Ketahanan pangan merupakan salah satu isu strategis nasional karena menyangkut keberlanjutan pembangunan, stabilitas sosial, dan kedaulatan negara. Kompleksitas permasalahan ketahanan pangan yang mencakup aspek produksi, distribusi, konsumsi, hingga kerentanan akibat perubahan iklim dan geografi menuntut adanya pendekatan multidisipliner dan pemanfaatan teknologi mutakhir. Pendekatan ini diperlukan untuk membangun sistem perencanaan dan tata kelola pangan yang adaptif, berbasis data, serta mampu merespons dinamika secara cepat dan tepat. Artikel ini membahas integrasi Big Data dan Sistem Informasi Geospasial (SIG) sebagai strategi untuk memperkuat sistem informasi dan pengambilan keputusan dalam kebijakan ketahanan pangan di Indonesia.Big Data menawarkan kemampuan analisis data dalam jumlah besar dan real-time, sementara SIG memungkinkan pemetaan spasial terhadap aspek-aspek penting ketahanan pangan seperti lahan pertanian, distribusi logistik, hingga kerawanan pangan. Melalui studi literatur dan analisis kebijakan, artikel ini menemukan bahwa integrasi dua teknologi ini mampu meningkatkan akurasi prediksi produksi pangan, identifikasi wilayah rawan pangan, serta optimalisasi distribusi. Namun, implementasi teknologi ini masih menghadapi tantangan berupa keterbatasan infrastruktur data, kualitas data yang bervariasi, serta kurangnya koordinasi antar lembaga. Diperlukan tata kelola data nasional yang kuat, pelatihan SDM berbasis data science dan geospasial, serta payung regulasi terpadu untuk menjamin interoperabilitas dan keamanan data. Artikel ini merekomendasikan pengembangan rancangan sistem Sistem Informasi Geospasial (SIG) berbasis Big Data yang mampu melakukan prediksi atau peramalan kondisi ketahanan pangan di Indonesia secara spasial-temporal. Sistem ini diharapkan dapat menjadi alat bantu analisis yang komprehensif bagi para pemangku kepentingan, khususnya pemerintah, dalam merumuskan kebijakan yang tepat, adaptif, dan responsif terhadap dinamika serta tantangan ketahanan pangan nasional.