menggunakan program MEGA 7. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa perbedaan nukleotida spesifik sebesar 81 bp dari 820 bp. Jarak genetik intraspesies H. squamata asal perairan selatan Jawa dan Bali sebesar 0,96%-1,06%. Jarak genetik antar populasi asal Jawa dan Bali cukup tinggi sehingga kedua populasi ini memisah dan membentuk klaster sendiri berdasarkan pohon filogenetik. Dengan demikian, populasi Bali sudah mulai membentuk subpopulasi yang baru. Data yang diperoleh dalam penelitian akan sangat berguna untuk pengelolaan sumberdaya genetik abalon jenis H. squamata terkait dengan kelestarian dan pemanfaatannya.