Ni Made Muliani
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

METODE MENYENANGKAN BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA ANAK SD Muliani, Ni Made; Sukma Muniksu, I Made
Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/aw.v5i1.1199

Abstract

The aim of this article to suggest a fun method of learning addition and subtraction in elementary school children. Based on the National Education Law and the 1945 Constitution, every citizen has the right to get quality education. In Law No. 20 of 2003 concerning the National Education System, the education pathway consists of formal, non-formal and informal education that can complement and enrich each other. One of formal education is Elementary School. Basic abilities that Elementary School?s  Students must have such as reading, writing and arithmetic. Counting is the main key in arithmetic. Without having a good counting basic concept, it will be difficult to learn the next mathematics lessons. One method of arithmetic that is easy to learn and practical is "Jarimatika". It uses the fingers and finger knuckles for the operation of multiplication, division, addition, and subtraction. Addition and substraction are the basis of learning multiplication and division. The advantages of using the Jarimatika counting method includes: 1. Using visualization of the counting process so that is easy to understand. 2. The movements of the fingers are interesting so learning becomes more fun. 3. It?s very simple, so it is not burdening the memory of the brain. 4. The equipment that used is always available and does not need to be bought
WAWASAN KERUKUNAN MELALUI TRI HITA KARANA DALAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Muniksu, I Made Sukma; Muliani, Ni Made
GUNA WIDYA: JURNAL PENDIDIKAN HINDU Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/gw.v7i1.1211

Abstract

Peran keluarga sangat penting dalam menumbuhkan pemahaman peserta didik dalam pendidikan agama termasuk pendidikan agama berwawasan kerukunan. Karena orang tua dan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang diterima oleh peserta didik. Tidak hanya berteman dengan peserta didik intern agama, tetapi peserta didik juga harus bisa berteman dengan antar agama. Karena pada dasarnya seluruh agama yang berada di Indonesia menginginkan kerukunan tersebut. Kerukunan dapat dicapai salah satunya dalam agama Hindu yaitu pelaksanaan Tri Hita Karana. Terdapat lima nilai karakter utama peserta didik untuk menanamkan wawasan kerukunan umat beragama yang bersumber dari Pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) yaitu religius, nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Ajaran Tri Hita Karana mengajarkan bagaimana peserta didik melakukan kewajibannya terhadap Tuhan, menjalin  dan menjaga keharmonisan dengan orang lain (orang tua, guru dan teman), serta dapat menjaga alam lingkungan sebagai rasa bakti terhadap Tuhan. Untuk menerapkan Tri Hita Karana, peserta didik harus dilengkapi dengan penguatan pendidikan karakter untuk mencapai kerukunan.
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN HIDUP DAN KARIR SISWA SEKOLAH DASAR DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU LULUSAN SEKOLAH DASAR Budi Wijaya, I Komang Wisnu; Darmayanti, Ni Wayan Sri; Muliani, Ni Made
Jurnal Penjaminan Mutu Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : LPM IHDN Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/jpm.v6i2.1384

Abstract

Abad ke-21 disebut sebagai abad pengetahuan karena pada abad tersebut pengetahuan memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Berbagai keterampilan harus dimiliki oleh individu untuk beradaptasi di abad ke-21. Salah satu keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan hidup dan karir. Keterampilan hidup dan karir terdiri dari lima aspek yaitu adaptabilitas dan fleksibilitas ; inisiatif dan pengaturan diri ; interaksi sosial dan budaya ; produktivitas dan akuntabilitas serta kepemimpinan dan tanggung jawab. Pengembangan keterampilan hidup dan karir sudah dilakukan sejak individu berada di bangku sekolah dasar. Hal itu dikarenakan pada usia sekolah dasar, anak sedang mengalami perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor yang pesat. Pengembangan keterampilan hidup dan karir dilakukan di tiga pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Selain itu, pengembangan keterampilan hidup dan karir dilakukan dengan mengacu pada masing-masing aspek keterampilan serta karaktersitik dari setiap pusat pendidikan.
Mengenal Siswa Disleksia Sejak Sekolah Dasar untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Muniksu, I Made Sukma; Muliani, Ni Made
Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/aw.v6i1.2083

Abstract

Penulisan artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kondisi siswa dengan disleksia. Disleksia bukanlah sebuah penyakit sehingga tidak ada obatnya, karena siswa disleksia hanya membutuhkan bimbingan dan perhatian khusus. Siswa-siswa disleksia bukanlah siswa yang bodoh, mereka hanya anak-anak unik memiliki caranya sendiri untuk menerima pembelajaran. Masyarakat luas di Indonesia belum banyak yang mengetahui tentang disleksia, jadi anak-anak yang tidak bisa membaca dan menulis hingga usia yang normal dianggap sebagai anak-anak yang bodoh atau malas. Padahal jika dilihat, anak-anak disleksia secara penampilan memiliki fisik yang sama persis dengan anak-anak normal seperti pada umumnya. Guru sebaiknya mendampingi siswa dalam melatih siswa mengenal tulisan dan bacaan, sehingga motivasi belajar siswa akan tumbuh terutama diawali di tingkat Sekolah Dasar. Contohnya dapat dilakukan dengan membacakan cerita yang menarik, menulisi di papan agar siswa dapat menyalin, menyediakan buku-buku bacaan bergambar dan tidak lupa lebih sering memberikan kesempatan kepada siswa disleksia untuk tampil di depan kelas untuk menambah motivasinya terutama dalam pembelajaran. Sehingga cara guru untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia di Sekolah dasar adalah sebagai berikut : (a) Meningkatkan motivasi belajar pada siswa; (b) Menggunakan media pembelajaran yang menarik; (c) Meningkatkan rasa percaya diri pada siswa; (d) Tidak pernah menyalahkan anak atas kondisinya (disleksia); dan (e) Selalu mendampingi siswa pada saat  pembelajaran.
PENGEMBANGAN LITERASI EKOLOGI SISWA SEKOLAH DASAR Wijaya, Wisnu Budi; Prathiwi, Kadek Jayanthi Riva; Muliani, Ni Made
Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/aw.v6i1.2115

Abstract

Manusia hendaknya senantiasa menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan mengingat peran lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Namun, faktanya hubungan itu belum terjadi secara harmonis. Hal itu dapat dilihat dari tingginya angka kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia. Kerusakan itu tentunya akan mengancam kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan pola pikir generasi muda agar lebih bersahabat dengan lingkungan. Salah satunya adalah dengan menanamkan literasi ekologi. Literasi ekologi merupakan sebuah keadaan dimana individu sudah memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang lingkungan hidup serta mampu bertindak yang memiliki dampak positif untuk lingkungan. Komponen literasi ekologi terdari dari enam komponen yaitu implikasi, pengetahuan ekologis, pengetahuan sosial politik, pengetahuan tentang masalah lingkungan, kemampuan kognitif dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan. Literasi ekologi dapat dikembangkan sejak sekolah dasar dengan memperhatikan perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor anak usia dini. Pengembangan literasi ekologi dilakukan di seluruh Tri Pusat Pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN HIDUP DAN KARIR SISWA SEKOLAH DASAR DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU LULUSAN SEKOLAH DASAR Budi Wijaya, I Komang Wisnu; Darmayanti, Ni Wayan Sri; Muliani, Ni Made
Jurnal Penjaminan Mutu Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : LPM IHDN Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/jpm.v6i2.1384

Abstract

Abad ke-21 disebut sebagai abad pengetahuan karena pada abad tersebut pengetahuan memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Berbagai keterampilan harus dimiliki oleh individu untuk beradaptasi di abad ke-21. Salah satu keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan hidup dan karir. Keterampilan hidup dan karir terdiri dari lima aspek yaitu adaptabilitas dan fleksibilitas ; inisiatif dan pengaturan diri ; interaksi sosial dan budaya ; produktivitas dan akuntabilitas serta kepemimpinan dan tanggung jawab. Pengembangan keterampilan hidup dan karir sudah dilakukan sejak individu berada di bangku sekolah dasar. Hal itu dikarenakan pada usia sekolah dasar, anak sedang mengalami perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor yang pesat. Pengembangan keterampilan hidup dan karir dilakukan di tiga pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Selain itu, pengembangan keterampilan hidup dan karir dilakukan dengan mengacu pada masing-masing aspek keterampilan serta karaktersitik dari setiap pusat pendidikan.
Mengenal Siswa Disleksia Sejak Sekolah Dasar untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Muniksu, I Made Sukma; Muliani, Ni Made
Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/aw.v6i1.2083

Abstract

Penulisan artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kondisi siswa dengan disleksia. Disleksia bukanlah sebuah penyakit sehingga tidak ada obatnya, karena siswa disleksia hanya membutuhkan bimbingan dan perhatian khusus. Siswa-siswa disleksia bukanlah siswa yang bodoh, mereka hanya anak-anak unik memiliki caranya sendiri untuk menerima pembelajaran. Masyarakat luas di Indonesia belum banyak yang mengetahui tentang disleksia, jadi anak-anak yang tidak bisa membaca dan menulis hingga usia yang normal dianggap sebagai anak-anak yang bodoh atau malas. Padahal jika dilihat, anak-anak disleksia secara penampilan memiliki fisik yang sama persis dengan anak-anak normal seperti pada umumnya. Guru sebaiknya mendampingi siswa dalam melatih siswa mengenal tulisan dan bacaan, sehingga motivasi belajar siswa akan tumbuh terutama diawali di tingkat Sekolah Dasar. Contohnya dapat dilakukan dengan membacakan cerita yang menarik, menulisi di papan agar siswa dapat menyalin, menyediakan buku-buku bacaan bergambar dan tidak lupa lebih sering memberikan kesempatan kepada siswa disleksia untuk tampil di depan kelas untuk menambah motivasinya terutama dalam pembelajaran. Sehingga cara guru untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia di Sekolah dasar adalah sebagai berikut : (a) Meningkatkan motivasi belajar pada siswa; (b) Menggunakan media pembelajaran yang menarik; (c) Meningkatkan rasa percaya diri pada siswa; (d) Tidak pernah menyalahkan anak atas kondisinya (disleksia); dan (e) Selalu mendampingi siswa pada saat  pembelajaran.
METODE MENYENANGKAN BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA ANAK SD Muliani, Ni Made; Sukma Muniksu, I Made
Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/aw.v5i1.1199

Abstract

The aim of this article to suggest a fun method of learning addition and subtraction in elementary school children. Based on the National Education Law and the 1945 Constitution, every citizen has the right to get quality education. In Law No. 20 of 2003 concerning the National Education System, the education pathway consists of formal, non-formal and informal education that can complement and enrich each other. One of formal education is Elementary School. Basic abilities that Elementary School’s  Students must have such as reading, writing and arithmetic. Counting is the main key in arithmetic. Without having a good counting basic concept, it will be difficult to learn the next mathematics lessons. One method of arithmetic that is easy to learn and practical is "Jarimatika". It uses the fingers and finger knuckles for the operation of multiplication, division, addition, and subtraction. Addition and substraction are the basis of learning multiplication and division. The advantages of using the Jarimatika counting method includes: 1. Using visualization of the counting process so that is easy to understand. 2. The movements of the fingers are interesting so learning becomes more fun. 3. It’s very simple, so it is not burdening the memory of the brain. 4. The equipment that used is always available and does not need to be bought
PENGEMBANGAN LITERASI EKOLOGI SISWA SEKOLAH DASAR Wijaya, Wisnu Budi; Prathiwi, Kadek Jayanthi Riva; Muliani, Ni Made
Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/aw.v6i1.2115

Abstract

Manusia hendaknya senantiasa menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan mengingat peran lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Namun, faktanya hubungan itu belum terjadi secara harmonis. Hal itu dapat dilihat dari tingginya angka kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia. Kerusakan itu tentunya akan mengancam kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan pola pikir generasi muda agar lebih bersahabat dengan lingkungan. Salah satunya adalah dengan menanamkan literasi ekologi. Literasi ekologi merupakan sebuah keadaan dimana individu sudah memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang lingkungan hidup serta mampu bertindak yang memiliki dampak positif untuk lingkungan. Komponen literasi ekologi terdari dari enam komponen yaitu implikasi, pengetahuan ekologis, pengetahuan sosial politik, pengetahuan tentang masalah lingkungan, kemampuan kognitif dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan. Literasi ekologi dapat dikembangkan sejak sekolah dasar dengan memperhatikan perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor anak usia dini. Pengembangan literasi ekologi dilakukan di seluruh Tri Pusat Pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Wawasan Kerukunan melalui Tri Hita Karana dalam Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Didik I Made Sukma Muniksu; Ni Made Muliani
GUNA WIDYA: JURNAL PENDIDIKAN HINDU Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/gw.v7i1.1211

Abstract

Peran keluarga sangat penting dalam menumbuhkan pemahaman peserta didik dalam pendidikan agama termasuk pendidikan agama berwawasan kerukunan. Karena orang tua dan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang diterima oleh peserta didik. Tidak hanya berteman dengan peserta didik intern agama, tetapi peserta didik juga harus bisa berteman dengan antar agama. Karena pada dasarnya seluruh agama yang berada di Indonesia menginginkan kerukunan tersebut. Kerukunan dapat dicapai salah satunya dalam agama Hindu yaitu pelaksanaan Tri Hita Karana. Terdapat lima nilai karakter utama peserta didik untuk menanamkan wawasan kerukunan umat beragama yang bersumber dari Pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) yaitu religius, nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Ajaran Tri Hita Karana mengajarkan bagaimana peserta didik melakukan kewajibannya terhadap Tuhan, menjalin  dan menjaga keharmonisan dengan orang lain (orang tua, guru dan teman), serta dapat menjaga alam lingkungan sebagai rasa bakti terhadap Tuhan. Untuk menerapkan Tri Hita Karana, peserta didik harus dilengkapi dengan penguatan pendidikan karakter untuk mencapai kerukunan.