- Supriharyono
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

ANALISIS KANDUNGAN BAHAN ORGANIK, NITRAT, FOSFAT PADA SEDIMEN DI KAWASAN MANGROVE JENIS Rhizophora DAN Avicennia DI DESA TIMBULSLOKO, DEMAK Budiasih, Retnoayu; Supriharyono, -; Muskananfola, Max Rudolf
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.843 KB)

Abstract

Mangrove di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak telah banyak mengalami kerusakan. Namun saat ini kawasan mangrove tersebut sudah mengalami rehabilitasi. Kawasan yang dulunya digunakan sebagai lahan pertambakan, sekarang beralih fungsi sebagai hutan mangrove. Daerah tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap distribusi kandungan bahan organik, nitrat dan fosfat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Bahan Organik Total, nitrat dan fosfat pada sedimen dan untuk mengetahui sebaran antar stasiun, antar kedalaman dan pasang surut dari setiap variabel di ekosistem mangrove di Desa Timbulsloko, Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengambilan sampel sedimen di kedalaman 0, 15 dan 30 cm dan pengambilan sampel air dilakukan di tiga titik tiap stasiunnya. Stasiun I mangrove Rhizophora, stasiun II gabungan Rhizophora dan Avicennia dan stasiun III mangrove Avicennia. Pengambilan sampel dilakukan saat pasang dan surut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Bahan Organik Total, nitrat dan fosfat pada sedimen dan dalam air secara keseluruhan menunjukkan tingkat kesuburan yang sedang sampai tinggi. Pada satsiun I rata – rata bahan organik pada sedimen saat pasang dan surut berturut – turut (11,32 %) dan (16,073 %). Stasiun II (12,5 %) dan (15,81 %) dan stasiun III (10,087 %) dan (12,987 %). Kandungan nitrat stasiun I (5,791 ppm) dan (7,478 ppm). Stasiun II (8,115 ppm) dan (8,419 ppm) dan stasiun III (9,462 ppm) dan (11,037 ppm). Sedangkan kandungan fosfat pada stasiun I rata – rata saat pasang dan surut (4,023 ppm) dan (3,933 ppm). Stasiun II (3,737 ppm) dan (4,738 ppm) dan pada stasiun III (5,549 ppm) dan (5,808 ppm). Mangrove at Timbulsloko village, Sayung sub-district, Demak regency showed a level of damaging. In order to manage, the local government then rehabilitate those areas. The areas which were used as fish ponds have been changed their function as mangrove forest. With such condition, it is predicted that distribution of material organic, nitrate and phosphate contents will be changed. The aim of this study is to find out the  total organic contents, nitrate, and phosphate inside sediment, as well it is to find inter station, deep and tidal current condition distribution of the contents. The study usaged the descriptive method, while for the collection data samples using purposive random sampling. The sediment sampling in the depth of 0, 15 and 30 cm, while for the water sampling from three sites in station, i.e. station I mangrove Rhizophora, station II combination Rhizophora and Avicennia and station III  mangrove Avicennia. These sampling were conducted in both tidal current condition, i.e high and ebb tide. The result of this study showed that the total organic contents, nitrate and phosphate inside the sediment is in medium to high fertility ranged. In station I, the average organic contents during both high and ebb tide were (11,32%) and (16,073%). Station II (12,5%) and (15,81%). Station III  (10,087%) and (12,978%). The nitrate contents in station I (5,791 ppm) and (7,478 ppm). Station II (8,115) and (8,419 ppm). Station III (9,462 ppm) and (11,037 ppm). While the phosphate contents during both high and ebb tide in station I (4,023 ppm) and (3,933 ppm). Station II (3,737 ppm) and (4,738 ppm). Station III (5,549 ppm) and (5,808 ppm).
ANALISIS KONSENTRASI KADMIUM (Cd) DAN TIMBAL (Pb) PADA AIR DAN IKAN DARI PERAIRAN SUNGAI WAKAK KENDAL Marwah, Rieza Ayu; Supriharyono, -; Haeruddin, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.415 KB)

Abstract

Perkembangan industri dan meningkatnya kegiatan manusia, khususnya sepanjang aliran sungai Wakak Kendal saat ini dapat memacu terjadinya pencemaran. Hal ini bisa menjadi berbahaya jika konsentrasi logam berat pada ikan melebihi tingkat nilai ditoleransi , sehingga menjadi berbahaya bagi manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui konsentrasi kandungan logam berat Cd dan Pb di perairan dan ikan konsumsi di sungai Wakak, Kendal. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengevaluasi apakah ikan layak untuk dikonsumsi manusia berdasarkan konsentrasi logam berat dibandingkan dengan standar dari Depkes dan FAO. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014. Sampel air dan ikan dari perairan sungai Wakak diambil dari tiga stasiun dengan masing-masing tiga kali pengulangan kemudian dilakukan uji logam berat menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy). Hasil penelitian menujukan seluruh sampel air tercemar logam berat melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP. Nomor 82 Tahun 2001. Kontaminasi logam berat Kadmium (Cd) sebesar <0,01 mg/kg sedangkan konsentrasi logam berat Pb terkecil pada ikan adalah 0,61 mg/kg dan tertinggi adalah 2,08 mg/kg maka hasil tersebut menunjukan bahwa telah melebihi nilai ambang batas konsumsi yang ditetapkan berdasarkan SNI 7387:2009 yaitu sebesar 0,3 mg/kg dan berdasarkan Departemen Kesehatan sebesar 2 ppm.The growth of industry and human activities alongside in the river especially in Wakak River Kendal can increase water pollution caused by heavy metal. This could be hazardous if the heavy metal concentration in the fish exceeds the level of tolerable values, thus becoming harmful to humans being. This study aims to assess the concentration of the heavy metals cadmium and lead in the water and fish of Wakak River Kendal. The information is expected to be beneficial in evaluating whether the fish is healthy enough for human consumption or not based on its concentration of heavy metals compare to the standards from Indonesian Health Department and FAO. This research was conducted in September 2014. The heavy metals such as cadmium and lead were analyzed using the AAS(Atomic Absorption Spectroscopy). Water and fish samples were taken from three different sampling points for three time of each. The result shows all of the water samples were contaminated by heavy metal, exceed of the limit value from Indonesian government regulations No. 82 of  2001. Heavy metal contamination of Cadmium ( Cd ) of < 0.01 mg / kg , while the smallest Pb concentrations of heavy metals in fish is 0.61 mg / kg and the highest was 2.08 mg / kg, these results indicate that it has exceeded the threshold value of consumption defined by ISO 7387 : 2009 in the amount of 0.3 mg / kg and by the Ministry of Health is 2 ppm.
PENGARUH PERBEDAAN JENIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN Nannochloropsis sp. DILIHAT DARI KEPADATAN SEL DAN KLOROFIL α PADA SKALA SEMI MASSAL Octhreeani, Agatha Marline; Supriharyono, -; Soedarsono, Prijadi
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (969.68 KB)

Abstract

Banyak pihak yang tertarik pada pembudidayaan mikroalga, karena selain mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, mudah didapat dan dikembangkan. Fitoplankton yang merupakan sumber rantai makanan di laut berperan sebagai produsen mikroalga. Tujuan Penelitian ini untuk melihat pengaruh jenis pupuk yang berbeda terhadap kepadatan sel dan kandungan klorofil α dari fitoplankton Nannochloropsis sp., agar dapat dilihat pupuk terbaik yang dapat  digunakan untuk pertumbuhan, dalam skala semi massal, dan untuk mengetahui pertumbuhan Nannochloropsis sp. yang dilihat dari kepadatan sel dan kandungan klorofil α tertinggi dari jenis pupuk yang berbeda. Metode yang digunakan adalah eksperimentasi dengan menerapkan teknik kultur skala semi massal, dengan diberikan perlakuan dari tiga jenis pupuk yang berbeda Walne, BBLsm dan Guillard diberlakukan masing-masing tiga kali ulangan. Pertumbuhan yang cepat terjadi melalui pembelahan sel sehingga pertumbuhannya dapat didorong dengan memperkaya kandungan kultur melalui pemupukan, menurut Kurniaty (2009) skala semi massal menggunakan pupuk bahan kimia murni Pro Analisis, pupuk teknis. Kemudian dilakukan pengamatan dan perhitungan kepadatan sel dan pengukuran kandungan klorofil α. Setelah dilakukan pengamatan dilakukan analisa data untuk mengetahui perbedaan dan keterkaitan antar perlakuan terhadap pertumbuhan Nannochloropsis sp. Hasil analisis data menunjukkan bahwa semua pupuk mempengaruhi pertumbuhan Nannochloropsis sp. yang dilihat dari kepadatan sel dan kandungan klorofil α, perlakuan dengan pupuk BBLsm lebih unggul dibanding dengan perlakuan yang lain, yaitu pada masa puncak dengan kepadatan 5416 x 104 sel/ml dengan kandungan klorofil 5,82 μg/l, pupuk Guillard yang mengalami puncak kepadatan sel pada hari ke-delapan yang mengahasilkan 4741 x 104 sel/ml dengan kandungan  klorofil 6,54 μg/l dan pupuk Walne pada masa puncak menghasilkan kepadatan sel 1733 x 104 sel/ml dengan kandungan klorofil 4,13 μg/l hasilnya lebih rendah dibanding dengan perlakuan yang lain. Many partices who are interested in cultivating the mikroalga, because in addition to having a high economic value, are easily obtained and developed. Phytoplankton which is the source of the food chain in the Ocean acts as a manufacturer mikroalga. The purpose of this research was to look at the effects of different types of fertilizers on chlorophyll content and cell density of phytoplankton Nannochloropsis sp., in order that it can be seen the best fertilizer that can be used for growth, the scale of the mass, spring and to know the growth of Nannochloropsis sp. is seen from the chlorophyll content and cell density% u03B1 highest of different types of fertilizers. The method used is the experimentation by applying techniques of mass spring scale, cultures with a given treatment of three types of different fertilizer Walne, BBLsm and Guillard enacted each of the three times repeated. Rapid growth occurs through cell division so that its growth can be encouraged to enrich the content of culture through fertilization, according to Kurniaty (2009) spring mass-scale use of fertilizer chemicals, fertilizer Analysis Pro pure technical. Then conducted observation and calculation of the density of cells and measurement of chlorophyll content of% u03B1. After observations conducted data analysis to find out the difference and relation between treatment of growth of Nannochloropsis sp.. Results of the analysis of the data indicates that all fertilizer affect the growth of Nannochloropsis SP. is seen from the chlorophyll content α and cell density% u03B1, BBLsm fertilizer treatment is superior compared with other treatments, namely at the Summit with a density of 46 x 104 cells/ml with the chlorophyll content of α, fertilizer that is experiencing the peak of cell density on the eight mengahasilkan 4741 x 104 cells/ml with chlorophyll content was at 6.54% u03BCg/l and fertilizer at the time of peak produced Walne density cell 1733 x 104 cells/ml with the chlorophyll content αresults were lower compared to other treatments.
USAHA PETANI TAMBAK DALAM MENANGGULANGI TEKANAN LINGKUNGAN DI WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN Kusumaningrum, Ayu Putri; Supriharyono, -; Hendrarto, Boedi
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.285 KB)

Abstract

Pesisir Kota Pekalongan merupakan daerah yang sering terkena tekanan lingkungan berupa rob dan banjir karena kondisi topografi Kota Pekalongan landai. Tekanan lingkungan berupa rob banjir ini menggenangi tambak di daerah Kecamatan Pekalongan Utara terutama di Kelurahan Bandengan dan Kelurahan Degayu. Tujuan dari penenelitian ini adalah mengetahui kondisi tekanan lingkungan pesisir di Kota Pekalongan khususnya di Kelurahan Bandengan dan Kelurahan Degayu dan mengetahui upaya petani tambak dalam menanggulangi tekanan lingkungan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Juli 2015. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 responden, yaitu 13 reponden dari Kelurahan Bandengan dan 9 responden dari Kelurahan Degayu. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Pertanyaan dalam kuisioner berkaitan dengan tekanan lingkungan, dan usaha dalam  menanggulangi tekanan lingkungan tersebut. Hasil menunjukkan bahwa tekanan lingkungan di kedua daerah tersebut berbeda sehingga usaha yang dilakukan petani di kedua daerah tersebut juga berbeda. Tekanan  Lingkungan di Kelurahan Bandengan lebih berat. Usaha yang dilakukan petani tambak di Kelurahan Bandengan yaitu mengelola tambak dengan cara tradisional, menentukan komoditas budidaya berupa Bandeng dan rumput laut, dan menggunakan jaring sebagai pembatas tambak milik masing-masing petambak. Usaha yang dilakukan petani tambak di Kelurahan Degayu adalah dengan mengelola tambak secara intensif, menentukan komoditas yang dibudidaya yaitu Penaeus vannamei, dan meninggikan tanggul agar tambak tidak tenggelam oleh rob atau memasang jaring agar komoditas budidaya tidak hilang terbawa rob. Usaha yang dilakukan petani tambak di kedua lokasi tersebut telah memberikan hasil yang dapat dilihat dari produksi yang terus meningkat. Petani tambak mengusahakan tambak yang awalnya terbengkalai hingga dapat berproduksi kembali dan mampu memberikan penghasil pada petani tambak. Pekalongan is one of coastal area in the north coast of central  java that often experiences an environmental pressure such as flood and tidal flood. These environmental pressures affect on aquaculture pond in North Pekalongan district especially at Bandengan and Degayu villages. The aim of this study was to invastigate the condition of environmental pressure in Pekalongan city especially at Bandengan and Degayu villages, and to know about the fish of brackish water pond culture effort on controlling the environmental pressure. This study was focused at two areas studies i.e. Bandengan village and Degayu village. This study had been conducted from June until July 2015. Sampling technique used in this study was purposive sampling. Total respondents were 22 respondents, 13 respondents from Bandengan village and 9 respondents from Degayu village. Data ware taken by a questionnaire which contained of some questions about environmental pressure in those two villages and the effort that was made by the fish of brackish water pond culture to manage the pond so it would not  destroyed by the environmental pressure. The result showed that Bandengan village had a higher level of environmental pressure than in Degayu village. The fish of brackish water pond culture made an effort by applying the traditional management aquaculture system, deciding the commodities that will be cultivated which are milkfish and seaweed, making nets to line the pond based on the owner. The effort that being done by the fish of brackish water pond culture in Degayu village was applying intensive management aquaculture system, choosing the commodity which was Penaeus vannamei, and raising the embankment in order to save the pond from getting drown by the tidal flood or providing  nets so the commodities that being cultivated were not gone away. That effort made by the farmer is giving a significant result that can be seen from the product. Fish of brackish water pond culture from those two villages make the pond that originally abandoned because of the environmental pressure become productive again. 
KESESUAIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK KEGIATAN WISATA BAHARI KATEGORI SELAM DI PULAU KAYU ANGIN GENTENG, KEPULAUAN SERIBU Wijaya, Daniel Nugroho; Suryanti, -; Supriharyono, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (803.147 KB)

Abstract

Ekosistem terumbu karang memiliki hubungan sangat erat dengan kegiatan wisata bahari. Pulau Kayu Angin Genteng merupakan salah satu dari gugusan pulau-pulau kecil di kepulauan seribu, berada di wilayah zona inti kepulauan Seribu  dengan kondisi ekosistem terumbu karang yang sangat baik. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni – November 2014 ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekosistem terumbu karang serta kesesuaiannya terhadap kegiatan wisata bahari di perairan pulau Kayu Angin Genteng. Pengamatan penutupan terumbu karang dan habitat dasar menggunakan metode visual transek kuadrat, jenis dan kelimpahan ikan karang menggunakan metode sensus visual dengan menggunakan peralatan selam SCUBA. Data hasil pengamatan di lapangan dianalisis dengan matriks kesesuaian wisata bahari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tutupan karang hidup yang terdapat di perairan pulau Kayu angin Genteng berada di kisaran 87,11% - 91,99% dengan kategori sangat baik, yang terdiri atas 10 marga (Genus) karang yakni Acropora, Montipora, Anacropora, Coeloseris, Heliopora, Herpolitha Astreopora, Oxypora, Porites, dan Pachiseris. Hasil pengamatan kelimpahan ikan karang secara menyeluruh diperoleh 22 jenis spesies ikan karang dengan spesies yang paling dominan ditemukan adalah Acanthurus-triostegus. Indeks Kesesuaian Wisata Bahari di Pulau Kayu Angin Genteng  diperoleh bahwa zona barat merupakan wilayah yang paling sesuai dengan nilai indeks kesesuaian 88,89 % dengan kategori sangat sesuai, sementara zona yang memiliki indeks kesesuaian terendah dengan 75,92% adalah zona utara dengan kategori sesuai untuk wisata kategori selam. Coral reef ecosystem has a very close relationship with the marine tourism activities. Kayu Angin Genteng island is one of a cluster of small islands in Seribu islands, located in the core zone of the Seribu Islands region with the condition  for coral reef ecosystems are very good. The Research was conducted in June - November 2014 aims to determine the potential of coral reef ecosystems as well as the suitability of the marine tourism activities in the waters of the Kayu Angin Genteng island. Observations closure coral reefs and habitats basis using quadratic visual transect, the type and abundance of reef fish using visual census using SCUBA diving equipment. Data from field observations were analyzed by matrix suitability marine tourism. The results showed that there is a live coral cover in the waters of the Kayu Angin Genteng island is in the range of 87.11% - 91.99% with a very well category, which consists of 10 genera (Genus) the coral Acropora, Montipora, Anacropora, Coeloseris, Heliopora, Herpolitha Astreopora, Oxypora, Porites, and Pachiseris. The observation of the overall abundance of reef fish obtained 22 species of reef fish with the most dominant species found are Acanthurus-triostegus. Suitability Index Marine Tourism of Kayu Angin Genteng island obtained that western zone is an area that best suits the suitability index value 88.89% with a very appropriate category, while the zones which have the lowest suitability index with 75.92% is the northern zone which still has a category corresponding for diving activity.
KELIMPAHAN LARVA UDANG DI SEKITAR PERAIRAN PT. KAYU LAPIS INDONESIA, KALIWUNGU, KENDAL Kanwilyanti, Soty; Supriharyono, -; Suryanto, Agung
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.921 KB)

Abstract

Pembuangan limbah dari pabrik atau industri, pertanian, maupun limbah domestik dari suatu pemukiman penduduk ke dalam badan air suatu perairan dapat menyebabkan terjadinya degradasi kualitas air, dimana terjadi perubahan parameter kualitas air yang dikarenakan adanya pencemaran yang dapat mempengaruhi sifat kimia, fisika, dan biologi perairan yang memiliki potensi mencemari lingkungan perairan dan yang pertama kali merasakan dampak tersebut adalah organisme-organisme akuatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi parameter fisika dan kimia air yang berpengaruh terhadap kelimpahan larva udang dan mengetahui jenis-jenis dominan larva udang di sekitar perairan PT. Kayu Lapis Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan (Mei -Juni  2013). Pengambilan sampel dilakukan dua minggu sekali pada saat pasang.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sistematik random sampling. Pengambilan sampel air dilakukan di empat stasiun, stasiun I merupakan stasiun yang mewakili daerah yang dekat dengan tempat pembuangan limbah ke laut. stasiun II merupakan stasiun yang mewakili daerah lalu lalang kapal, dan stasiun III merupakan stasiun yang mewakili daerah log pond (penyimpanan kayu), dan stasiun IV merupakan stasiun yang mewakili daerah yang dekat dengan muara. Pengambilan sampel larva udang dilakukan pada saat air laut pasang dengan alat yang dibuat seperti bongo net. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan di sekitar PT. Kayu Lapis Indonesia masih termasuk dalam klasifikasi sedang, hal ini dapat dilihat pada hasil pengukuran kualitas air seperti salinitas, suhu, kecerahan, kedalaman, DO, BOD, COD, Nitrit, Amonia, Fenol dan pH yang masih dibawah Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Adapun jenis-jenis larva udang yang di dapat adalah Acetes japonicus, Nematocelis gracilis, Tenagomysis orientalis, Thysanopoda cornuta, Nematocelis atlantica, Neomysis intermedia, Anisomysis ijimai, Neomysis spinosa dan yang mendominasi adalah Acetes japonicus, hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan larva jenis Acetes japonicus dan mampu bertahan hidup di daerah tropis dan pada perairan dangkal.
KELIMPAHAN EPIFAUNA DI SUBSTRAT DASAR DAN DAUN LAMUN DENGAN KERAPATAN YANG BERBEDA DI PULAU PAHAWANG PROVINSI LAMPUNG Prakoso, Kukuh; Supriharyono, -; Ruswahyuni, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.864 KB)

Abstract

Pulau Pahawang merupakan salah satu pulau kecil yang terdapat di kawasan Teluk Lampung yang memiliki ekosistem lamun. Lamun di Pulau Pahawang merupakan salah satu habitat yang mendukung kehidupan biota akuatik salah satunya epifauna. Epifauna yang hidup di lamun tersebut memanfaatkan lamun sebagai habitat dan juga memanfaatkan nutrisi dari serasah lamun sebagai makanannya, dimana parameter lingkungan dan predasi mempengaruhi distribusi lamun dan kehidupan epifauna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis lamun dengan kerapatan yang berbeda, mengetahui kelimpahan epifauna di substrat dasar daun lamun, dan mengetahui hubungan kelimpahan epifauna di substrat dasar dan daun lamun dengan kerapatan lamun yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 dengan menggunakan metode deskriptif. Langkah penelitian yang dilakukan yaitu sampling, identifikasi, analisis data dan evaluasi data. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu dua jenis lamun, tujuh jenis epifauna di daun lamun dan enambelas jenis epifauna di substrat dasar. Lamun jenis Enhalus sp mendominasi nilai terbesar didapatkan di kerapatan padat 8615 ind/25m2, epifauna di daun lamun yang paling banyak ditemukan yaitu jenis Cerithium sp 22 ind/15m2 dan Rhinoclavis sp 20 ind/15m2 pada kerapatan padat, sedangkan epifauna di substrat dasar yang paling banyak ditemukan yaitu jenis Cerithium sp sebesar 91 ind/15m2 dan Cronia sp sebesar 26 ind/15m2 pada kerapatan padat. Berdasarkan hasil regresi terdapat hubungan antara kelimpahan epifauna di substrat dasar dan daun lamun dengan kerapatan yang berbeda dimana kenaikan kerapatan lamun akan menyebabkan kenaikan kelimpahan epifauna di substrat dasar dan daun lamun. Pahawang Island is a small island located in the Gulf region which grows seagrass Lampung. Seagrass Pahawang Island is one of the habitats that support aquatic biota one epifauna. Epifauna uses seagrass as habitat and also uses the nutrition from the litter seagrass as food, where the environmental parameters and predation affect seagrass distribution and epifauna life. The purpose of this study was to find the species of seagrass with different densities, knowing the abundance of epifauna in seagrass leaves the base substrate, and to analyze the relationship in the base substrate epifauna abundance and seagrass leaves with different seagrass density. This study was conducted in March-April 2015 by using descriptive method. Measurment includes of sampling, identification, data analysis and evaluation of data. The study resulted that there are two species of seagrass, seven types of epifauna in seagrass leaf and sixteen types of epifauna in the base substrate. Seagrass tspecies Enhalus sp dominates in the solid density 8615 ind / 25m2, epifauna on seagrass leaves most commonly found are the species Cerithium sp 22 ind / 15m2 and Rhinoclavis sp 20 ind / 15m2 at solid density, while the base substrate epifauna at most found that many species of Cerithium sp was 91 ind / 15m2 and Cronia sp by 26 ind / 15m2 on a solid density. Based on the results of regression there is a relationship between the abundance of epifauna in the base substrate and seagrass leaves with different densities of sea grass where the increase in density will lead to a rise in the base substrate epifauna abundance and seagrass leaves.
KARAKTERISTIK HIDRO-OSEANOGRAFI DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENANGULANGI KERUSAKAN PANTAI DI DESA BEDONO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK Putri, Merlia Purnama; Supriharyono, -; Muskananfola, Max Rudolf
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.346 KB)

Abstract

Desa Bedono merupakan salah satu desa pesisir di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak yang mengalami kerusakan pantai akibat perubahan garis pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: karakteristik hidro-oseanografi; bentuk kerusakan pantai yang terjadi, tingkat pengetahuan masyarakat tentang kerusakan pantai, tingkat partisipasi masyarakat dalam menangulangani kerusakan pantai dan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kerusakan pantai dan tingkat partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kerusakan pantai di desa Bedono. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2014 dengan menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan observarsi yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi perubahan garis pantai baik panjang maupun luasan pantai, dimana tahun 1999 panjang pantai 6,75 km, tahun 2003 bertambah menjadi 6,88 km dan 2009 panjang pantai 7,09 km. Luasan daerah pantai pada tahun 1999-2003 sebesar 73,29 Ha, tahun 2003-2009 bertambah menjadi 79,7 Ha dan tahun 1999-2003 luasan area pantai Bedono sebesar 133 Ha. Karaktristik hidro-oseanografi yaitu gelombang, arus, dan pasang surut mengikuti musim yang sedang terjadi. Kerusakan desa Bedono yang terjadi akibat kerusakan yaitu berupa erosi. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kerusakan pantai adalah 10,42% rendah, 38.54% sedang, dan 51.04 tinggi. Tingkat partisipasi masyarakat yaitu 4.17% berpartisipasi rendah, 56.25% berpartisipasi sedang, dan 39.58 berpartisipasi tinggi. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat partisipasi menunjukan hubungan yang positif meskipun rendah. Bedono is one of coastal villages in sub district Sayung, district Demak. There is destruction caused by change of coastal line along the beach of Bedono village. This research is aimed to find out: hydro-oceanographic characteristics; destruction’s form; degree of local communities’ knowledge; degree of local communities’ participation in coastal destruction mitigation and to find out the relation between the knowledge degree and the participation in Bedono village. This research was conducted in Mei 2014 using case study method with observation approach and the data will analyzed descriptive . The result of this research show that there is a change of coastal lines, neither length nor wide of beach, where in 1999 6,75 km long beach, in 2003 increased to 6.88 km and in 2009 7.09 km, increased 73,29 hectares in 2003-2009 and in 1999-2003 the area of coastal in Bedono village is 133 hectares. Hydro-oceanographic characteristics is that waves, current and tides follow the season which exists. Bedono village destruction was caused by coastal destruction is erosion, The degree of local communities’ knowledge about coastal destruction 10,42% is low, 38,54% is medium and 51,04% is high. The degree of local communities’ participation  4,17% have participated lowly, 56,25% have participated medium, and 39,58% have participated highly. The relation between the knowledge degree and the participation degree is low positive.
KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN KARANG DI DAERAH RATAAN DAN TUBIR PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI LEGON BOYO, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, JEPARA Utomo, Suryo Putro Ritedi; Supriharyono, -; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.131 KB)

Abstract

Komunitas ikan karang merupakan bagian yang sangat penting dalam ekosistem terumbu karang, tidak hanya bagi ikan itu sendiri yang menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai habitat vitalnya, yaitu sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground). Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui keanekaragamanjenis ikan karang di daerah rataan dan tubir pada ekosistem terumbu karang di Legon Boyo Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui gambaran umum tentang ikan karangdi daerah rataan terumbu (reef flat) pada kedalaman 2-5 meter, maupun di daerah lereng terumbu (reef slope) pada kedalaman 6-11 meter, Legon Boyo kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ada 3 tahap, yaitu (1) pengambilan data persentase penutupan karang, (2) pengamatan langsung ikan karang dengan metode sensus visual atau Visual Census Technique (VCT) belt transect dalam monitoring/penilaian sumberdaya ikan karang,(3) pengukuran kualitas air secara insitu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi habitat terumbu karang di Legon Boyo di kategorikan baik karena berada dalam kisaran 50% - 70%.Sebanyak 20 jenis ikan karang dari 10 famili ditemukan di perairan Legon Boyo, Karimunjawa yaitu: Acanthruridae, Apogonidae, Chaetodontidae, Gobidae, Mulidae, Pomacanthidae, Pomacentridae, Serranidae, Scaridae, Siganidae. Struktur komunitasnya termasuk dalam kategori baik dengan nilai H’ berkisar antara 2,183 – 2,425.
PENGARUH KEDALAMAN DAN JARAK DARI PANTAI TERHADAP KELIMPAHAN DAN POLA SEBARAN SAND DOLLAR DI PANTAI BARAKUDA PULAU KEMUJAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA Afian, Adhe Nur; Supriharyono, -; Purwanti, Frida
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.017 KB)

Abstract

Sand dollar merupakan kelas Echinoidea dari filum Echinodermata yang memiliki bentuk tubuh irregular yaitu bentuk tubuh bilateral dan pipih atau oval tanpa lengan, duri-duri menutup tubuh. Habitatnya di dasar perairan yang berpasir atau daerah berlumpur.Pantai Barakuda merupakan salah satu pantai di pulau Kemujan yang mempunyai daerah rataan pasir yang luas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis, kelimpahan dan pola sebaran sand dollar di Pantai Barakuda, untuk mengetahui variabel yang paling dominan antara kedalaman, jarak atau keduanya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013di Pantai Barakuda Pulau Kemujan Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.Metode penelitian yang digunakan adalah survei lapangan yang bersifat deskriptif, pengambilan data dilakukan menggunakan line transek sepanjang 50 m dan kuadran transek 1x1 m. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 2 stasiun, stasiun A yaitu dengan berjarak 20 meter dari tepi pantai dan stasiun B dengan berjarak berkisar 70 meter dari tepi pantai. Setiap stasiun ditarik 3 line transek yang sejajar dengan pantai sepanjang 50 meter, dengan jarak 10 meter antar line transek. Pengambilan sand dollar didalam kuadran dilakukan pada tiap meter dengan melihat jenis dan jumlahnya. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisa regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan di pantai Barakuda terdapat 14 corak jenis sand dollar (Laganum sp). Pengamatan dan perhitungan yang dilakukan, didapatkan jumlah Laganum sp di stasiun A sebanyak 351 individu, sedangkan  pada stasiun B sebanyak 779 individu. Kelimpahan relatifnya terbesar yang didapatkan di pantai Barakuda pada corak  jenis corak 1 dan corak 5 sedangkan kelimpahan relatif  terkecil adalah corak 12 dan corak 14. Pola sebarannya sebagian besar termasuk mengelompok (clumped) dan beberapa termasuk seragam (uniform). Kelimpahan dan pola sebaran dipengaruhi oleh kedalaman dan jarak.